Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jalur Sutra Laut, Konsep Perdagangan China yang Visioner

20 April 2021   11:58 Diperbarui: 22 April 2022   23:13 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemimpin China, Xi Jin Ping - Sumber: disway.id

Pada bulan Oktober 2013, Presiden China atau Tiongkok, Xi Jinping memperkenalkan dan menawarkan konsep pembangunan prestisius, yang dinamakan Belt and Road Initiative atau di sini dikenalnya One Belt One Road (OBOR). Secara singkat konsep pembangunan ini fokus kepada ekspansi jalur perdagangan Tiongkok seluas-luasnya, baik  di darat maupun di laut. 

Untuk yang di laut,  program yang dicanangkan bernama 21st Century Maritime Silk Road Initiative (MSRI) atau Jalur Sutra Laut. 21st Century Maritime Silk Road merupakan program integrasi perdagangan laut dari Asia Tenggara melalui Afrika ke Eropa (bisa jadi ada extended versionnya) 

Awal Oktober 2013, MSRI berorientasi pada kerjasama dengan ASEAN atau negara-negara Asia Tenggara. Namun, enam belas bulan kemudian, fokusnya mulai ekspansi ke cakupan laut yang lebih luas di luar Laut China Selatan, seperti Samudra Hindia, Pasifik Selatan, Laut Mediterania, dan Atlantik. Kemudian, pada Juni 2017, Tiongkok memperluas jangkauan MSRI dengan memasukkan Samudra Arktik yang disebut sebagai Polar Silk Road

Maka dari itu, MSRI mempunyai rencana tiga rute utama:

  • Pertama berasal dari pantai Tiongkok ke Eropa melalui Laut China Selatan, Samudra Hindia, dan Laut Mediterania, kemudian ke Samudra Atlantik.
  • Kedua, dari pantai Tiongkok melalui Laut China Selatan ke Pasifik Selatan dan kemudian ke Australia. 
  • Ketiga, melalui Samudra Arktik, melewati barat laut sepanjang pantai utara Rusia untuk berhubungan dengan wilayah negara-negara Nordik (Finlandia, Denmark, dan negara Eropa Utara lainnya), bagian lain Eropa, dan Kanada Utara.

Apakah ini konsep baru?

Ilustrasi Konsep Ekspansi Dinasti Ming - Sumber: chinareport.com
Ilustrasi Konsep Ekspansi Dinasti Ming - Sumber: chinareport.com
Tidak. Konsep laut yang visioner ini sudah jauuuuuhhh dipikirkan sejak ratusan tahun lalu.

Dimulai dari tahun 1368 sampai dengan tahun 1644, Tiongkok berada dibawah kepemimpinan Kekaisaran Ming. Kekaisaran Ming menjadi teladan oleh negara Tirai Bambu tersebut karena keahlian pemimpin dan merencanakan strategi untuk ekspansi maupun mempertahankan wilayah. Setidaknya saat itu Ming punya tiga tujuan utama melakukan ekspansi:

  • Mengendalikan dan memperluas rute perdagangan
  • Melindungi sumber daya 
  • Meminimalisir ancaman di wilayah kekuasaannya, terutama dari bangsa Mongol yang berada di wilayah utara

Balik lagi ke tahun 2010an....

Tahun 2017, Xi Jinping dalam sebuah opening ceremony the Belt and Road Forum (BRF) for International Cooperation di Beijing,  menjelaskan bahwa Belt and Road Initiative (BRI/OBOR), termasuk MSRI, akan memperkuat lima tipe konektivitas:

1. Konektivitas Kebijakan, artinya MSRI mempunyai tujuan untuk melengkapi strategi pembangunan negara-negara yang terlibat dalam konsep ini dengan cara meningkatkan koordinasi kebijakan negara-negara melalui inisiatif kebijakan. Gampangnya, buat negara yang mau join-an sama Tiongkok akan dibantu kebijakan pembangunannya. Saat ini banyak kebijakan pembangunan yang sudah "dibantu" dan terhubung dengan Tiongkok, seperti: 

  • Eurasian Economic Union of Russia 
  • the Master Plan on ASEAN Connectivity
  • the Bright Road initiative of Kazakhstan
  • the Middle Corridor initiative of Turkey 
  • the Development Road initiative of Mongolia
  • the Two Corridors
  • One Economic Circle initiative of Vietnam
  • the Northern Powerhouse initiative of the UK
  • the Amber Road Initiative of Poland, dan lain-lain.....

2.Konektivitas Infrastruktur, artinya dalam MSRI, Tiongkok akan mewujudkan investasi pembangunan dan peningkatan kualitas pelabuhan-pelabuhan negara yang terlibat. 

3. Konektivitas Perdagangan, artinya Tiongkok akan kerjasama dengan negara yang terlibat melalui pengurangan hambatan tarif dan non-tarif, pembentukan zona perdagangan, pemotongan biaya transportasi, dan pembukaan pasar yang sudah ada atau membuka yang baru. 

4. Konektivitas keuangan, artinya Tiongkok akan membentuk kerjasama keuangan dengan negara yang terlibat dalam MSRI melalui kebijakan fiskal maupun moneter, seperti dana pinjaman maupun penggunaan mata uang yang sama.

5. Konektivitas people-to-people, artinya di sini Tiongkok di sini akan mewujudkan kerjasama dalam bidang sains, pendidikan, budaya, kesehatan, dan pertukaran antar-warga negara, contohnya adalah melalui Education Silk Road dan Health Silk Road.

Kelima konektivitas tersebut diharapkan dapat menjadi fondasi Tiongkok untuk menjual barang produksinya lebih banyak ke luar negeri, memicu peningkatan jaringan modal, layanan, dan serta  menghasilkan keuntungan bagi perusahaan Tiongkok, termasuk juga usaha untuk internasionalisasi RMB. 

Apakah kalian siap Yuan jadi mata uang dunia?

Tidak hanya itu, MSRI punya peran penting lainnya untuk Tiongkok......
Ilustrasi Kapal Tiongkok - Sumber: tasnimnews.com
Ilustrasi Kapal Tiongkok - Sumber: tasnimnews.com

MSRI juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan keamanan Tiongkok, terutama terkait keamanan pangan, energi, dan Security of Sea Lines of Communication (SLOCS).  

1. Dimulai dari segi pangan, MSRI berperan penting dalam menjaga keamanan pangan Tiongkok. Dengan populasi sekitar 1.4 miliar, keamanan pangan tentu menjadi kunci supaya semua penduduknya bisa makan, kalau sulit makan atau harga pangan terganggu, nanti bisa-bisa akan terjadi ketidakstabilan domestik, gambarannya seperti tahun 1998 di Indonesia. 

Keamanan ini menjadi penting juga karena permintaan impor makanan Tiongkok terus meningkat setiap tahunnya. Apalagi jalur laut sebagai akses utamanya, karena di tahun 2017, sebesar 43% impor makanan melewati Selat Malaka dan 39% melalui Terusan Panama. Maka dari itu, MSRI dapat dijadikan sebuah solusi supaya dapat membangun basis luar negeri untuk produksi, pengolahan, dan penyimpanan makanan, sehingga jalur distribusi tidak terganggun dan untung-untung kalau bisa perusahaan-perusahaan Tiongkok mengakuisisi lahan makanan dan pertanian negara lain.

2. Dari segi energi, MSRI memainkan peran penting karena di tahun 2017 Tiongkok menjadi negara paling banyak melakukan impor minyak bumi dan di tahun 2035 diperkirakan Tiongkok membutuhkan pasokan impor minyak bumi sebanyak 80 persen untuk memenuhi permintaan domestik. Ketergantungan Tiongkok terhadap impor minyak dari Timur Tengah dan Afrika, membuat Tiongkok wajib mengamankan rute atau jalur yang dilewati seperti Samudra Hindia, Laut China Selatan, dan Selat Malaka. 

3. Terakhir, mengenai Security of Sea Lines of Communication (SLOCS), MSRI dijadikan sebagai kekuatan Tiongkok untuk menyelesaikan sengketa Laut China Selatan dengan negara-negara Asia Tenggara, sekaligus sebagai upaya untuk memecah aliansi negara-negara terhadap Amerika Serikat, mengurangi Western centrism, dan mengubahnya untuk berporos ke Tiongkok.

Visioner sekali bukan negara ini? 

Apa saja yang sudah dilakukan Tiongkok?

Untuk melihat apa saja implementasi yang sudah dilakukan, saya akan memberikan beberapa contoh dan membaginya per-kawasan:

1. Asia Selatan:

Pakistan, sebagai salah satu negara partisipan, menjadi negara yang memainkan peran penting dalam skema MSRI. Koridor Ekonomi China-Pakistan merupakan proyek utama dalam Belt Road Initiative di kawasan Asia Selatan dan berfungsi sebagai penghubung penting antara aspek laut dan darat dari program BRI. Proyek dari program MSRI yang dibangun oleh Tiongkok di Pakistan adalah Pelabuhan Gwadar yang dibangun, dibiayai, dan dioperasikan oleh Tiongkok terletak di pertemuan Teluk Oman dan Laut Arab, yang memberi Tiongkok akses ke Samudra Hindia.

Sri Lanka, Pelabuhan Hambantota di pantai selatan Sri Lanka adalah simbol proyek infrastruktur besar yang dibiayai dengan pinjaman Tiongkok dan ada persetujuan untuk menjual 70 persen saham di pelabuhan Hambantota ke perusahaan milik negara Tiongkok selama 99 tahun. 

Bangladesh, telah menerima pembiayaan besar Tiongkok dalam bentuk pinjaman dan perjanjian lain yang berkaitan dengan sekitar 28 proyek pembangunan dengan total lebih dari US $ 20 miliar.

Maladewa, Tiongkok membangun infrastruktur yang menghubungkan bandara dan pelabuhan di pulau karang Laamu. Tiongkok juga sangat terlibat dalam pengembangan dan perluasan bandara internasional Maladewa, sementara turis Tiongkok telah menjadi kelompok terbesar untuk mengunjungi Maladewa.

2. Asia Tenggara:

Tiongkok terlibat dalam  pembangunan dan pengoperasian pelabuhan, kereta api dan jalan di negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Myanmar dan Thailand, dengan tujuan untuk membantu Tiongkok mengurangi biaya, waktu dan ketidakstabilan pengiriman sumber daya.

3. Asia Tengah:

Tiongkok terlibat dalam The New Eurasia Land Bridge Economic Corridor yang menghubungkan Tiongkok dengan Eropa melalui Kazakhstan dan Rusia dan China-Central Asia West Asia Economic Corridor, yang menghubungkan Xinjiang dengan Kyrgyzstan, Tajikistan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan, melewati Rusia. 

Dalam rute ini,Tiongkok membangun rel kereta api dari terminal perdagangan baru di Khorgos di perbatasan Tiongkok-Kazakh menyeberang ke pelabuhan Kazakhstan di Aktau wilayah Caspian. Dari Aktau, distribusi barang akan melintasi Laut Kaspia untuk disalurkan ke negara Azerbaijan dan Georgia. Gambarannya bisa kalian klik di sini: Google Maps

4. Eropa

Ilustrasi Daftar Akuisisi Saham Pelabuhan Uni Eropa oleh Tiongkok - Sumber: (Grieger, 2018)
Ilustrasi Daftar Akuisisi Saham Pelabuhan Uni Eropa oleh Tiongkok - Sumber: (Grieger, 2018)

Tiongkok melakukan akusisi saham-saham banyak pelabuhan Uni Eropa yang lokasinya strategis untuk MSRI. Bisa dilihat gambar di atas adalah daftar pelabuhan dan terminal petikemas yang diakuisisi sahamnya. Mayoritas adalah milik negara Spanyol dan ada juga yang milik Belanda, Italia, Perancis, Belgia, dan Yunani. Investor Tiongkok yang berperan besar dalam akuisisi ini adalah China Ocean Shipping Company (COSCO)  dan China Communications Construction Company (CCCC) yang bermain di pasar Uni Eropa sebagai pengembang pelabuhan.

Visi yang luar biasa ini ngga mungkin adem-ayem aja dan pasti menghadapi banyak tantangan. 

Ilustrasi Visi Tiongkok - Sumber: foreignpolicy.com
Ilustrasi Visi Tiongkok - Sumber: foreignpolicy.com
Tantangan yang dihadapi oleh Tiongkok, antara lain:

1. Amerika Serikat ada di mana-mana, betul sekali ini bisa jadi tantangan yang paling susah diatasi oleh Tiongkok. Sebab kita tahu, pengaruh Amerika Serikat selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Negara yang berporos kepada Amerika Serikat cenderung sulit dipengaruhi plus angkatan lautnya juga ada di mana-mana. Ini menjadi tantangan bagi Tiongkok, karena dikhawatirkan Amerika Serikat dapat mengintervensi segala kebijakan untuk mencapai visi Tiongkok ini. Apalagi kita tahu sekarang hubungan Tiongkok-Amerika Serikat lagi ngga akur.

2. Ini hibah atau hutang sifatnya? Ini adalah tantangan yang paling suka dibahas oleh netizen Indonesia, yaitu hutang negara. Kalau dengar masalah hutang, netizen auto fafifuwasweswos memaki pemerintah. Kekhawatiran akan hutang juga dialami oleh negara-negara yang terlibat dalam proyek ini. Mereka khawatir kalau join proyekkan dengan Tiongkok ini bukan menguntungkan tapi malah membawa kerugian yang berujung pada debt trap (jebakan hutang).

3. Jagoan Asia Selatan, India, sensi dengan Tiongkok. India memandang MSRI sebagai ancaman utama bagi keamanan India dan kepentingan strategisnya. Para pembuat kebijakan India melihat apa yang dilakukan Tiongkok dapat meningkatkan hutang negara-negara Asia Selatan ke Tiongkok sehingga nantinya Tiongkok akan ngatur-ngatur negara Asia Selatan. India juga melihat proyek-proyek MSRI Tiongkok di Asia Selatan sebagai bagian dari strategi yang lebih besar untuk menantang pengaruh India di Samudra Hindia.

4. Belum semua negara bisa mengelola apa yang diberikan Tiongkok. Bisa atau tidaknya bisa dilihat dari kestabilan politik dari tiap negaranya, lembaga yang mengelola nantinya ini korup atau tidak, fasilitas pengelolaannya sudah memadai atau belum, dan aspek-aspek lainnya. Intinya, Tiongkok membutuhkan partner kerjasama yang stabil dan bisa dipercaya. Soalnya, infrastruktur MSRI ini melibatkan sejumlah besar uang, siklus proyek yang panjang dan berkelanjutan, dan mempunyai risiko tinggi.

5. Sinofobia, artinya adalah sentimen atau rasa tidak suka dengan Tiongkok atau hal-hal yang berbau Tiongkok maupun budaya Tionghoa. Ini jelas menjadi tantangan ketika bekerja di "negara orang". Pasti ada orang-orang yang tipikal chauvinisme atau ultra-nasionalis yang tidak suka adanya etnis atau bangsa lain masuk ke negaranya dan menganggap mereka sebagai ancaman. Sikap ketidaksukaan atau anti akan menghambat atau bahkan bisa menggagalkan pembangunan proyek dan visi-pun tidak tercapai.

Dari sini kita belajar....

Bicara tentang pembangunan wilayah laut atau maritim jangan hanya fokus ke wilayah yang ada "air"nya saja tapi perlu adanya satu-kesatuan mulai dari pembangunan di darat dan membangun kepercayaan manusianya juga. Pastikan juga nih, kalau ada proyekkan besar ya kalau bisa benar-benar diperhatikan segala aspek detailnya supaya ngga ada istilahnya proyek mangkrak atau proyek korup.

SUMBER: 

BUKU & LAPORAN:

Cai, Peter. (2017). Understanding China’s Belt and Road Initiative. Sydney: Lowy Institute.

Blanchard, F. (2018). China’s Maritime Silk Road Initiative and South Asia

A Political Economic Analysis of its Purposes,  Perils, and Promise. Singapore: Springer Nature

Duplaix, S. (2018). Blue China: Navigating the Maritime Silk Road to Europe. European Council on Foreign Relations

Grieger, G. (2018). China's Maritime Silk Road Initiative Increasingly Touches the EU. European Parliament

International Crisis Group. (2017). Central Asia’s Silk Road Rivalries. International Crisis Group

Saalman, L. (2018). The 21st Century Maritime Silk Road: Implications and Ways Forward for the European Union. Stockholm: Stockholm International Peace Research Institute

Singh, S. (2018). South Asia and the Maritime Silk Road: Far From Plain-sailing. Singapore: Nanyang Technological University

JURNAL:

Blanchard, F. (2017). The Geopolitics of China’s Maritime Silk Road Initiative. Geopolitics. 22(2), pp. 223-245

INTERNET:

Xinhua. (2017). Full text of President Xi's speech at opening of Belt and Road forum. XinhuaNet.

Baca juga tulisan saya lainnya tentang China di China Penyebab Ekonomi China Bisa Maju

Baca juga tulisan saya lainnya tentang kontroversi yang tren saat ini European Super League di Pemikiran "Los Galacticos" dalam Ide Kontroversi European Super League

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun