Bahasa walikan ini sangat efektif penggunaannya pada saat perjuangan. Bahasa ini tidak memiliki struktur bahasa yang baku, namun mayoritas masyarakat merumuskannya sebagai bahasa walikan yang dalam kenyataannnya tidak semua kata bisa dibalik. Bahasa walikan ini sekarang menjadi trade mark masyarakat Malang, bahkan menjadi bahasa gaul dikalangan pemuda, orang tua, pelajar dan mahasiswa sampai aktifis sekalipun. Bahasa ini merupakan modal sosial masyarakat dimana mampu mempererat persaudaraan dan rasa saling percaya di masyarakat khususnya masyarakat Malang.
Dahulu kita mengenal permainan tradisional, seperti petak umpet, lompat tali, gasing, bekel, layang-layang, dan sebagainya. Permainan tersebut menjadikan anak-anak secara tidak langsung bertemu dan berkomunikasi sehingga terjalin persaudaraan diantara mereka. Hal yang sebaliknya dialami oleh anak-anak zaman sekarang, dimana mereka hanya mengenal permainan secara on line yang dampaknya akan berpengaruh pada mental dan sikap mereka terhadap lingkungan. Ini adalah contoh sederhana bukti nyata bahwa budaya lokal mampu membentuk rasa persaudaraan, kendati melalui permainan tradisional. Warisan-warisan budaya sebenarnya mempunyai potensi daya pikat, asalkan dilindungi dan dijaga serta dikembangkan agar dapat menjadi suatu ciri khas pemersatu antara budaya lokal, dan menjadi satu kesatuan identitas nasional.
Penutup
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan keanekaragaman budaya yang ada didalamnya. Budaya lokal adalah akar dari kebudayaan nasional dan seyogyanya dijaga dan dilestarikan. Pemerintah sebagai tonggak Negara harus mampu melindungi terhadap karya budaya Indonesia, melalui regulasi, festival buday, maupun mendaftarkannya kedalam UNESCO untuk menghindari claimdari bangsa lain. Tindakan antisipasi harus dilakukan terhadap budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia, dengan cara bersikap kritis dan teliti (mampu memilah dan memilih budaya yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia), meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta menanamkan sikap “Aku Cinta dan Bangga pada Budaya Lokal Indonesia”.
Referensi
Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Peranan Karya Sastra dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia dalam Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Muhammad, Abdulkadir. 2005. Ilmu Sosial Budaya Dasar. PT Citra Aditya Bakti
Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa, dan Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta