Mohon tunggu...
Gina Resiana
Gina Resiana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

menulis, membaca, nonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diskusi Patah Hati

17 April 2024   20:12 Diperbarui: 17 April 2024   20:17 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya, silakan Rizal." Hana memberi kesempatan.

"Aku membaca di wikipedia kalau patah hati adalah metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta. Jadi kalau disismpulkan, patah hati ini memanglah buah yang jatuh karena sebuah cinta," ungkap Rizal cukup panjang lebar sambil melihat layar pipih ditangannya.

"Apakah karena cinta saja kami bisa patah hati Bu Guru Hana?" tanya Ari masih penasaran.

"Ibu tanya lagi, siapa di kelas ini yang pernah patah hati?"

"Saya bu guru." Moana mengacungkan tangan mencoba mengungkapkan pengalaman patah hatinya.

"Kenapa kau patah hati Moana?"

"Tentu pada saat aku di putuskan oleh Ari bu guru." Semua orang tertawa mendengar alasan Moana, tapi tidak dengan Ari dan Moana. Ari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedang Moana memandang sinis Ari.

"Pada saat kamu merasa patah hati apakah hatimu tersasa sakit Moana?" Hana bertanya sambil menunjuk posisi jantung di sebelah kiri.

"Tidak bu guru," ungkap Moana datar dan menggelengkan kepalanya.  

"Berarti kau tidak patah hati Moana, kau memang tidak cinta kepada ku," ujar Ari seraya menatap sinis pada Moana. Lalu semua orang menertawakan Ari lagi.  Tak ayal, seisi kelaspun menjadi riuh karena Ari dan Moana.

"Baik-baik anak-anakku sekalian, tenang dulu, tenang ya..." Hana beruaha menenangkan, "Mari kita sama-sama bicarakan patah hati ini, pembahasan yang sangat menarik untuk kita salami di akhir pelajaran kita." Hana melayangkan pandangan ke seluruh ruang kelas yang mulai tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun