Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Horor Singkat Tercekat #10

21 November 2014   04:54 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: tumblr.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="(ilustrasi: tumblr.com)"][/caption]

"Den, sini Den.." ku panggil ojek payung langgananku. "Iya mbak.." berlari kecil anak kelas 5 SD ini selalu senang main hujan-hujanan dan mengumpulkan rupiah. Tumben pula magrib ia belum pulang ke rumah. Sampai di rumah, ku beri Aden 10 ribu lebih dari biasanya. Ia hanya tersenyum simpul tanpa mengucap terima kasih dan berlari pergi di derasnya hujan dengan payung kuningnya. "Pulang keujanan Mah?" tanya suamiku. "Iya Pah, untung ada Aden.". "Hah.. Aden?!" heran suamiku. "Iya Aden, langgananku Pah". "Mah, Aden baru aja meninggal tadi sore. Sakit. Tuh bendera kuningnya di ujung gang". Ku terdiam tercekat.

- - o - -

"Bu..ibu nyalain lilin apa di kamar atas?" tanya Ferdy. "Lilin apa? Ibu baru mau nyalain lilin kok. Cepet nih taruh di dapur" jelas ibu. Ibu selalu sigap saat bila listrik mati dan hujan. "Lilinnya ada dua, warna merah, bu?" jelas Ferdy. Tercekat, ibu langsung bertanya. "Cahaya merahnya bundar? Mirip mata dan berpijar ga Fer?" "Iya.." Ferdy menjawab. "Itu bukan lilin Fer...!" sembari menarik Ferdy keluar rumah.

- - o - -

Hujan deras ditambah mati listrik adalah hal yang paling aku tidak sukai. Apalagi saat sendiri di rumah. Diantara rintik hujan menimpa genteng rumahku. Sayup-sayup selalu ku dengar orang berbicara dan mondar-mandir di kamar kosong. Kamar tamu yang hampir selalu kosong.

- - o - -

Lamat-lamat ku lihat bibi beres-beres di ujung tempat tidurku. Walau sudah tua, ia selalu rajin dan cekatan. Subuh hari ia selalu yang pertama bangun. Namun yang ku ingat, bibi sudah tiada. Dan hari ini adalah hari ke-40 ia meninggal dunia.

- - o - -

Turun dari angkot ketika pulang kerja dan hujan, Ani segera berlari mencari tempat teduh. Ia sadar ia akan berteduh tepat di sebuah gapura kuburan tua. Sembari berteduh dan menunggu payung yang hendak diantar adiknya, Ani berusaha tidak melihat ke arah kuburan. Tidak melihat pun, ia merasa terus diawasi. Mungkin hanya hujan yang meredam suara cekikikan yang jauh terdengar.

- - o - -

Tertidur lelap menjelang magrib lalu terbangun saat mati listrik, seolah menghentikan detak jantungku. Gelap pekatnya kamar ini, seolah membawaku ke alam kubur. Terbangun dalam ruangan sempit ukuran 1x2 meter yang gelap gulita.

Cerita lainnya; #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9

Salam,

Solo, 20 November 2014

09:51 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun