Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hari Lautan Sedunia: Mengenal Permasalahan Laut dan Kita Semua adalah Solusi

8 Juni 2021   17:16 Diperbarui: 22 April 2022   23:09 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Permasalahan Laut - Sumber: STOCKPHOTO-GRAF/SHUTTERSTOCK

Hari Lautan Sedunia, kita ucapkan selamat tapi apakah layak untuk dirayakan?

Lautan meliputi sekitar 72 persen permukaan bumi. Tidak hanya menjadi sumber utama makanan, tetapi laut juga berfungsi sebagai jalur perdagangan, petualangan atau pariwisata, sumber penemuan atau penelitian. 

Lautan memberikan sumber daya alam utama termasuk makanan, obat-obatan, biofuel, dan produk lainnya. Lautan juga berfungsi sebagai tempat pariwisata maupun rekreasi dan menjadi rumah bagi organisme laut, hewan-hewan, dan terumbu karang. 

Dalam konteks hubungan internasional, wilayah laut digunakan sebagai wilayah dengan tujuan strategis, seperti kerja sama regional dan internasional serta latihan militer bersama. 

Urgensi akan menjaga dan melestarikan kesehatan laut dalam level global sebenarnya sudah dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB dalam The 2030 Agenda for Sustainable Development, target ke-14 “Life Below Water

Tapi apakah masalahnya hilang saat ini? Ngga.

Menurut UN Environment, diperkirakan setidaknya sebesar 8 miliar dolar Amerika (dirupiahkan banyak banget pokoknya) biaya yang dibayarkan dalam kerusakan ekosistem laut. Ada kemungkinan besar pada tahun 2050 jumlah plastik di laut akan menjadi lebih banyak dibandingkan jumlah ikan.

Ya mau gimana, selama penggunaan laut masih cenderung mengarah kepada tindakan eksploitatif, tanpa adanya upaya untuk melestarikan, mencegah, maupun mengatasi permasalahan, jangan berharap ini selesai.

Permasalahan laut itu kompleks dan biar mudah untuk dipahami dapat kita lihat dari tujuh perspektif:

Pertama, dari perspektif keamanan, akhir Perang Dingin membawa tantangan-tantangan keamanan maritim dari tradisional (seperti perang) menjadi non-tradisional (seperti degradasi lingkungan, kelangkaan sumber daya, kejahatan transnasional, pembajakan, perdagangan obat terlarang, imigrasi ilegal, dan terorisme).

Kedua, dari perspektif ekonomi, yang bisa kita lihat dari aktivitas ekonomi tanpa berbasis lingkungan. Hanya mengutamakan keuntungan dan pasar sehingga mempunyai kecenderungan ekspansif, agresif, dan eksploitatif terhadap sumber daya laut.

Ketiga, dari perspektif sosial, adanya peningkatan ketergantungan pada penggunaan laut sebagai sumber daya dan transit barang sehingga mengarah pada pembangunan fasilitas laut yang tidak terkendali, seperti pembangunan pelabuhan dan tempat pariwisata atau lainnya yang mencemari sumber daya alam, menghancurkan lanskap zona pantai dan mengurangi kualitas hidup masyarakat pesisir.

Keempat, dari perspektif teknologi, percepatan pertumbuhan dalam sains dan teknologi telah mengarah pada penemuan atau penggunaan baru untuk eksploitasi dan meningkatkan kerentanan lautan. Misalnya, kemajuan teknologi telah memungkinkan manusia untuk pergi lebih jauh dan lebih dalam, seperti pengeboran migas lepas pantai yang beresiko menyebabkan oil spill dan lalu lintas kapal cargo maupun pengangkut penumpang yang menghasilkan emisi gas berbahaya.

Kelima, dari perspektif hukum, hukum baru terkait lautan meningkatkan permintaan untuk penggunaan lautan dan kebebasan akses menggunakan lautan. 

Keenam, dari perspektif lingkungan, lautan telah berfungsi sebagai tempat pembuangan yang paling disukai umat manusia, antara lain pembuangan limbah, pembuangan puing-puing industri, militer, polutan beracun, dan minyak kotor. Sumber-sumber yang berbasis di darat bertanggung jawab atas 80% pencemaran laut.

Ketujuh, dari perspektif sumber daya, mengambil atau menjaring jutaan ton satwa laut tanpa memikirkan keberlanjutan satwa, telah menyebabkan kelangkaan dan punahnya puluhan spesies yang pernah dianggap sebagai populasi laut.

Ilustrasi Kampanye Greenpeace atas Permasalahan Laut - Sumber: Greenpeace.org
Ilustrasi Kampanye Greenpeace atas Permasalahan Laut - Sumber: Greenpeace.org
Setelah melihat kompleksnya permasalahan laut, pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang bisa menyelesaikan? 

Jawabannya adalah kita semua. Mulai dari pemerintah atau negara, perusahaan, komunitas sampai ke level individu

1. Negara

Negara adalah aktor yang akuntabilitasnya dipertanggungjawabkan kepada pemilih atau komunitas politik untuk melindungi kepentingan publik. 

Negara menjadi pemegang otoritas utama, mempunyai wilayah teritori, dan mempunyai motif politik atau kewajiban untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya. 

Bagaimana negara menjadi solusi?

Caranya adalah dengan membentuk kebijakan dalam maupun luar negeri, perjanjian maupun kesepakatan bilateral maupun multilateral yang berfokus kepada permasalahan degradasi lingkungan dan pelestarian lingkungan.

2. Perusahaan

Selanjutnya adalah perusahaan-perusahaan milik negara atau multinasional atau perusahaan swasta yang mempunyai tujuan menjaga dan memaksimalkan profit industri sekaligus kesejahteraan sosial.

Hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah memenuhi permintaan pasar dengan cara yang menghasilkan keuntungan, sambil menempatkan keberlanjutan lingkungan ke dalam model bisnis. 

Seperti yang kita bisa lihat saat ini mulai dibatasi penggunaan sedotan, plastik, atau bahkan menggunakan sampah untuk dijadikan sepatu atau pakaian

Tidak hanya itu, perusahaan juga bisa membentuk corporate social responsibility atau program CSR yang bergerak di bidang lingkungan dalam rangka menangani degradasi lingkungan. 

Perusahaan membiayai aktivitas-aktivitas komunitas atau masyarakat untuk membuat dan melaksanakan program-program berbasis lingkungan

3. Komunitas dan Diri Sendiri

Hal yang bisa kita dan komunitas lakukan adalah membangun kerangka etika dan mensosialisasikan standar perilaku yang mengedepankan kelestarian lingkungan.

Caranya adalah dengan memberikan informasi tentang praktik-praktik berbasis lingkungan, seperti kampanye, lobi terhadap pemerintah atau perusahaan, dan pengawasan terkait tindakan yang dilakukan oleh institusi publik dan privat.

Terlihat mudah bukan untuk dilakukan? Tinggal sejauh mana kesadaran dan niat kita untuk menyelesaikan permasalahan laut ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun