Mohon tunggu...
ginanjar indra kusuma nugraha
ginanjar indra kusuma nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Tiada Daya dan Upaya melainkan atas Izin Allah SWT..

Pemuda pekerja keras, jujur, mandiri, berusaha lurus dalam hidupnya, taat ama ortu, serta menghargai sesama..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Lokal Sebagai Pemersatu

15 November 2016   10:31 Diperbarui: 15 November 2016   10:37 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa walikan ini sangat efektif penggunaannya pada saat perjuangan. Bahasa ini tidak memiliki struktur bahasa yang baku, namun mayoritas masyarakat merumuskannya sebagai bahasa walikan yang dalam kenyataannnya tidak semua kata bisa dibalik. Bahasa walikan ini sekarang menjadi trade mark masyarakat Malang, bahkan menjadi bahasa gaul dikalangan pemuda, orang tua, pelajar dan mahasiswa sampai aktifis sekalipun. Bahasa ini merupakan modal sosial masyarakat dimana mampu mempererat persaudaraan dan rasa saling percaya di masyarakat khususnya masyarakat Malang.

Dahulu kita mengenal permainan tradisional, seperti petak umpet, lompat tali, gasing, bekel, layang-layang, dan sebagainya. Permainan tersebut menjadikan anak-anak secara tidak langsung bertemu dan berkomunikasi sehingga terjalin persaudaraan diantara mereka. Hal yang sebaliknya dialami oleh anak-anak zaman sekarang, dimana mereka hanya mengenal permainan secara on line yang dampaknya akan berpengaruh pada mental dan sikap mereka terhadap lingkungan. Ini adalah contoh sederhana bukti nyata bahwa budaya lokal mampu membentuk rasa persaudaraan, kendati melalui permainan tradisional. Warisan-warisan budaya sebenarnya mempunyai potensi daya pikat, asalkan dilindungi dan dijaga serta dikembangkan agar dapat menjadi suatu ciri khas pemersatu antara budaya lokal, dan menjadi satu kesatuan identitas nasional.

Penutup

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan keanekaragaman budaya yang ada didalamnya. Budaya lokal adalah akar dari kebudayaan nasional dan seyogyanya dijaga dan dilestarikan. Pemerintah sebagai tonggak Negara harus mampu melindungi terhadap karya budaya Indonesia, melalui regulasi, festival buday, maupun mendaftarkannya kedalam UNESCO untuk menghindari claimdari bangsa lain. Tindakan antisipasi harus dilakukan terhadap budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia, dengan cara bersikap kritis dan teliti (mampu memilah dan memilih budaya yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia), meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta menanamkan sikap “Aku Cinta dan Bangga pada Budaya Lokal Indonesia”.

Referensi

Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Peranan Karya Sastra dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia dalam Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Muhammad, Abdulkadir. 2005. Ilmu Sosial Budaya Dasar. PT Citra Aditya Bakti

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa, dan Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun