Mohon tunggu...
Zavry W. Zaid
Zavry W. Zaid Mohon Tunggu... lainnya -

Chairman/CEO at Human Paradigm Enlightemen Foundation (HPEF/YPPI).Freelancer now n then. Nothing more interesting than immortality. In between, just passing n away while looking for the better future of body, mind n soul. Positive thinking, open minded, forget the past n forgiveness for a glorious of humanities.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umara, Ulama, dan Umat...Oe,Oe,Oe...

17 Mei 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cukup kiranya mengulas ulama dengan kutipan empat  ayat di tiga surat dalam Al-Qur'an suci tersebut di atas, dengan harapan tentu saja perilaku saleh menjalankan amar ma'ruf nahi munkar bisa menular kepada umatnya. Kalau tak bisa menular kepada umat, karena persediaan berperilaku yang mau ditularkan tak cukup istiqomah, maka janganlah bersedih..oe..oe..oe, karena sesungguhnya tugas mencari ilmu menjadi kewajiban umat juga.

Umat manusia berarti sekalian makhluk bangsa manusia, bukan termasuk golongan malaikat konon lagi jin. Kebanyakan umat berada dalam kondisi menjalani kehidupan tak sebagaimana yang sebenarnya diharapkan. Semua makhluk hidup yang bernama manusia sangat berharap dapat menjalani hidup berkecukupan. Berharap setiap hari tersedia cukup pangan, punya sandang layak pakai, juga memiliki papan yang aman, nyaman untuk berteduh dan berkumpul serta berbagi suka-duka bersama keluarga.

Harapan yang sederhana sebenarnya, bila dibandingkan dengan tampilan sikap dan perilaku hidup mewah diri dan keluarga segelintir elite penguasa yang mengaku sebagai pemimpin bangsa. Padahal menjalani kehidupan sederhana selaras bersama alam semesta, membuat manusia lebih peka terhadap etika, seni dan keindahan hidup. Orang bijakpun senang bersikap dan berucap : Harmony, aesthetics and beauty are found in the simplest things.

Pernah suatu ketika selepas salat Jum'at saya bertanya kepada seorang khatib yang juga umara. Bagaimana sesungguhnya tanggungjawab ulama dan umara terhadap pembinaan serta pemulihan kesadaran moralitas umat? Tugas ulama adalah menyampaikan risalah Rasul dan Nabi saw, menghimbau agar umat selalu menjalankan ibadah, bertakwa kepada Allah swt dengan sebenar-benar takwa, melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar.  Soal apakah umat bangkit kesadaran untuk benar-benar menjalani laku hidup amar ma'ruf nahi munkar, kembali terpulang balik kepada diri individu masing-masing. Menjadi fardu a'in, tanggungjawab tiap-tiap orang kepada penciptanya Allah swt. Sedangkan menguasai Al-Qur'an dengan tartil, perlahan hingga paham secara baik dan benar untuk disampaikan kepada umat dapat diwakilkan sebagai fardu kifayah. Dengan telah menyampaikan dan berbagi ilmu dan pengetahuan agama kepada umat, maka tanggungjawab ulama tak bisa dituntut lagi. Tidak mungkin rasanya mengubah perilaku umat agar bangkit kesadaran untuk berperilaku sebagai muslim sejati. Makanya berabad-abad setelah Nabi saw wafat, para ulama melanjutkan perjuangan memperbaiki kualitas, pemahaman dan kesadaran umat manusia, namun perilaku amar ma'ruf nahi munkar belum juga membumi.

Saya manggut-manggut sembari teringat ucapan seorang khatib ketika selesai menyampaikan khotbah dalam bahasa Arab. Sayapun bertanya. Bahkan ketika Allah menciptakan manusia, malaikatpun bertanya!

Tanya : "Kenapa tidak menggunakan bahasa yang bisa dan mudah dimengerti para jama'ah Pak Ustadz"?

Jawab : "Khotbah Jum'at adalah pengganti dua rakaat salat zuhur. Salat  dilaksanakan dalam bahasa Arab, jadi khotbah juga seharusnya dalam bahasa Arab".

Tanya : "Tapi jamaah kan ndak mengerti isi khotbah P'ak Ustadz, bagaimana mereka bisa sadar mengikuti himbauan untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar?

Jawab : "Boro-boro jamaah Pak Hadji, banyak juga ustadz hanya membacakan saja khotbah bahasa Arab itu, tanpa paham artinya. Surat al- Fatihah yang diulang baca minimal 17 x sehari saja banyak yang tak paham artinya, apalagi isi khotbah yang cukup panjang. Makanya tugas ulama itu sesungguhnya amat berat tanggungjawab di dunia maupun di akhirat nanti".

Sayapun  makin termanggut-manggut, karena jadi tambah mumet kalau mikirkan nasib umat  kalau dihubungkan dengan perilaku segelintir umara-elite penguasa negeri dan oelama yang belum tercerahkan berdayakan umat.

Tapi jangan bersedih umat manusia dan bangsaku, karena sesungguhnya baik umara, ulama, maupun umat, walaupun berbeda nasib peruntungan, dulu-dulunya sama-sama dimulai dengan huruf oe..oe..oe. Percayalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun