Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apa Sih Jenis Kelamin Tulisan Kita?

7 Oktober 2015   23:34 Diperbarui: 9 Oktober 2015   04:03 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Justifikasi dengan Parameter Abstrak

Dan pada titik ini, saya masih belum bisa menjustifikasi jenis kelamin karya tulis. Baik itu tulisan ilmiah, prosa, puisi dan semua yang berada diantaranya, jenis kelaminnya belum bisa diklarifikasi. Oleh sebab itu, menggunakan parameter yang lebih abstrak mungkin akan lebih bisa menampakkan preferensi seksualnya. Parameter yang saya kira akan lebih simbolis daripada hakikat. Dan mungkin agak awam, simbolisasi tulisan yang muncul mungkin menampakkan jenis kelaminnya. Walau pengamatan dan penelitian lebih lanjut memang dibutuhkan.

Pertama, simbolisasi semantis sebuah karya. Mari kita secara sederhana membedakan style bahasa yang ada dalam bermacam karya tulis. Misalkan, jurnal, textbook, riset, laporan, dan skripsi/thesis/disertasi adalah karya tulis dalam lingkup akademik. Lingkup ini mengharuskan penggunaan Bahasa yang ilmiah dan sesuai tata bahasa yang baku. Dalam hal ini, tamsilan semantis akan menyimbolkan ketegasan, kekakuan, dan keakuratan. Baik dalam kosakata, tata bahasa, makna harus tepat dan sesuai. Segala yang tidak standar dianggap salah dan atau non-standar. Sehingga, kita asumsikan hal ini serasa maskulin. Terlepas variabel style, penulis dan background penulis. Karya tulis seperti ini dikategorikan pria.

Dan sesuai dikotomi sederhana ini, karya sastra dalam semua bentuknya masuk ke jenis kelamin perempuan. Karena karya sastra dalam tata bahasa, kosakata dan makna mendasarkan pada segi estetika dan emosi. Dan jika simbolisasi estetis dan emosi bermain, maka sisi feminim pun muncul. Dengan kata lain, karya kesustraan adalah simbolisasi utuh perempuan dengan rasa, karsa dan ciptanya. Sehingga menyandingkan puisi, misalnya, dengan seorang perempuan akan lebih bermakna. Walau Bahasa yang digunakan sarkastik, karya sastra memunculkan keindahannya yang unik.

Sekali lagi, justifikasi ini memang bersifat abstrak. Variabel yang ada pun tidak menjadi parameter. Karena kekalutan makna akan terjadi. Sehingga, penentuan berdasar karya sastra saya anggap lebih sesuai. Walau kesesuaian ini masih belum valid adanya. Justifikasi jenis kelamin karya tulis tentunya membutuhkan parameter yang valid. Ataupun, membutuhkan penelitian longitudinal. Dalam konteksnya, dari setiap penulis pada jamannya sendiri.

Lalu, signifikankah dikotomi pria-perempuan untuk tulisan kita? Signifikan menurut saya. Karena dalam memposisikan jenis kelamin, akan terlihat hakikat tulisan itu terlahir sebagai apa. Jika selama ini karya tulis tidak berjenis kelamin, setidaknya kita bisa tahu sesuatu yang unik dari keprian dan keperempuanan tulisan. Segala variable, elemen, bagian, kata, phonem, bahkan artinya akan bisa membuat jenis kelamin tulisan muncul. Atau jangan-jangan akan terjadi ‘anomali’ jenis kelamin tulisan. Jika suatu saat skripsi akan ditulis serupa puisi. Walau agak sederhana, saya tetap yakin apa yang saya dapat belum bisa menjadi acuan valid. Namun, bisa menjadi dasar presuposisi di kemudian hari.

Salam,

Solo, 07 Oktober 2015

11:24 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun