Ruwatan Bumi, Hajat Mulud, Hajat Wawar atau Hajat Lingkungan, Hajat Solokan (saluran air), dan Ngabangsar merupakan sebagian kecil dari beragamnya adat istiadat yang ada di Kampung Banceuy.Â
Setiap upacara adat yang digelar di Kampung Banceuy akan dipimpin oleh sesepuh yang ada di kampung tersebut dan/atau setelah meminta izin maupun menerima saran terlebih dahulu dari sesepuh yang ada di Kampung Banceuy itu sendiri.
Segala sesuatu yang akan digunakan dalam upacara adat yang dilakukan di Kampung Banceuy, baik itu berupa bahan pokok, peralatan yang digunakan, dan lainnya harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan atau dianjurkan oleh para leluhur maupun sesepuh di kampung tersebut.Â
Sebagai contoh, pada acara Ruwatan Bumi yang digelar selama dua hari dua malam ini segala sesuatunya dari mulai bahan pokok dan peralatan yang digunakan, kesenian yang harus ditampilkan, hingga setiap tahapan acara dari awal sampai akhir harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sejak dulu dan sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh sesepuh yang ada di Kampung Banceuy.Â
Segala aturan dan pantangan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan ritual-ritual tertentu menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik guna menghindari segala bentuk permasalahan yang mungkin terjadi jika melanggar hal tersebut.
Adapun menurut Mang Odang, tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa dalam waktu dekat atau tepatnya pada tanggal 26-27 Juli 2022 mendatang, Kampung Adat Banceuy akan segera menggelar Ruwatan Bumi yang dapat dihadiri oleh siapa saja dan dari mana saja.Â
Bahkan dikatakan pula bahwa ketika sebelum adanya pandemi COVID-19 pengunjung yang datang untuk ikut memeriahkan Ruwatan Bumi tersebut tidak hanya masyarakat yang berasal dari Subang maupun dari berbagai daerah di Indonesia saja, tetapi ada pula yang datang dari luar negeri seperti Jepang dan Meksiko.
Jika kita ingin mengunjungi Kampung Banceuy, maka tidak ada salahnya untuk mengetahui pula pantangan atau larangan yang ada di kampung adat tersebut.Â
Beberapa pantangan yang ada di Kampung Banceuy seperti, pada hari Sabtu tidak boleh bermain bola atau membuat kegaduhan lain di lapangan yang dianggap sebagai tempat berkumpulnya para leluhur.Â
Kemudian, pada hari Jumat dilarang bermain atau pergi ke hutan larangan, kawasan Curug Bentang dan Leuwi Lawang, serta berbagai pantangan lainnya.Â