4. Eropa
Tiongkok melakukan akusisi saham-saham banyak pelabuhan Uni Eropa yang lokasinya strategis untuk MSRI. Bisa dilihat gambar di atas adalah daftar pelabuhan dan terminal petikemas yang diakuisisi sahamnya. Mayoritas adalah milik negara Spanyol dan ada juga yang milik Belanda, Italia, Perancis, Belgia, dan Yunani. Investor Tiongkok yang berperan besar dalam akuisisi ini adalah China Ocean Shipping Company (COSCO) dan China Communications Construction Company (CCCC) yang bermain di pasar Uni Eropa sebagai pengembang pelabuhan.
Visi yang luar biasa ini ngga mungkin adem-ayem aja dan pasti menghadapi banyak tantangan.Â
1. Amerika Serikat ada di mana-mana, betul sekali ini bisa jadi tantangan yang paling susah diatasi oleh Tiongkok. Sebab kita tahu, pengaruh Amerika Serikat selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Negara yang berporos kepada Amerika Serikat cenderung sulit dipengaruhi plus angkatan lautnya juga ada di mana-mana. Ini menjadi tantangan bagi Tiongkok, karena dikhawatirkan Amerika Serikat dapat mengintervensi segala kebijakan untuk mencapai visi Tiongkok ini. Apalagi kita tahu sekarang hubungan Tiongkok-Amerika Serikat lagi ngga akur.
2. Ini hibah atau hutang sifatnya? Ini adalah tantangan yang paling suka dibahas oleh netizen Indonesia, yaitu hutang negara. Kalau dengar masalah hutang, netizen auto fafifuwasweswos memaki pemerintah. Kekhawatiran akan hutang juga dialami oleh negara-negara yang terlibat dalam proyek ini. Mereka khawatir kalau join proyekkan dengan Tiongkok ini bukan menguntungkan tapi malah membawa kerugian yang berujung pada debt trap (jebakan hutang).
3. Jagoan Asia Selatan, India, sensi dengan Tiongkok. India memandang MSRI sebagai ancaman utama bagi keamanan India dan kepentingan strategisnya. Para pembuat kebijakan India melihat apa yang dilakukan Tiongkok dapat meningkatkan hutang negara-negara Asia Selatan ke Tiongkok sehingga nantinya Tiongkok akan ngatur-ngatur negara Asia Selatan. India juga melihat proyek-proyek MSRI Tiongkok di Asia Selatan sebagai bagian dari strategi yang lebih besar untuk menantang pengaruh India di Samudra Hindia.
4. Belum semua negara bisa mengelola apa yang diberikan Tiongkok. Bisa atau tidaknya bisa dilihat dari kestabilan politik dari tiap negaranya, lembaga yang mengelola nantinya ini korup atau tidak, fasilitas pengelolaannya sudah memadai atau belum, dan aspek-aspek lainnya. Intinya, Tiongkok membutuhkan partner kerjasama yang stabil dan bisa dipercaya. Soalnya, infrastruktur MSRI ini melibatkan sejumlah besar uang, siklus proyek yang panjang dan berkelanjutan, dan mempunyai risiko tinggi.
5. Sinofobia, artinya adalah sentimen atau rasa tidak suka dengan Tiongkok atau hal-hal yang berbau Tiongkok maupun budaya Tionghoa. Ini jelas menjadi tantangan ketika bekerja di "negara orang". Pasti ada orang-orang yang tipikal chauvinisme atau ultra-nasionalis yang tidak suka adanya etnis atau bangsa lain masuk ke negaranya dan menganggap mereka sebagai ancaman. Sikap ketidaksukaan atau anti akan menghambat atau bahkan bisa menggagalkan pembangunan proyek dan visi-pun tidak tercapai.
Dari sini kita belajar....
Bicara tentang pembangunan wilayah laut atau maritim jangan hanya fokus ke wilayah yang ada "air"nya saja tapi perlu adanya satu-kesatuan mulai dari pembangunan di darat dan membangun kepercayaan manusianya juga. Pastikan juga nih, kalau ada proyekkan besar ya kalau bisa benar-benar diperhatikan segala aspek detailnya supaya ngga ada istilahnya proyek mangkrak atau proyek korup.
SUMBER:Â
BUKU & LAPORAN:
Cai, Peter. (2017). Understanding China’s Belt and Road Initiative. Sydney: Lowy Institute.
Blanchard, F. (2018). China’s Maritime Silk Road Initiative and South Asia
A Political Economic Analysis of its Purposes, Â Perils, and Promise. Singapore: Springer Nature
Duplaix, S. (2018). Blue China: Navigating the Maritime Silk Road to Europe. European Council on Foreign Relations
Grieger, G. (2018). China's Maritime Silk Road Initiative Increasingly Touches the EU. European Parliament
International Crisis Group. (2017). Central Asia’s Silk Road Rivalries. International Crisis Group