Terpapar Covid-19 dan jatuh sakit dengan segala keluhannya siapa yang mau? Tidak seorang pun menghendaki hal itu terjadi. Bahkan ketika prokes pribadi telah dilakukan sedemikian rupa dan tetap saja terpapar, salah siapa?
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak yang berusaha membagikan berbagai informasi tentang bahaya dan pencegahan virus berbahaya yang satu ini. Mulai dari pengetahuan dasar apa itu Covid-19, bagaimana cara penularannya, pencegahan, hingga tips-tips yang harus dilakukan jika misal kita terlanjur terpapar. Semua informasi itu dipublikasikan oleh pembuatnya semata hanya untuk memberikan edukasi agar orang-orang tidak terlalu panik tetapi tetap waspada. Agar pembaca jadi tahu seberapa bahaya dan seperti apa tindak pencegahannya.
Satu lagi, agar tidak menjadikan Covid-19 sebagai momok yang terlalu menakutkan sehingga belum juga kena, sudah panik dan sakit duluan.
Namun ternyata tidak semua informasi mampu dicerna dengan baik oleh penyimak informasi. Tidak bisa dipungkiri, masih saja ada yang menganggap jika penyakit yang satu ini adalah aib.Â
Orang yang terpapar dijauhi bahkan tidak jarang sampai dikucilkan. Akhirnya banyak para penderita covid yang harus berjuang sendirian untuk kesembuhannya. Ketika banyak tips yang menyarankan, "banyak makan..." "makan obat teratur," "rajin berjemur, sinar matahari bagus untuk kesembuhan." Mereka yang belum terkena wabah ini seolah tidak paham.Â
Bahwa penderita yang dikucilkan (terutama yang memilih untuk isolasi mandiri) harus benar-benar berjuang untuk menyiapkan makanan sendiri, berjalan tertatih untuk sekadar ke kamar mandi, berusaha sekuat tenaga untuk megambil dan meminum obatnya. Berjalan dengan lemas untuk mendapatkan tempat terbuka dengan penyinaran matahari langsung. Â
Dengan perjuangan seberat itu, bagaimana imunnya kembali dengan cepat? Sementara konon, imun akan meningkat pesat jika penderita merasa bahagia dan tenang. Maka bagi yang mendapati orang di sekelilingnya terkena covid, jangan langsung mencibir dan menjauhi seolah penderita adalah penyandang kusta yang menjijikan. Sekali lagi, siapa yang mau terpapar? Setiap penderita pasti diselimuti rasa bersalah dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatan yang lainnya kok.
Setidaknya ada lima hal yang dapat Anda lakukan jika di sekeliling Anda ada yang terpapar Covid-19. Terlebih jika orang tersebut adalah orang terdekat Anda.
Jaga suasana hatinya.
Hati yang bahagia adalah hal terpenting untuk menjaga imun tetap terjaga. Dengan menjaga suasana hati orang yang terpapar Covid-19 adalah hal yang paling mungkin dilakukan daripada Anda mengunjungi dan menjenguknya. Kirimkan pesan-pesan lucu, obrolan hangat yang sama sekali jauh dari bahasan penyakit. Kalimat-kalimat ringan yang bernada perhatian boleh Anda suguhkan.
Tidak terlalu sering bertanya kabar.
Jangan karena Anda perhatian, tiba-tiba Anda membombardir teman dekat/saudara Anda dengan mengecek perkembangan penyakitnya setiap hari. Melulu bertanya kabar hanya akan membuat orang yang sakit menjadi jengah. Semakin menyadarkan bahwa dirinya memang tengah sakit dan benar-benar sakit. Ingat, sembuh itu butuh proses. Coba giring pikiran mereka kepada pemikiran yang jauh lebih positif.
Jika memang kabar itu begitu penting bagi Anda, lakukan dengan jarak yang normal. Misalnya, cukup lakukan sekali dalam sehari, atau dua hari sekali mungkin itu cukup memberikan waktu kepada yang sakit untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Selebihnya cukup hadirkan obrolan ringan yang tidak membebani pikirannya.
Cari kalimat yang positif, dan tidak terlalu terkesan menginterogasi. Â Misal, "perkembangan baik apa yang ingin kamu kabarkan hari ini kepadaku?"Kalimat itu akan lebih membuat semangat untuk memerinci kesehatan yang membaik. Dibandingkan jika ditanya, "bagaimana kondisimu hari ini?" Pikiran orang yang sakit, kemungkinan akan bekerja untuk memerinci sakit-sakit pada bagian mana yang terasa.
Kirimkan makanan yang dia sukai.
Hal yang paling penting untuk meningkatkan imun adalah dengan banyak makan makanan yang bergizi baik. Imunitas meningkat cepat salah satunya adalah dengan banyak makan. Mengirimkan makanan siap santap adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Bayangkan ketika yang sakit diisolasi, tidak ada orang yang membantunya memasak makanan. Anda akan sangat jadi pahlawan untuknya, ketika ia dikirimkan makanan yang disukainya. Mengapa harus makanan yang disukainya? Alasan utamanya adalah dengan harapan agar makanan itu dihabiskan dengan semangat.Â
Seenak apapun makanan jika tidak disukainya, kemungkinan akan dimakan dengan ogah-ogahan. Â Akan sangat berbeda efeknya, jika makan dengan antusias dengan makan yang sekadar "asal makan". Terlebih jika penderita kehilangan penciuman dan rasa. Makanan yang disukai diharapkan memancing semangat untuk mencicipinya.Â
Tentunya dengan mempertimbangkan tingkat bahaya pada makanannya juga ya. Tidak mungkin kan Anda mengiriminya bakso ekstra pedas saat sakit. Terkecuali jika penderita adalah orang tanpa gejala.Jangan lupakan protokol kesehatan saat Anda mengirim makanan dan hindari kontak langsung dengan penderita.
Berikan solusi yang pasti.
Memberikan saran untuk istirahat cukup sementara beban pekerjaan tidak dikurangi dan atau dihilangkan adalah hal yang percuma. Karena orang yang memiliki tanggung jawab besar tidak serta merta merasa bebas dari tanggung jawabnya ketika ia sakit. Yang ada, pikirannya melayang-layang memikirkan kondisi pekerjaannya. Rasa takut dipecat, dll. Belum lagi ada beberapa telepon masuk dari sana sini. Maka jika orang terdekat Anda, saudara, atau bawahan Anda sakit, maka berikan solusi yang pasti. Misal dengan menghandle pekerjaannya, atau memastikan bahwa selama dia sakit seluruh yang menjadi tanggungannya aman terkendali. Lakukan usaha untuk itu.
Biarkan ia istirahat
Beristirahat bukan hanya tubuhnya yang terbaring di tempat tidur. Akan tetapi biarkan ia beristirahat dari pikiran-pikiran yang membebaninya. Memberikan kesempatan dia istirahat tanpa menggangunya dengan telepon dan pesan pendek yang tidak terlalu penting akang sangat membantu imunnya kembali membaik. Jangan lupa ingatkan yang sakit untuk menonaktifkan media sosial sementara waktu agar ia lebih fokus pada kesehatannya.
Sehat dan sembuh adalah ketentuan Allah. Sakit adalah ujian, sehat adalah anugerah yang tidak terhingga. Tidak ada orang yang mau sakit, tetapi kita wajib berikhtiar untuk tetap sehat dan membantu orang-orang di sekeliling kita untuk tetap sehat dan segera pulih bagi mereka yang terlanjut sakit. Mari saling menjaga mental dan fisik. Pastikan tindakan kita tidak menimbulkan kesedihan dan berkurangnya imun seseorang. Jadilah orang yang menyenangkan dan menjadi penyebab kesembuhan seseorang.
Mudah-mudahan para pembaca semua dalam keadaan sehat dan dilindungi Tuhan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H