Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review "Reminders of Him" [Ngeracun]

24 April 2024   13:11 Diperbarui: 25 April 2024   10:34 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Now that I've forgiven myself, the reminders of him only make me smile."

Judul: Reminders of Him
Penulis: Colleen Hoover
Halaman: 335 Hal (2022)

Sinopsis

Setelah menjalani hukuman lima tahun penjara karena kesalahan tragis, Kenna Rowan kembali ke kota tempat semuanya menjadi kesalahan, berharap dapat bertemu kembali dengan putrinya yang berusia empat tahun.  Namun jembatan yang dibakar Kenna terbukti mustahil untuk dibangun kembali. 

Semua orang dalam kehidupan putrinya bertekad untuk mengecualikan Kenna, tidak peduli seberapa keras dia berusaha membuktikan dirinya.  Satu-satunya orang yang belum menutup pintu sepenuhnya adalah Ledger Ward, pemilik bar lokal dan salah satu dari sedikit hubungan yang tersisa dengan putri Kenna. 

Namun jika ada yang mengetahui bagaimana Ledger perlahan-lahan menjadi bagian penting dalam kehidupan Kenna, keduanya berisiko kehilangan kepercayaan dari semua orang yang penting bagi mereka.  Keduanya menjalin hubungan meskipun ada tekanan di sekitar mereka, namun seiring dengan tumbuhnya romansa mereka, risikonya juga meningkat.  Kenna harus menemukan cara untuk memaafkan kesalahan masa lalunya guna membangun masa depan berdasarkan harapan dan penyembuhan.

NGERACUN

[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]

Penuh dengan air mata dan sakit hati, itu yang penulis ingin pembaca rasakan. Aku rasa ini jadi salah satu masterpiece dari Colleen Hoover, penulis yang selalu aku tunggu-tunggu tulisannya. Tapi sayangnya sepertinya buku terjemahan Indonesia dari penulis ini terakhir di Without Merit dan penerbit lebih memilih meningkatkan pencetakan It Ends With Us.

Aku cukup ngarep kalau buku ini bisa diadaptasi di film karena sakit hati akibat berpisah dengan anak perempuannya sejak dilahirkan bisa jadi premis menarik untuk difilmkan. Dalam bayanganku saat membaca buku ini, Daisy Edgar-Jones selalu terngiang-ngiang. Ia orang yang cocok memerankan Kenna Rowan.

Ini tentang Kenna seorang ibu muda yang ingin bertemu anaknya yang belum pernah ditemuinya, Diem, akibat masuk penjara selama lima tahun. Ia dinyatakan bersalah dalam kecelakaan tunggal dengan pacarnya, Scotty, yang kemudian meninggal. Setelah bebas ia bertemu dengan orang-orang yang bersinggungan dengan Scotty seperti Ledger, sahabat Scotty yang menjadi hero, Patrick dan Grace, orang tua Scotty dan orang tua Ledger yang beberapa kali muncul.

Konflik kemudian muncul karena keberadaan Kenna enggak diinginkan mereka yang berhubungan langsung dengan Diem.

Sepanjang novel Colleen membuat kita merana, dibangun dari tangis dan diakhiri dengan tangis (tangis sedih dan tangis haru). Bukan hanya karena adegan Kenna menangis tapi karena kisah hidupnya memang TRAGIS.

Kenna enggak punya keluarga yang mengasuh, waktu muda harus kehilangan orang yang disayanginya karena kecelakaan dan berujung harus masuk penjara, hamil saat dipenjara tapi kehilangan hak asuh, saat keluar penjara pun harus struggling membangun hidupnya dari awal sendirian dan berjuang untuk bisa bertemu anak yang enggak pernah mengenal dia selama 5 tahun semenjak dilahirkan.

Boleh lebih tragis lagi enggak ya hidup Kenna ini?

"I take a drink of my coffee and close my eyes and cry because life can be so f* cruel and hard, and I've wanted to quit living it so many times,..."

Belum lagi dengan adanya Ledger, Ledger ini somehow mempersulit hidup Kenna. Membuat Kenna lebih sering menangis karena kata-kata dan tindakannya. Awalnya ia membenci Kenna sepanjang lima tahun, mempercayai narasi yang ia bangun sendiri karena Kenna telah menghilangkan nyawa sahabatnya hingga akhirnya kita bisa mengerti dan berempati terhadap perasaan Ledger.

Ledger disini karakternya abu-abu, tapi mungkin ini yang coba disampaikan Colleen. Manusia enggak sepenuhnya jahat, enggak sepenuhnya baik. Seringkali kita masih suka bergulat antara melaksanakan niat baik atau niat jahat.

Awal-awal Ledger begitu menyebalkan, bukan tipikal karakter hero yang dicintai oleh para pembaca novel romantis pada umumnya yang digambarkan sempurna dan mencintai heroine-nya tanpa batas. Khas Colleen memang bukan enemies-to-lover, mungkin Colleen sedang mencoba, tapi enggak sepenuhnya enemies-to-lover karena sebenarnya Ledger sudah jatuh cinta duluan dari awal.

Sepertinya novel post-modern kontemporer zaman sekarang, terutama negara barat, lebih banyak memperkenalkan karakter-karakter yang 'manusia', dibandingkan membuat karakter yang di atas langit, alias kelewat sempurna. Mungkin ini juga yang jadi alasan aku lebih banyak membaca buku penulis luar dibanding dalam negeri. Dinamikanya jauh lebih membuat kita bertanya tentang hidup itu sendiri :)

Banyak pembaca yang merasa kalau novel ini terlalu banyak mengulur waktu, tapi justru kekuatannya ada di tulisan yang mengoyak emosi. Emosi pembaca diobrak-abrik kompak dalam 300 halaman mulai dari pedihnya hidup, berduka, cinta terhadap pasangan, cinta antara ibu-anak, penyesalan dan memaafkan masa lalu.

"It's just really hard to be grateful when there's only one thing I want in my life, and I feel like I'm just getting further from that."

Karakter satu-satunya yang digambarkan sempurna hanya Scotty (walaupun ada kenakalan-kenakalan remaja Amerika pada umumnya), mungkin ini juga dimaksudkan bahwa ketika seseorang meninggal kita cenderung hanya mengingat hal-hal baik di diri orang tersebut. Scotty mengambil porsi banyak dalam novel ini, seakan-akan pusatnya adalah Scotty dibanding Diem. Semua berkutat pada perasaan belum move on.

"Maybe the best way to cope with the loss of the people we love is to find them in as many places and things as we possibly can. And in the off chance the people we lose are still somehow able to hear us, maybe we should never stop talking to them."

Di akhir cerita yang terkesan flat bagi banyak orang, banyak yang berharap bahwa akan banyak konfrontasi dan puncak amarah. Tapi emosiku juga sudah terkuras habis sejak awal sehingga akhir yang lebih damai memang lebih cocok menurutku. Semuanya indah dengan segala kekurangannya di novel ini.

Menurutku, karya Colleen yang satu ini enggak boleh dilewatkan bagi pecinta novel contemporary romance. Dijamin keluar air mata.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.8.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun