Baik 'wanita' maupun 'perempuan' dalam etimologi bahasa tetap tidak bisa digantikan. Agak aneh jika coba saya ciptakan istilah gender-neutral seperti misalnya nerian. Kata yang tidak sama sekali ada kaitan kultur atau berbau maskulinitas. Bahkan kata ini pun tanpa arti etimologis. Tau ada kata ganti untuk wanita yaitu gadis dalam bahasa Indonesia. Yang saya kira kesan metaforis gadis menjadi peyoratif. Atau terjadi penyempitan makna hanya pada mereka yang belum menikah. Oleh sebab itu anak SMA bisa disebut gadis.Â
Untuk saat ini, karena mengacu pada pemerintah maka kata 'perempuan' lebih 'klik'. Sehingga dalam hal ini, kata 'wanita' berada dibawah 'kasta' daripada perempuan. Dan kembali pada istilah 'Harta, Tahta, dan Wanita' yang dulu kita fahami untuk sebaiknya diganti. Dalam hal ini menjadi 'Harta, Tahta, dan Perempuan'. Terlepas dari konvensi atau rima yang kurang enak didengar.
Referensi:
Ecker & McConnell-Ginet. 2003. Language and Gender. Cambridge University Press. | kbbi.web.id | siperubahan.com | wikipedia.org.idÂ
Salam,
Solo, 09 September 2015
3: 27 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H