Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Anakku dan Siklus Laten Zaman

20 April 2016   11:00 Diperbarui: 20 April 2016   12:35 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Child - foto: thoughtcatalog.com"][/caption]

Sebuah monolog seorang anak. Satu dari putaran yang lainnya.

Mah..mamah. Sebutan yang sering aku dengar ketika dalam janin. Samar kini sosoknya ada di hadapanku. Betapa lembut dekapannya. Betapa hangat cinta yang ia beri. 

Itu apa mah? Benda di tanganmu? Begitu senang mamah melihat benda itu. Ia tersenyum. Sedang aku terus didekapnya. Mamah senang sekali. Satu tangannya ia pakai untuk memegang benda itu. Begitu lama ia memegangnya. 

Satu tahun berlalu. Ketika benda yang mamah bawa, aku selalu diminta tersenyum. Karena mamah tersenyum. Aku pun tersenyum. Lalu seperti biasa, mamah akan melihat benda itu berlama-lama. Di dekat mamah aku cukup senang. 

Mah..mamah, aku minta gendong. Walau aku sudah bisa berjalan, aku ingin digendong. Aku berkata sebisaku. Mamah lalu menggendongku. Walau wajahnya masam. Karena aku minta gendong saat mamah sibuk dengan benda yang digenggamnya. Setidaknya mamah menggendongku dengan benda itu. Mamah senang maka aku pun senang.

Mamah sering bermain denganku. Aku senang jika mamah menemani main. Beberapa mainan baru ia belikan. Mamah mengajarkanku membangun rumah dari balok. Sambil memegang benda yang ia terus pegang saat aku bermain. Sambil bermain mamah kadang memintaku tersenyum ke benda itu. 

Senang rasanya bermain ditemani mamah. Mamah kadang senyum dan tertawa sendiri di depan benda yang dipegangnya. Ya, tepat setelah ia memfotoku. Lalu kembali sibuk dengan benda yang ia pegang. Beberapa lama kemudian, mamah akan mencubit pipiku. Sambil berkata, "Imutnya anak mamah."

Mamah pun sering mengajakku jalan-jalan. Ke tempat belanja mamah sering membawaku. Di kereta belanja mamah sibuk dengan benda yang ia pegang. Oya, tak lupa ia memintaku tersenyum. Sambil mendorong kereta belanja, mamah biasanya akan memfotoku. Lalu akan mendorongku di kereta belanja sambil sering tersenyum di benda yang ia pegang.

Saat makan bersama ayah, mamah juga sering memintaku tersenyum di depan benda yang sering ia bawa. Aku tersenyum dan setelahnya ayah dan mamah melihat benda di tangan mereka masing-masing. Aku senang sekali bisa makan bersama. Apalagi disuapi ayah. Ayah senang jika melihatku makan banyak. Sambil menyuapi, benda di tangan ayah selalu dihadapkan ke aku. Aku tersenyum ayah pun tersenyum. 

Asyik, aku sudah punya seragam baru. Mamah memfotoku dengan HP-nya. Kini aku tahu benda yang selalu membuat mamah senang adalah HP. Aku juga sering memegang HP mamah. Ada banyak permainan mengasyikkan. Kini saat belanja dan makan bersama menjadi waktu paling menyenangkan buatku. Aku bisa memainkan permainan di HP mamah yang satunya. HPnya besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun