Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Book

Review "A Court of Thorns and Roses Series" [NGERACUN]

6 Agustus 2024   14:06 Diperbarui: 7 Agustus 2024   10:36 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: amazon.co.uk

Siap-siap mengingat karakternya yang banyak, dan penting semua!

ACOMAF yang menjadi favorit di series ACOTAR oleh para pembaca juga ternyata jadi favoritku. Selain karena akhirnya ada layer baru dari Rhysand yang membuat dia pantas untuk digilai pembaca, tapi juga karena banyak tentang menghadapi trauma dan menemukan keluarga. Feyre yang di dunia manusia punya keluarga sekarang punya keluarga baru di Prythian setelah menjadi High Fae.

"But I am grateful for it, whatever it is. Grateful that it brought you all into my life."

Seluruh buku menurutku pace-nya pas semua, mulai dari porsi world-building, romansa, dan pengembangan karakter. Hampir menuju sempurna (kesempurnaan hanya milik Tuhan, bukan?).  Mungkin karena ditunjang oleh pendidikan S1-nya di creative writing selain kehebatan dalam merangkai kata Sarah kecil. Sehingga, secara teknik ia cukup menguasai emosi pembaca mengingat selalu ada conflict dalam setiap sequence yang bikin pembaca selalu dibuat deg-degan dengan konflik yang muncul.

Dunia Feyre-Rhysand berakhir A Court of Wings and Ruins (ACOWAR), dimana di buku ini lebih banyak berbicara tentang politik dan perang yang sudah disiapkan di ACOMAF sebelumnya. Hubungan mereka juga on a deeper level, hampir enggak ada konflik. Kesimpulanku terhadap hubungan mereka yaitu seperti sahabat yang mendukung satu sama lain. Mereka selalu menghormati keputusan masing-masing.

Kemudian di ACOSF, perspektif diganti dengan Nesta, kakak pertama Feyre yang karakternya enggak disukai sejak buku pertama. Tapi di ACOSF kita diajak untuk melihat nuansa dalam karakter manusia. Semua ada alasannya, termasuk apa yang Nesta lakukan. Fokus ACOSF bukan lagi di konflik eksternal tapi lebih banyak lagi membahas penyembuhan trauma, konflik internal. Dan aku cukup familiar dengan isi kepala Nesta.

Hal itu membuatku menangis cukup banyak karena sifat Nesta yang kurang lebih mirip denganku.

"That's the key, isn't it? To know the darkness will always remain, but how you choose to face it, handle it... that's the important part. To not let it consume. To focus upon the good, the things that fill you with wonder."

Salah satu pesan yang dapat kuambil dari series ini adalah, jangan biarkan trauma menguasai kita. Masa lalu bisa saja enggak menyenangkan, tapi bukan berarti masa depan akan sama seperti kemarin.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.8.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun