Konsumen malah semakin risih pengusaha transportasi bergerak tidak simpatik. Mogok atau berbuat anarki pada usaha rival mereka menjadi cara kotor bersaing. Sebaliknya konsumen semakin simpatik pada moda transportasi berbasis teknologi.Â
Accesability (aksesabilitas) menjadi kunci utama konsumen. Dimanapun dan kapan pun mereka bisa memesan taxi/ojek. Juga certainty (kepastian) baik nominal ongkos dan sampai tujuan menjadi nilai lebih bagi konsumen. Beda dengan sebagian taxi/ojek di kota besar yang argonya bisa diakali. Juga beberapa tindak kriminal dari beberapa oknum taxi/ojek yang menjadi momok.
Driverless car Google, taxi Lyft tanpa pengemudi, drone yang bisa mengangkut manusia atau Project Hyperloop Elon Musk bisa saja menjadi penggerus developer serupa GoJek. Lama memang untuk hilangnya transportasi berbasis aplikasi.Â
Karena toh aplikasi akan tetap menjadi platform yang menjembatani konsumen dan vendor/developer teknologi. Walau secara aplikatif, medium yang menjadi moda transportasi tidak sesederhana saat ini. Namun tangis Uber taxi atau Gab Bike akan mulai terdengar ketika masa itu tiba.
Regulasi Tidak Akan Merubah Banyak
Menhub Jonan pun turun rembug menyoal senjakala moda transportasi masal ini. Ia menegaskan tidak ada aturan hukum untuk moda transportasi berbasis aplikasi ini. Dephub meminta Kemenkominfo memblokir aplikasi moda transportasi online.Â
Namun di satu sisi, Rudiantara sebagai Menkominfo mendukung model transportasi serupa GoJek atau Uber. Namun demi memfasilitasi 'dapurnya' banyak orang. Akan ada aturan yang mungkin mengatur jumlah mobil/motor berbasis sharing economy ini. Karena toh konsumen yang menggerakkan roda ekonomi.
Kasus serupa Uber taxi sudah menjadi fenomena di banyak negara. Banyak pengemudi taxi konvensional yang menolak. Pemerintah lokal pun menengahi. Pemerintah kota Calgary dan Vancouver melarang Uber beroperasi. Supir taxi konvensional di kota Toronto, Montreal dan Ottawa pun berdemonstrasi menolak Uber taxi beroperasi.Â
Begitupun di kota Austin Texas, dimana Lyft juga akhirnya dilarang dengan alasan tidak masuk akal. Namun fakta berkata lain. Taxi Uber lebih dipilih konsumen disana karena 36% lebih murah dari taxi konvensional. Di akhir tahun 2015 lalu, London pun telah melegalkan Uber untuk beroperasi. Walau konflik Uber vs taxi konvensional tetap terjadi.