"Kalau ibu lihat di internet patah hati bisa dirasakan oleh siapa saja dan tidak melulu karena berakhirnya sebuah hubungan percintaan. Kondisi yang menyebabkan stres berat, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarga yang disayangi, hingga perubahan karir bisa menyebabkan patah hati. Jadi kita patah hati tidak hanya soal putus cinta dengan pasangan, tetapi ketika kalian merasa sakit hati, kecewa, dan meraskan ngilu atau tertusuk dibagian sini." Hana menunjuk tepat di jantungnya.
 "Itulah yang dikatakan dengan patah hati, patah, dari satu menjadi dua, dari terikat menjadi putus, patah karena ditinggalkan yang awalnya dekat jadi menjauh atau karena dikecewakan, hingga menyebabkan sakit yang sulit digambarkan, sampai menangis dengan tersedu-sedu karena sesuatu hal yang berharga hilang bersama dengan rasa kecwea itu. Seperti kehilangan sahabat, kehilangan keluarga, jika itu terasa menusuk hati, maka kamu sedang patah hati." Hana menjelaskan panjang lebar.
Semua yang mendengarkan mengangguk paham dengan penjelasan Hana, seperti rumit, namun paham dengan bagaimana rasanya, sakit.
"Bu Guru Hana, apakah engkau pernah merasakan patah hati?" Tanya Rizal tiba-tiba. Hana terenyum mendengarkan pertanyaan Rizal, dia tatap anak-anak didiknya satu persatu, terlihat rasa penasaran jawaban apa yang hendak Hana berikan.
"Kalau kau Rizal? Pernah kau patah hati?" bukanya menjawab, Hana malah melempar kembali pertanyaan pada Rizal. Dan Rizal hanya menggelengkan kepala, tanda ia tak pernah merasakan patah hati.
Dengan tarikan napas yang cukup panjang, dan senyum yang disiapkan supaya terlihat menawan Hana beruaha menjawab pertanyaan Rizal.
"Ya ibu pernah patah hati, saat murid-murid ibu satu persatu melangkah pergi menggapai cita-citanya, hati ibu," Hana menunjuk posisi jantungnya lagi, "tapi ada yang lebih menyakitkan, tatkala ibu tidak bisa mengantar kalian pada mimpi dan cita-cita kalian, pada saat ibu melihat kalian berputus asa dengan masa depan kalian sendiri, pada saat itu hati ibu terasa lebih sakit." Hana menitikan air mata mengungkapkan isi hatinya, ia sangat sayang kepada anak-anak didiknya, sehingga ia selalu berusaha membantu muridnya untuk menggapai mimpinya.
Moana dan murid perempuan berhambur memeluk Hana yang berdiri di depan, sedang murid laki-laki hanya dapat menyaksikan suasa diskusi patah hati kali ini.
"Anak-anakku, sepertinya ibu punya kesimpulan baru tentang patah hati," murid-murid yang sebelumnya memeluk Hana, kini mengurai dan mempersiapkan pendengarannya masing-masing.
"Sepertinya patah hati ini memang asalnya dari cinta, cinta pada pasangan, pada pekerjaan, pada sekolah, pada rumah, pada keluarga, dan pada apa-apa yang kita harapkan. Dan yang membuat kita menjadi merasa sakit hati adalah ketika yang kita harapkan itu mengecewakan kita." Hana menjeda ucapannya, lalu menutup kelas dengan sebuah nasihat.
"Bersiaplah kalian dengan rasa sakit dan patah hati, bukan tidak mungkin rasa itu akan kita rasakan, entah sekarang atau nanti. Jadikan rasa itu sebagai pelajaran berharga untuk hidup kita."