Mohon tunggu...
Gina Dwi Septiani
Gina Dwi Septiani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tulisan ini sebagai jejak dan kenangan bahwa aku pernah ada di dunia yang fana ini.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Free Writing: Solusi Virus Writer's Block?

23 Januari 2023   22:05 Diperbarui: 23 Januari 2023   22:06 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali lagi ke Kelas Belajar Menulis Gelombang 28. Pada pertemuan ketujuh kali ini membahas tentang Writer's Block bersama Narasumber, Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. dan Moderator, Raliyanti, S.Sos., M.Pd.

Sebelum kelas dimulai, Om Jay selaku Founder KBMN memberikan beberapa kalimat penambah semangat berikut ini. 

"Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan. Namun sebaliknya di dalam kemudahan itu justru ada kesulitan. Kita sendiri yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit." (Om Jay) 

"Banyak membaca akan membuat anda keliling dunia. Banyak ilmu dan pengetahuan anda dapatkan. Banyak pengalaman orang lain bisa anda tiru dan kemudian anda amalkan dalam kehidupan sehari-hari." (Om Jay) 

Moderator memperkenalkan narasumber dengan memberikan tautan profil beliau https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1

Sang narasumber pun membagikan pengalaman menulis beliau yang berkaitan dengan tema yaitu Writer's Block. Beliau memiliki akun Kompasiana https://www.kompasiana.com/ditta13718 dan blog pribadi https://dittawidyautami.blogspot.com Silakan kalian kunjungi ya. 

Ada hal menarik yang saya temukan dari postingan beliau di Kompasiana. Di sana ada satu artikel yang saya ketahui yaitu tentang Drama Korea Golden Spoon. Setelah melihatnya saya terinspirasi untuk menulis hal yang sama. Saya juga termasuk penyuka drama korea. Daripada hanya sekedar menonton, lebih baik hasil tontonan itu bisa dijadikan sebuah tulisan. 

"Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya." begitu kata Bu Ditta. 

Tidak ada yang instan, tentunya memerlukan waktu yang banyak untuk menjadi penulis hebat seperti Om Jay, Bu Kanjeng, Prof Eko, Pak Dail, Bu Aam, dan lainnya. Narasumber, Bu Ditta sendiri ternyata sudah senang membaca dan menulis (diary) sejak kecil saat di sekolah dasar. Ketika SMP beliau sering mengirim tulisan ke mading sekolah. Beliau juga pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Setelah melalui berbagai hal, akhirnya beliau mengetahui bahwa menulis apapun yang kita rasakan dapat menjadi self healing yang baik. Bahkan beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi. 

Beliau sempat vakum menulis di awal masuk dunia kerja karena aktivitas mengajar yang padat di boarding school. Hingga akhirnya di awal masa pandemi beliau mengikuti kelas menulis angkatan ke-7. Berawal dari menulis resume, kemudian aktif kembali menulis di blog. Bahkan beliau mendapatkan kesempatan menulis bersama Prof. Eko. Beliau pun menjadi salah satu yang bukunya terbit di penerbit Mayor dari angkatan pertama tantangan Prof. Eko. 

Dari cerita yang disampaikan beliau, apa kaitannya dengan Writer's Block? 

Awalnya kita diajak untuk menyamakan persepsi bahwa menulis memiliki makna yang luas. Beliau memaparkan maknanya berikut ini. 

"Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, technical writer, hingga UX writer, dll."

Kenyataannya setiap penulis masih bisa mengalami virus WB atau Writer's Block. WB bisa menyerang siapa saja di dunia kepenulisan. Oleh karena itu penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Bu Ditta pun menyampaikan bahwa "Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya."

Beliau juga membuat perumpamaan, ibarat penyakit, WB juga lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya. Supaya terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya. 

Berikut adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB:

1. Mencoba metode/topik baru dalam menulis

Sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB.

Misal ketika jadi penyebab:

Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

2. Stres

Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.

3. Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.

Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB. 

Bu Ditta juga memaparkan bahwa Penyebab WB yang pertama 'Mencoba hal baru dalam menulis' bisa jadi alternatif solusi. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan. Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan:

1) Beristirahat sejenak dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing

2) Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak. 

4. Terlalu Perfeksionis

Dalam menulis sebaiknya kita percaya diri tanpa memikirkan benar atau salahnya. Maka dari itu salah satu solusi WB yaitu menulis bebas (free writing). Kondisi menulis ketika seorang penulis tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dan sebagainya. 

Bu Ditta pun menyemangati dengan kalimat "Yuk dicoba menulis bebas untuk mengatasi WB. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?"

Jadi, Ayo semangat menulis tambah beliau. 

Di akhir kelas Bu Ditta sebagai Narasumber memberikan sebuah pepatah, sebagai berikut:

_"It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero."_

Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.

Cimareme, 23 Januari 2023

Gina Dwi Septiani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun