Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mahasiswa Mengeluh yang Menjadi Penyakit Menular

5 Januari 2015   21:49 Diperbarui: 23 Maret 2016   12:00 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti sudah menjadi penyakit, mengeluh sepertinya sudah menyebar sedemikian luas. Mulai dari jalan raya, sampai dunia maya generasi muda mudah sekali mengeluh. Tentu bukan mengeluh yang teraspirasi dengan jalan yang baik. Namun lebih menonjolkan emosi semata dan menyulut rasa benci yang masif. Tentu, dengan dasar egosentrik dan perspektif sempit, keluhan ini menjadi wabah. Saat ada satu anak muda benci dan dengan nada kritis ala ego dan perspektif sempit. Kadang mereka yang tadinya tidak tahu apa-apa jadi ikut-ikutan mengeluh.

Dengan rasionalitas yang cenderung dangkal mereka menyebar rumor. Walau pastinya mahasiswa atau generasi muda yang dapat berfikir dewasa. Ternyata banyak kedewasaan hanya simbolisasi secara fisik. Namun secara esensi berfikir mahasiswa banyak yang terombang-ambing. Dengan kata anak gaul sekarang, mereka 'rentan galau'. Dan kegalauan ini kadang terus menghinggap sampai mereka menginjak semester akhir. Tidak heran banyak mahasiswa 'abadi' karena galau akan pilihan studinya. Tidak heran banyak mahasiswa DO karena kegalauan yang kalut bertahun-tahun. Jadilah mahasiswa dewasa secara simbolisasi fisik dan esensi berfikir. Karena kalian Maha-Siswa.

Salam,

Tangerang 05 Januari 2015

02:49 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun