Mohon tunggu...
ginanjar indra kusuma nugraha
ginanjar indra kusuma nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Tiada Daya dan Upaya melainkan atas Izin Allah SWT..

Pemuda pekerja keras, jujur, mandiri, berusaha lurus dalam hidupnya, taat ama ortu, serta menghargai sesama..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menakar Eksistensi Industri Penerbitan dan Percetakan (Publisher) di Masa Pandemi Covid-19

12 November 2020   13:05 Diperbarui: 12 November 2020   13:24 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sektor industri percetakan (printing) juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda, terpukul hebat terimbas Covid-19. Pelaku usaha printing dibuat porak poranda dengan keadaan diluar perkiraan (unpredictable), produksi terganggu, pemasukan (income) menipis, sampai cicilan mesin yang gagal bayar (bad debt). Beban pengeluaran cenderung tetap, akan tetapi tanpa pemasukan. Hal ini yang menyebabkan banyak dari para pelaku usaha printing mengalami tekanan dan kebangkrutan. Para Pengusaha digital printing, terutama supplier sudah merasakan langsung dampaknya sejak akhir Januari 2020, ketika Kota Wuhan di Cina dinyatakan lockdown. Mengingat banyak bahan baku dan mesin yang didatangkan dari Negara tersebut.

Mengutip dari yang disampaikan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia yang menyatakan bahwa begitu besar dampak Covid-19 terhadap Industri Percetakan Grafika, diantaranya:

Hampir seluruh percetakan di Indonesia pada saat ini mengalami penurunan omzet dan produksi yang lebih dari 70%

Di Bulan Maret, April hingga Juli 2020 merupakan Bulan-bulan jelang Tahun Ajaran baru, dimana seharusnya terjadi peningkatan produksi buku-buku Sekolah akan tetapi karena Pandemi, tidak adanya kejelasan pesanan dari Penerbit maupun Keputusan Pemerintah sehingga produksi mengalami penghentian. Pihak Sekolah maupun Instansi menunda keputusan pembelian buku atau pesanan barang cetakan karena menunggu instruksi lebih lanjut dari Pemerintah mengenai penggunaan dana yang kini dialihkan untuk penanggulangan Covid-19

Penjualan Retail mengalami penurunan drastis akibat tidak ada lagi pelanggan yang mampir ke tempat Percetakan karena pembatasan kegiatan usaha, sehingga banyak dari mereka banting setir sementara ini dengan memproduksi masker kain dan APD

Banyak Percetakan mengalami kesulitan keuangan akibat banyak pesanan yang sudah dikerjakan namun ditunda pembayarannya dan mengalami pembatalan. Ini banyak dirasakan UMKM-UMKM bidang Percetakan yang memproduksi undangan pernikahan, tetapi kemudian dibatalkan

Akibat kondisi yang tidak kondusif ini, banyak Percetakan yang mulai merumahkan karyawan tanpa gaji atau membayar separuh gaji, membuat jadwal masuk kerja secara bergiliran, bahkan memberhentikan karyawan yang berstatus harian. Belum berhenti sampai disitu, Industri Percetakan juga kesulitan memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Sejauh ini komponen impor di Industri Percetakan 7% - 12% tergantung file yang dicetak. Adapun impornya tergantung dari Cina sehingga pasokannya agak tersendat. Jimmy selaku Dewan Pertimbangan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia memaparkan asumsi perhitungan kerugian yang harus ditanggung Industri Percetakan per bulannya sebesar US$ 20 miliar sampai US$ 30 miliar per Bulan.

Kondisi perbukuan di Indonesia masih belum baik. Situasinya semakin mengkhawatirkan ketika Pandemi juga menghantam Industri Penerbitan yang merupakan ekosistem pada sektor ini. Pandemi memberikan kesadaran bahwa Industri Penerbitan di Indonesia belum memiliki ekosistem yang kuat, sehat, dan mapan, sehingga ketika dihantam krisis langsung limbung dan goyah. Salah satu dampak yang bisa dilihat secara langsung adalah menurunnya pengunjung toko buku. Selain itu, bagi Daerah yang menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Toko buku harus ditutup.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) tentang dampak Covid-19 terhadap Industri Perbukuan, didapatkan data bahwa sebagian besar anggota IKAPI mengalami penurunan penjualan akibat Covid-19. Di dalam survei tersebut, dijelaskan bahwa sebagaian besar merasakan dampak kerugian dari Covid-19. Lebih dari 50 % anggota IKAPI mengalami penurunan pendapatan selama Pandemi ini berlangsung. Penerbit-penerbit yang ada di Daerah sebagian besar mengandalkan pemesanan melalui Dinas atau Perpustakaan Daerah. Namun, selama Pandemi ini tidak ada pemesanan sama sekali. Belum lagi permasalahan pembajakan yang semakin marak di era digital.

Literature Review 

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit Corona Virus 2019 (Bahasa Inggris: Corona Virus Disease 2019, disingkat COVID-19) di seluruh Dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Corona Virus jenis baru yang diberi nama SARS-Cov-2. Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada Bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai Pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Hingga 23 April 2020, lebih dari 2.000.000 kasus Covid-19 telah dilaporkan dilebih dari 210 Negara dan Wilayah, mengakibatkan lebih dari 195.755 orang meninggal dunia dan lebih dari 781.109 orang sembuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun