Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Horor Singkat Tercekat #2

26 September 2014   06:00 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:30 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: flickr.com - credit to infinitache)

"Ibu, bonekanya jangan dibakar bu..." rengek si kecil. Sedang kakaknya mukanya manyun di depan pintu teras. Kedua putri saya, sudah hampir dua bulan selalu mengomel ke saya setiap bangun tidur. Kenapa boneka barunya selalu saya bawa ke kamar saya. Padahal sebelum tidur, boneka itu dibawa si kecil ke tempat tidurnya.

- - o - -

Ah sial, mati lampu. Ku ambil beberapa lilin, dan ku pasang beberapa di ruang tamu. Malas rasanya ketika harus menyalakan lilin dan menaruhnya di pojok WC. Pojok gelap dan sempit yang selalu membuat bulu kudukku merinding. Ku beranikan diri menaruh lilin disana. Ku taruh. Tepat setelah badan berbalik. Kenapa rumah ini menjadi gelap kembali? Kali ini gelap gulita.

- - o - -

Dingin sekali tenda ini, bikin gampang pipis. Ku bergegas keluar tenda dan 'numpang' pipis di sungai dekat kami camping. Di remang malam, ku lihat Wawan duduk di atas batu besar. "Wan, ngapain lho disana?" agak teriak ku panggil dia. Brushhh, seseorang langsung menyergap mulutku. Kami langsung menunduk di dekat semak. "Husshh, diem Ndi, gwe juga tadi bingung liat diri gwe sendiri disana" ujar Wawan dengan wajah pucat.

Cerita lainnya, #1 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7

Salam,

Solo, 25 September 2014

10:57 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun