A. Data Buku
1. Judul: Hiking Girls (Indonesia), (Korea)
2. Penulis: Kim Hye Jung
3. Penerbit: Atria (Indonesia)
4. Penerjemah: Dwita Rizki
5. Penyunting: Dian Pranasari
6. Pemeriksa Aksara: Diksi Dik
7. Pewajah Isi: Eri Ambardi A
8. Desain Sampul: Lala Bohang
9. Tebal Buku: 276 halaman
10. Tahun Terbit: 2008 (Korea), Cetakan I: Agustus 2012 (Indonesia)
11. ISBN: 978-979-024-392-7
B. Ringkasan Buku
Hiking Girls adalah sebuah novel fiksi karya Kim Hye Jung yang menceritakan tentang perjalanan Lee Eun Sung, Joo Bo Ra, dan kak Mi Joo menyusuri Jalur Sutra di China. Lee Eun Sung dan Bo Ra adalah dua anak SMA yang dikirim oleh Pusat Perlindungan Anak untuk melakukan perjalanan mulai dari Uyghur hingga Dunhuang, dibimbing oleh kak Mi Joo yang berumur 30-an.
Cerita dimulai dengan hari pertama dalam agenda perjalanan Lee Eun Sung, tepatnya di kota Uyghur. Lee Eun Sung adalah seorang anak SMA yang suka mengeluh dan sulit mengendalikan temperamennya. Sebelum pergi menyusuri Jalur Sutra, ia terlibat perkelahian dengan Yoo Ji Yeon, anak yang merundungnya di sekolah. Keluarga Yoo Ji Yeon pun tak terima putri mereka dihajar, walau dengan alasan apapun. Eun Sung pun diadili dan diberi dua pilihan hukuman; menjalani penjara anak, atau melakukan perjalanan sepanjang jalur sutra. Eun Sung yang tak mengetahui apa itu Jalur Sutra pun segera memilih untuk melakukan perjalanan. Sayangnya, Jalur Sutra tidak seindah ekspetasinya. Eun Sung yang baru mengetahui bahwa Jalur Sutra adalah sebuah jalan panjang di gurun, terus-menerus mengeluh dan marah-marah dan kena omelan kak Mi Joo. Namun ia tahu bahwa ia tidak dapat kembali. Kini ia harus berjalan kaki menyusuri gurun selama tiga bulan.
Setelah sepekan terus berjalan, tiba hari istirahat. Eung Sung, Bo Ra, dan kak Mi Joo menetap di sebuah hotel. Karena hari istirahatnya, Eun Sung meminta untuk pergi melihat-lihat pasar yang ada di dekat hotel. Di sana, Eun Sung dan Bo Ra bertanya dan mencoba berbagai macam hal dengan semangat. Saat kak Mi Joo dan Bo Ra sedang duduk beristirahat, Eun Sung yang diam-diam ingin membeli rokok meminta izin untuk pergi menjelajahi pasar sendirian. Awalnya kak Mi Joo tak mengizinkan. Namun karena Eun Sung bersikeras, ia akhirnya dibolehkan untuk pergi dan diminta untuk berkumpul kembali di tempat yang sama. Eun Sung pun lekas membeli rokok dan menghisapnya tanpa sepengetahuan Bo Ra dan kak Mi Joo. Setelah selesai, ia berjalan kembali ke tempat berkumpul. Namun, Eun Sung lupa arah dan tersesat hingga matahari terbenam. Ia tak bisa bertanya pada orang sekitar karena tak paham bahasa Uyghur. Eun Sung yang pasrah pun berhenti berjalan dan menangis. Ia teringat dengan masa kecilnya, dimana ia nyaris dibuang oleh ibunya sendiri. Â Untungnya, ia ditemukan oleh kak Mi Joo dan Bo Ra yang mengelilingi pasar karena khawatir. Mereka bertiga pun kembali dari pasar, dan beristirahat untuk berjalan kembali esok hari.
