Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Book

Review "A Court of Thorns and Roses Series" [NGERACUN]

6 Agustus 2024   14:06 Diperbarui: 7 Agustus 2024   10:36 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: amazon.co.uk

"I was not a pet, not a doll, not an animal. I was survivor, and I was strong. I would not be weak, or helpless again. I would not, I could not be broken. Tamed."

Judul: A Court of Thorns and Roses (series)
Penulis: Sarah J. Maas
Tahun Terbit: 2015 - 2021

Sinopsis

Ketika Feyre, seorang perempuan pemburu, membunuh serigala di hutan, makhluk serupa binatang buas datang mencarinya untuk menuntut pembalasan. Feyre diseret ke tanah magis berbahaya yang hanya pernah didengarnya dari legenda.

Dia pun mengetahui bahwa makhluk itu bukanlah seekor hewan, melainkan Tamlin, peri agung abadi yang pernah menguasai dunia fana. Sebagai sandera, Feyre mendiami tanah itu untuk beberapa saat. Perasaannya terhadap Tamlin berubah dari permusuhan dingin menjadi gairah, yang membakar setiap cerita menyeramkan yang pernah didengarnya tentang dunia peri.

Namun, kesuraman semakin menaungi dunia itu, dan Feyre harus bisa menghentikannya... atau malapetaka akan menimpa Tamlin dan dunianya selama-lamanya.

Ngeracun

[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]

Akhirnya sampai juga ke series ini, mengingat A Court of Thorns of Roses (ACOTAR) sudah lama malang melintang di internet dan terjemahannya ada di Indonesia. Aku lumayan bersemangat akan apa yang disajikan Sarah J. Maas, dan ternyata, Sarah sama sekali enggak mengecewakanku. Sebaliknya, sangat sangat sangat memuaskanku (sepertinya Sarah J. Maas akan jadi kompetitor tetap Tahereh Mafi di hatiku dalam genre fantasi).

Sebagai catatan, aku membaca versi inggris dan semakin hari aku semakin enggak bisa menikmati buku-buku penulis luar dengan terjemahan. Karena sastra sangat tergantung dengan budaya, jadi cita rasanya akan lebih baik kalau langsung versi original-nya.

Sama dengan buku penulis Indonesia, tentu aku menghindari membaca versi terjemahan inggris.

Secara urutan series ini terdiri dari:

  • A Court of Thorns of Roses (1)
  • A Court of Mist and Fury (2)
  • A Court of Wings and Ruins (3)
  • A Court of Frost and Starlight (3.5 novella)
  • A Court of Silver Flames (4)

Pola romansa karakter sama dengan Shatter Me series yang pernah kureview sebelumnya (dan The Woven Kingdom series yang belum tamat), buku pertama lebih tentang kisah cinta Feyre dan Tamlin hingga kemudian pembaca akan dibuat oleng dengan kehadiran Rhysand, villain yang bertransformasi menjadi main male character.

Secara keseluruhan series ini adalah tentang girls power, jadi para perempuan apalagi yang feminis, sangat dipersilakan untuk membaca buku ini.

ACOTAR lebih berbicara tentang pengembangan karakter Feyre, bagaimana ketakutan berubah menjadi keberanian apalagi di hadapan cinta. Di ACOTAR belum terlalu banyak bercerita tentang world-building Prythian, baru ketika di buku A Court of Mist and Fury (ACOMAF) kita akan lebih mengenal Prythian dan dunia Fae dengan detail dan karakter yang jauh lebih banyak, dikombinasikan dengan karakter lama di ACOTAR.

Siap-siap mengingat karakternya yang banyak, dan penting semua!

ACOMAF yang menjadi favorit di series ACOTAR oleh para pembaca juga ternyata jadi favoritku. Selain karena akhirnya ada layer baru dari Rhysand yang membuat dia pantas untuk digilai pembaca, tapi juga karena banyak tentang menghadapi trauma dan menemukan keluarga. Feyre yang di dunia manusia punya keluarga sekarang punya keluarga baru di Prythian setelah menjadi High Fae.

"But I am grateful for it, whatever it is. Grateful that it brought you all into my life."

Seluruh buku menurutku pace-nya pas semua, mulai dari porsi world-building, romansa, dan pengembangan karakter. Hampir menuju sempurna (kesempurnaan hanya milik Tuhan, bukan?).  Mungkin karena ditunjang oleh pendidikan S1-nya di creative writing selain kehebatan dalam merangkai kata Sarah kecil. Sehingga, secara teknik ia cukup menguasai emosi pembaca mengingat selalu ada conflict dalam setiap sequence yang bikin pembaca selalu dibuat deg-degan dengan konflik yang muncul.

Dunia Feyre-Rhysand berakhir A Court of Wings and Ruins (ACOWAR), dimana di buku ini lebih banyak berbicara tentang politik dan perang yang sudah disiapkan di ACOMAF sebelumnya. Hubungan mereka juga on a deeper level, hampir enggak ada konflik. Kesimpulanku terhadap hubungan mereka yaitu seperti sahabat yang mendukung satu sama lain. Mereka selalu menghormati keputusan masing-masing.

Kemudian di ACOSF, perspektif diganti dengan Nesta, kakak pertama Feyre yang karakternya enggak disukai sejak buku pertama. Tapi di ACOSF kita diajak untuk melihat nuansa dalam karakter manusia. Semua ada alasannya, termasuk apa yang Nesta lakukan. Fokus ACOSF bukan lagi di konflik eksternal tapi lebih banyak lagi membahas penyembuhan trauma, konflik internal. Dan aku cukup familiar dengan isi kepala Nesta.

Hal itu membuatku menangis cukup banyak karena sifat Nesta yang kurang lebih mirip denganku.

"That's the key, isn't it? To know the darkness will always remain, but how you choose to face it, handle it... that's the important part. To not let it consume. To focus upon the good, the things that fill you with wonder."

Salah satu pesan yang dapat kuambil dari series ini adalah, jangan biarkan trauma menguasai kita. Masa lalu bisa saja enggak menyenangkan, tapi bukan berarti masa depan akan sama seperti kemarin.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.8.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun