Koeman ini hobi "coba-coba membawa petaka" atau suka eksperimen tapi gagal.Â
Di bawah Koeman, Barca kehilangan identitas seperti apa permainannya. Tiki Taka jelas bukan, sebab Barca saat ini lebih sering melakukan crossing atau umpan lambung.Â
Bahkan saat Barcelona ditahan Granada pada September lalu, The Athletic menyebut Koeman membawa Barca bermain seperti Stoke City, tim kasta dua liga Inggris. Hal ini disebabkan karena Barca melepaskan 54 umpan lambung sepanjang pertandingan.
Selanjutnya, Koeman suka menerapkan formasi yang tidak cocok bagi Barcelona, seperti memasang 3 atau 5 pemain bertahan. Ketika Koeman menerapkan ini, permainan Barcelona tidak berkembang, cenderung bertahan, dan telat melakukan transisi.
Terakhir adalah Koeman suka menempatkan pemain yang bukan di posisinya. Frenkie de Jong berposisi sebagai gelandang pernah ditempatkan sebagai bek bertahan. Dest dari bek kanan menjadi bek kiri.Â
El Clasico kemarin juga jadi bukti kalau tindakannya ini membawa petaka. Kita melihat Dest ditempatkan sebagai penyerang kanan dan Mingueza sebagai bek kanan. Alhasil, Dest membuang kesempatan emas di depan gawang dan Mingueza kewalahan menghadapi Vinicius.Â
Menempatkan posisi pemain memang tidak bisa sembarangan karena harus mengenal tim yang dihadapi dan keahlian dari pemain sendiri.Â
Pemain yang ditempatkan bukan di posisinya bisa membawa masalah karena lack of familiarity, artinya pemain butuh waktu untuk bisa familiar dengan posisi barunya.
Permasalahan kedua adalah sikap Koeman.