Setelah kembali melanjutkan perjalanan hingga kota Tulufan, mereka istirahat lebih awal di penginapan terdekat. Saat makan malam di restoran, Bo Ra terlihat tidak menyukai makanannya, jadi mereka pergi membeli mi instan di minimarket terdekat. Di kasir, kak Mi Joo baru menyadari bahwa tas pinggangnya hilang. Mereka pun kembali menyusuri jalan, dan mendatangi restoran yang baru saja mereka singgahi. Bo Ra melihat tas pinggang kak Mi Joo tergantung di dapur restoran. Ia pun menyusun rencana, lalu pergi menyelinap dan kembali membawa tas tersebut. Setelah berhasil menemukan tas pinggang kak Mi Joo, mereka baru sadar bahwa tas ransel mereka tertinggal di minimarket. Ketika kembali lagi, tempat itu sudah tutup. Eun Sung yang terlanjur kesal pun marah karena mengira tas ransel mereka dicuri, seperti kejadian hilangnya tas pinggang kak Mi Joo. Eun Sung mengatakan bahwa semua orang China jahat, yang tentu saja mendapat omelan dari kak Mi Joo. Mereka yang lelah mencari pun akhrnya kembali ke penginapan. Tak lama kemudian, tas mereka diantarkan oleh pemilik minimarket. Kak Mi Joo bercerita bahwa pemilik minimarket mencari mereka kesana kemari selama dua jam, untuk mengembalikan ransel-ransel tersebut. Eun Sung pun segera menyesali kata-katanya sebelumnya.
Setelah tas mereka kembali, Eun Sung pun memuji Bo Ra karena lihai dalam mengambil tas pinggang kak Mi Joo kembali. Bo Ra pun mengakui bahwa ia dikirim dalam perjalanan karena pernah mencuri beberapa kali. Eun Sung pun terkejut karena Bo Ra terlihat seperti anak baik-baik. Eun Sung pun balik menceritakan bahwa ia bisa sampai di perjalanan itu karena suka memukul orang lain. Mendengar hal itu, Bo Ra tiba-tiba marah dan pergi meninggalkan Eun Sung yang kebingungan.
Mereka pun terus melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di reruntuhan Gao Chang, kak Mi Joo pergi sebentar ke toilet, dan meminta agar Eun Sung dan Bo Ra mengunggu tanpa membuat masalah. Di sana, Eun Sung dan Bo Ra bertemu dengan beberapa turis Jepang yang seumuran dengan mereka. Beberapa diantara turis itu tiba-tiba mengganggu Bo Ra tanpa alasan, dan menendangnya hingga jatuh. Eun Sung yang tak terima pun memukul turis-turis tersebut tanpa henti. Ketika ia sadar, kak Mi Joo sudah kembali dan melerainya. Turis yang ia pukul pun sudah  babak belur. Mereka semua pun pergi ke rumah sakit di pusat kota Tulufan. Kak Mi Joo marah besar. Ia dan Eun Sung terlibat debat yang panjang, dan saling meneriaki satu sama lain. Bukannya membela, Bo Ra pun ikut memojokkan Eun Sung. Eun Sung yang marah dan kecewa pun kemudian terlelap, dan memimpikan neneknya yang ia rindukan.
Ketika Eun Sung terbangun, ia berpapasan dengan kak Mi Joo. Mereka pun mengobrol. Kak Mi Joo meminta maaf karena telah marah pada Eun Sung. Ia pun bercerita mengenai kakaknya, dan mengatakan bahwa ia mengerti dengan apa yang Eun Sung rasakan. Setelah berdamain dengan kak Mi Joo dan turis Jepang yang ia pukul, Eun Sung, Bo Ra, dan kak Mi Joo pergi untuk makan malam, dan keadaan kembali seperti biasa.
Beberapa hari kemudian, kak Mi Joo demam. Mereka pun memutuskan untuk menunda perjalanan mereka, dan beristirahat penuh seharian itu. Kak Mi Joo pun meminta Eun Sung dan Bo Ra agar keluar sebentar, karena ingin beristirahat. Eun Sung dan Bo Ra pun keluar untuk mencari makan, namun Bo Ra bersikap dingin dan kembali ke penginapan. Eun Sung yang bingung dan kesal pun makan sendirian. Saat kembali, ia melihat Bo Ra bersiap untuk pergi dan membawa tas ranselnya. Ia berencara kabur. Bo Ra pun buru-buru keluar dari penginapan dengan panik. Eun Sung berusaha menarik Bo Ra agar kembali, namun usahanya tak membuahkan hasil. Akhirnya, Eun Sung hanya mengikuti Bo Ra dari belakang. Setelah berjalan agak jauh, tiba-tiba Bo Ra diserang oleh beberapa preman. Eun Sung pun segera maju dan berkelahi dengan preman-preman tersebut. Namun ia terkena pukulan dan jatuh tak sadarkan diri. Ketika ia terbangun, seseorang memanggilnya dalam bahasa Korea. Rupanya, ada tiga orang Korea yang melewati gang tersebut. Mereka mengobati Eun Sung dan Bo Ra, lalu mengajak untuk makan malam bersama. Ketika makan malam, mereka saling berkenalan. Penolong mereka adalah pemandu wisata. Bo Ra berbohong, mengatakan bahwa ia dan Eun Sung adalah anak kuliah dan belum menemukan penginapan. Para pemandu itu pun tak curiga, dan membantu Eun Sung dan Bo Ra mencari penginapan.
Pagi harinya, Bo Ra dan Eun Sung berpisah dengan para pemandu. Bo Ra pun mencoba untuk melanjutkan perjalanan, sementara Eun Sung mencoba untuk kembali menghubungi kak Mi Joo. Bo Ra yang memergoki Eun Sung pun segera merobek kertas berisi nomor telepon kak Mi Joo. Eun Sung yang marah berkali-kali meneriaki Bo Ra 'pencuri'. Bo Ra yang tak tahan pun akhirnya menceritakan masa lalunya sambil menangis. Ia mencuri karena ditindas oleh orang-orang di sekitarnya, karena itu ia tak ingin kembali ke Korea. Eun Sung pun terdiam mendengarnya.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan berdua hingga akhirnya tiba di sebuah kompleks yurt. Di sana, mereka bertemu dengan keluarga seorang gadis nomad, Yultuz. Eun Sung dan Bo Ra disambut dengan hangat oleh keluarga Yultuz. Mereka berdua pun memutuskan untuk menginap di kompleks tersebut. Bo Ra yang tek sengaja meminum alkohol saat berpesta pun mencurahkan isi hatinya, dan mengaku bahwa ia tak pernah merasa sebebas saat itu pada Eun Sung.
Keesokan harinya, Eun Sung dan Bo Ra kembali dalam pelarian, dan pergi untuk mencari restoran untuk makan. Ketika ingin membayar, keduanya baru sadar bahwa dompet kak Mi Joo yang mereka bawa telah hilang. Akhirnya, manajer restoran tersebut memarahi dan mengurung mereka berdua di sebuah ruangan. Eun Sung pun menangis dan kembali berdebat dengan Bo Ra. Beberapa saat kemudian, polisi menjemput dan membawa mereka ke kantor polisi. Ternyata, Eun Sung dan Bo Ra sudah dicari-cari oleh Pusat Perlindungan Anak. Kak Mi Joo pun datang. Ia sangat marah dan menanggapi mereka dengan dingin. Eun Sung dan Bo Ra terpaksa untuk pulang ke Korea dan masuk penjara anak. Namun, pada malam harinya, Bo Ra menangis sambil mengakui bahwa ialah yang menyembunyikan dompet kak Mi Joo karena ingin kembali ke perjalanan tersebut. Akhirnya, kak Mi Joo, Eun Sung, dan Bo Ra memohon pada Pusat Perlindungan Anak untuk diberikan waktu agar dapat menyelesaikan perjalanan mereka.
Setelah mengadakan permohonan resmi, akhirnya Pusat Perlindungan Anak mengabulkan permohonan mereka, dengan syarat, ketika mereka kembali tetap harus masuk penjara anak. Eun Sung, Bo Ra, dan kak Mi Joo pun senang bukan main. Mereka pun kembali dalam perjalanan mereka. Dalam perjalanan ke Dunhuang, mereka menaiki unta dengan riang. Ketika sampai di Gunung Ming Shan, Eun Sung dan Bo Ra berserancar di gunung pasir dengan semangat. Akhirnya, perjalanan mereka telah selesai.
C. Kelebihan Buku
Hiking Girls diceritakan dengan bahasa yang mudah ditangkap, serta sarat akan makna. Perjalanan Eun Sung, Bo Ra, dan kak Mi Joo dalam mengatasi masalah masing-masing sangat membuka mata pembaca. Alur yang ditulis pun menyajikan perkembangan karakter tokoh yang sangat baik. Masalah yang diceritakan pun realistis. Pay off dari novel ini pun dikemas dengan sedemikian rupa hingga dapat meninggalkan rasa puas di hati pembaca.
D. Kekurangan Buku
Penulisan yang sangat baik oleh Kim Hye Jung suit untuk dicari kelemahannya. Namun, kurangnya deskripsi fisik membatasi pembaca untuk benar- benar merasakan emosi para tokoh.
E. Rekomendasi
Hiking Girls kaya akan pesan moral yang dapat kita refleksikan pada masalah sehari-hari. Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh kalangan remaja keatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H