Mohon tunggu...
Inovasi

Kritik Desain Komunikasi Visual Mengenai Infografis Harian Kompas "Kebiasaan Membaca Buku di Indonesia"

2 November 2015   05:33 Diperbarui: 2 November 2015   18:24 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Istilah infografis dalam jurnalistik lebih dikenal dengan sebutan visual jurnalism, dapat ditemukan di surat kabar sebagai penjelas sebuah pembahasan.   Saat ini infografis semakin berkembang menjadi tren visual informatif yang juga sering ditemui dengan berbagai gaya visualisasi menarik. Tetapi tak semua infografis yang menarik menerapkan prinsip-prinsip desain komunikasi visual. Terkait dengan masalah seni/ maupun desain, kritik bertujuan untuk mendeskripsikan, menginterpretasi dan menilai suatu karya. (Bahari, 2008:3) Maka dari itu diperlukan suatu upaya penilaian yang memberikan kritik berdasarkan ilmu-ilmu yang sudah ada, baik secara pesan visual maupun verbal. 

Identifikasi dan Deskripsi

   Karya infografis yang penulis ambil sebagai objek visual merupakan salah satu karya infografis koran harian Kompas, Klasika Jateng & DIY, edisi Jawa Tengah Dan Yogyakarta, hari Kamis, 22 Oktober 2015.  Berikut ini penjabaran identifikasi dan deskripsi objek visual:

Tanda Verbal

Judul : Kebiasaan Membaca Buku Di Indonesia

  • Posisi : Penulisan judul “Kebiasaan Membaca Buku Di Indonesia” diformat Align Text Left (rata kiri), diletakkan di bagian kiri atas infografis. Di bawah penulisan judul terdapat garis yang diakhiri dengan lingkaran sebagai penekanan judul
  • Warna : Ungu kebiruan (violet)
  • Huruf : Jenis typeface yang digunakan adalah sans serif, uppercase (kapital)
  • Ukuran: 28 pt

Bodytext

  • Posisi : Penulisan bodytext “Buku masih punya tempat  di hati masyarakat Indonesia. Setidaknya lebih dari sepertiga responden pada penelitian yang dilakukan Kompas Agustus lalu mengaku membaca buku dalam seminggu terakhir. Selain itu, survei ini menunjukkan preferensi bacaan yang dibagi dalam dua kategori besar, fiksi dan non fiksi”,  menggunakan format Align Text Left (rata kiri). Diletakan dibawah judul utama kiri atas infografis.
  • Warna : Hitam
  • Huruf : Jenis typeface yang digunakan adalah sans serif,calibri
  • Ukuran : 12 pt

Kuisioner

  • Posisi : Pertanyaan 1 “Sejauh yang Anda ingat, kapan terakhir Anda membaca buku? (nonbuku pelajaran/ kuliah/ buku teks)” dan 2 “Dalam 1 bulan terakhir, (%) buku jenis apakah yang Anda baca?”, menggunakan format Align Text Left (rata kiri). Diletakkan di bawa bodytext, dengan spasi panjang menyesuaikan doughnut diagram,  margin lebih disempitkan, sehingga hanya terdapat  satu maupun dua kata dalam satu baris
  • Warna : Ungu kebiruan (violet)
  • Huruf : Jenis typeface yang digunakan adalah sans serif calibri, dan ditebalkan (bold)
  • Ukuran : 14 pt

Pilihan Responden (Teks)

  • Posisi : Pilihan responden menurut pertanyaan diletakkan pada sisi-sisi visual hasil responden yang berupa doughnut diagram, disambungkan dengan menggunakan garis bantu yang diawali dengan lingkaran dan garis berbelok, agar memudahkan pembaca.  
  • Huruf : Jenis typeface yang  digunakan adalah sans serif calibri
  • Ukuran : 10 pt

Hasil Responden (Angka)

  • Posisi : Hasil responden diletakkan di dalam doughnut diagram
  • Warna : Hitam dan Putih (berdasar warna keterbacaan)
  • Huruf : Jenis typeface yang  digunakan adalah sans serif calibri
  • Ukuran : Menyesuaikan ruang dalam doughnut diagram

Informasi Infografis

  • Ukuran Infografis : 16,5 x 10,5 cm
  • Sumber : LITBANG KOMPAS (Calibri, 9 pt, hitam)
  • Halaman : 33

 Tanda Visual

  • Background infografis cenderung bewarna kuning pucat polos
  • Pada kanan atas infografis terdapat ilustrasi seorang wanita yang sedang duduk bersandar dengan bantal biru dan selimut biru di sebuah sofa (Single Seater  Sofa) bewarna merah, wanita tersebut terlihat melihat ke bawah, seperti terlihat sedang membaca sebuah buku bewarna biru tua dan memegangnya dengan dua tangannya, wanita tersebut berambut panjang bewarna hitam, menggunakan pakaian lengan tiga perempat bewarna biru, celana hitam tiga perempat, dan tidak menggunakan alas kaki. Penggunaan warna merah pada sofa dan biru pada baju wanita, selimut dan bantal merupakan perpaduan warna primer, dan perpaduan antara warna panas (merah), warna dingin (biru)
  • Dibawah bodytext dan ilustrasi ada dua doughnut diagram sebagai representasi visual informasi yang didapatkan dari para responden. Pembagian di dalam diagram hanya menggunakan perbedaan value warna dari biru, dari biru muda sampai biru tua, sehingga menciptakan perbedaan yang seolah ada garis pembatasnya.  
  • Warna dasar infografis

Interpretasi

   Infografis “Kebiasaan Membaca Buku” merupakan penyederhanaan konsep komunikasi pada artikel “Merawat Masa Depan Dunia Perbukuan” harian Kompas, Klasika Jateng & DIY, edisi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Kamis 22 Oktober 2015, yang berisi mengenai upaya masyarakat meniupkan kembali semangat untuk menumbuhkan kembali kebiasaan membaca buku untuk bersama-sama memajukan dunia perbukuan, karena tren global menunjukkan konsumisi buku secara general mengalami penurunan drastis akibat kemajuan teknologi yang makin canggih. Dari artikel tersebut, dapat dipahami bahwa memang dunia perbukuan sedang mengalami masa-masa kurang populer, tetapi tidak semua masyarakat merasa demikian, karena ada beberapa masyarakat yang nyatanya masih menggunakan buku sebagai jendela ilmu/ informasi yang tidak bisa ditinggalkan. Dengan adanya potensi tersebut, untuk mengetahuinya diperlukan pengumpulan informasi seperti kuisioner. Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik individu/ kelompok. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara. (https://alfside.wordpress.com/pengertian-kuisoner/ diakses tanggal 30 Oktober 2015, pukul 19.53 WIB).

   Hasil responden yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan kuisioner kemudian diolah dalam bentuk teks, guna mempermudah pemahaman pembaca dari rangkaian informasi tekstual, tetapi jika informasi tersusun panjang lebar akan cenderung sulit dipahami. Oleh karena itu diperlukan suatu infografis. (https://www.maxmanroe.com/pengertian-infografis-dan-jenisnya.html, diakses tanggal 31 Oktober, pukul 20.11 WIB) Karya infografis “Kebiasaan Membaca Buku di Indonesia” adalah hasil kuantitatif pengumpulan data kuisioner yang direspon oleh para responden, dan kemudian disusun secara informatif nan menarik melalui infografis statis dan kuantitaf ini.

   Berdasarkan judul “Kebiasaan Membaca Buku di Indonesia”, kata “kebiasaan” memiliki arti suatu perbuatan yang berulang-ulang dengan bentuk yang sama dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas, dalam rentang waktu yang lama pada waktu berdekatan. Dapat diartikan membaca buku bagi masyarakat Indonesia merupakan perbuatan yang diulang-ulang secara sadar, sehingga menciptakan adanya suatu pola hidup dalam masyarakat di Indonesia yang masih menggunakan buku sebagai sumber ilmu, informasi, maupun hiburan dengan tujuan tertentu.  Penulisan judul menggunakan tipografi Sans Serif. Memberi kesan tegak, kuat, dan formal, yang dapat merepresentasikan maksud yang kuat untuk menumbuhkan kesadaran minat baca dalam masyarakat. Sans Serif adalah tipografi tanpa kait. Jenis ini digunakan untuk kemudahan mengenali huruf(legibility) dan keterbacaan suatu teks (readability) (Rustan, 2011:74). Dalam bodytext juga dijelaskan kembali bahwa nyatanya buku masih mempunyai tempat di hati masyarakat Indonesia, meski tidak semua responden mengaku membaca buku dalam seminggu terakhir. Dibawah judul terdapat garis yang diakhiri dengan lingkaran, seolah ingin menggaris bawahi/ menekankan penulisan judul, dan mengawali infografis tersebut secara estetik.     

   Penggunaan warna ungu kebiruan pada penulisan judul dan pertanyaan kuisioner memiliki watak dingin, kesedihan, negatif, bahkan melankoli, dan kesan lebih menekan. Warna ungu kebiruan pada judul sendiri dapat dikaitkan dengan mengkritik fenomena mengenai menurunnya minat baca masyarakat akibat kemajuan teknologi yang canggih, sehingga sangat disayangkan dunia perbukuan sedikit semakin sedikit mulai tergeser, karena pada nyatanya membaca buku memiliki maupun memberi banyak manfaat positif dan tidak lekang oleh waktu dibandingkan dengna teknologi masa kini. Perpaduan warna ungu kebiruan sebagai warna dingin dengan latar belakang kuning pucat sebagai warna panas menjadi perpaduan warna yang kontras komplementer (dua warna). Warna-warna komplementer merupakan warna yang kontradiktif, yaitu warna yang saling bertentangan secara maksimal sehingga jika dijajarkan bergetar. Warna panas berkomplemen dengan warna dingin, sehingga sifatnya kontras atau bertentangan. Dalam seni/ desain cukup baik untuk warna tulisan dan dasarnya karena kontras sehingga mudah tebaca. (Sanyoto,2010:37) Sehingga perpaduan warna ungu kebiruan dan kuning pucat dalam infografis ini sangat membantu dan dapat mempermudah para pembaca karena tingkat keterbacaannya (readability) yang jelas.

   Penggunaan value warna biru pada doughnut diagram, memiliki kesan tenang dan bertanggung jawab serta profesional. Warna biru tua bisa memberikan pola pikir yang jernih sedangkan biru muda bisa merangsang ketenangan dan juga konsentrasi. (http://www.belajar-desain.com/2015/05/arti-warna-untuk-desain-grafis.html, diakses tanggal 31 Oktober, pukul 22.20 WIB) Value terang dan gelap warna biru adalah value yang saling berdekatan (close value) berkesan harmonis. Perpaduan latar belakang dan doughnut diagram juga memiliki tingkat visibility yang tinggi dan tajam. Penulisan angka didalam diagram menggunakan warna kontras hitam dan putih saja, tergantung gelap terang value warna biru yang digunakan dalam diagram. Kontras value yang paling kuat atau rangking adalah hitam-putih. Kontras value rangking kedua ada pada warna hitam dengan warna-warna paling terang karena dicampur pada warna putih. Sedangkan rangking ketiganya ada pada warna-warna gelap karena tercampur banyak warna hitam dengan warna-warna terang. (Sanyoto, 2010:68) Sehingga Kontras value berkesan kontras, menyolok, tajam, kuat, sesuai untuk memperjelas tulisan.

   Adanya ilustrasi pada kanan atas infografis seolah ingin memberi gambaran pembaca akan damainya pembaca saat membaca buku. Penggambaran wanita berpakaian rumahan bewarna biru hitam, berkulit sawo matang representasi kulit wanita Indonesia, berambut hitam panjang tergerai dengan duduk bersandar sofa empuk, memegang buku dengan dua tangan, ditambah dengan menyilangkan kaki tanpa mengenakan alas kaki, mengesankan suasana yang santai dengan selimut dan bantal bewarna biru muda di belakangnya. Terlihat juga ekspresi dari wanita tersebut yang tersenyum, rileks, dengan menghadap ke arah buku yang ia baca. Ilustrasi wanita yang sedang bersantai membaca buku merepresentasikan bahwa membaca buku dapat menciptakan suasana santai, tenang, dan juga mengurangi depresi, dan menenangkan pikiran pembaca. Penggunaan warna merah pada sofa dan biru pada wanita, merupakan warna pokok/ primer. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu menstimulasi perasaan, perhatian dan minat seseorang (Kusrianto, 2007:46). Perpaduan warna panas merah dan warna dingin biru juga merupakan warna komplementer, tetapi warna komplementer tersebut menciptakan kesan perpaduan sifat antar kedua warna itu, seperti kuat, aktif, tetapi tenang, kalem dan pasif dalam satu gambar. Warna biru pada ilustrasi baju wanita, selimut, bantal dan doughnut diagram terlihat memiliki kesamaan warna, sehingga secara keseluruhan desain ini memiliki sebuah kesatuan yang terjadi karena keselarasan warna yang juga membuat unsur-unsur desain ini serasi.

Evaluasi

a. Kritik

   Infografis sebagai media massa telah memudahkan komunikan untuk menemukan informasi yang relevan dan konkrit, terangkum dan dapat dengan mudah diterima oleh pembaca melalui bahasa visual. Infografis memiliki karakteristik konten yang bersifat edukatif dan informatif dalam setiap temanya. Segala komponen dalam Infografis ini sudah terlihat baik secara konsep, komposisi dan eksekusinya, tetapi jika dilihat lebih dalam lagi akan terdapat beberapa kelemahan dalam hal eksekusinya. Terdapat banyak ruang kosong pada infografis ini, yang menyebabkan kurang seimbanya kompisisi, demi mengisi ruang kosong akan melakukan perbaikan berunsur garis estesitik yang bewarna harmonis. Alur layout pada infografis ini sudah memiliki arah yaitu pembacaan teks yang dimulai dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Layout penulisan infografis “Kebiasaan Membaca Buku di Inonesia” ini sudah cukup rapi.  Penataan ilustrasi, dan doughnut diagram akan diperbaiki, karena ada beberapa yang kurang seimbang, maka penempatannya akan diseimbangkan dan searah. Keseimbangan sangatlah penting dalam dasar seni rupa, karya seni/ desain harus memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tidak berat sebelah. (Sanyoto, 2010:237)  

   Penggunaan warna pada  dougnut diagram, sudah baik tetapi terdapat salah satu warna yang menjadi satu, padahal berbeda hasil responden. Dapat dilihat pada “Kitab Suci” yang berjumlah 0,7 %, sedangkan “Nonfiksi (bisnis, biografi, motivasi, psikologi, dll)” yang berjumlah 49,8 %, seharusnya ada perbedaan warna yang membedakan hasil responden, agar pembaca dapat membandingkan hasil yang didapat dengan jelas. Warna pada doughnut diagram kedua juga akan disesuaikan dengan doughnut diagram pertama pada jawaban yang “Tidak tahu/ tidak jawab” dan “Lupa”, karena keduanya memiliki kesamaan. Penempatan diagram juga membuat komposisi terasa berat sebelah, karena diatas sudah terdapat ilustrasi, sehingga diagram akan dipindahkan pada sisi kiri agar keseimbangan komposisi infografis terjaga. 

  Redesain pada infografis ini tidak akan mengubah isi utama infografis, ilustrasi, lingkaran, maupun komponen penting lainnya, karena dirasa segala komponen yang ada merupakan makna ilustrasi wanita, konsep warna biru yang mendominasi dan memiliki arti yang sangat kuat dari infografis ini, sehingga sudah tersampaikan secara jelas melalui komponen-komponen yang ada. Namun, tetap akan adanya redesain berupa pembenaran beberapa penataan penulisan, metode penulisan, dan warna yang belum sesuai sesuai pada diagram. 

b. Redesain

Kesimpulan

   Infografis memiliki banyak manfaat untuk penyampaian informasi. Pada era dimana fenomena “information overload”, informasi sangat mengalir deras, para pembaca memiliki keterbatasan waktu dan energi untuk memahami maupun membaca informasi yang disampaikan. Infografis sebagai produk desain komunikasi visual merupakan hasil solutif tentang penyederhanaan konsep komunikasi. Perancangan Infografis berawal dari permasalahan komunikasi verbal, bahwa rangkaian informasi tekstual yang tersusun panjang lebat dan kompleks cenderung sulit dipahami, yang kemudian diubah menjadi susunan grafis yang lebih singkat san ringkas namun masih relevan dengan konten yang bahas. Oleh karena itu, Infografis diyakini sebagai cara yang baik untuk merepresentasikan data informasi agar tepat mengenai pembaca, sehingga seorang komunikator dapat dengan mudah memberi informasi yang dibutuhkan ke dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dalam bentuk rangakaian visual dan verbal.

   Berdasarkan paragraf di atas, infografis “Kebiasaan Membaca Buku Di Indonesia” sudah menyiratkan segala pesan maupun informasi mengenai minat baca pada masyarakat di Indonesia, pengumpulan datanya melalui kuisioner, yang kemudian dirangkum dalam susunan grafis yang lebih efektif penyampaian informasinya.  Dengan membuat desain yang sederhana, konsep yang kuat dan mudah dimengerti, infografis memiliki potensi unik yang dapat ditujukan untuk mengedukasi seluruh  masyarakat di Indonesia.  

Daftar Pustaka

Bahari, Nooryan, 2008.  Kritik Seni Wacana, Apresiasi dan Kreasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kusriyanto, Adi, 2007-2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Rustan, Surianto, 2008, Layout, Dasar dan Penerapannya, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi, 2009-2010. Nirmana Elemen-Elemen Seni Dan Desain, Yogyakarta: Jalasutra.

Webtografi

https://alfside.wordpress.com/pengertian-kuisoner/ diakses tanggal 30 Oktober 2015, pukul 19.53 WIB

https://www.maxmanroe.com/pengertian-infografis-dan-jenisnya.html, diakses tanggal 31 Oktober, pukul 20.11 WIB

http://www.belajar-desain.com/2015/05/arti-warna-untuk-desain-grafis.html, diakses tanggal 31 Oktober, pukul 22.20 WIB

Lampiran 

a. Dokumentasi Karya Infografis

 

b. Hasil Redesain Infografis

Penulis :

Gintari Dian A. | NIM. 1312261024

Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun