Apa yang menentukan kesuksesan anda bukanlah, "Apa yang ingin anda nikmati?" Pertanyaan yang relevan adalah, "Rasa sakit apa yang ingin anda tahan?" Jalan setapak menuju kebahagiaan adalah jalan yang penuh dengan tangisan dan rasa malu.
Judul: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis: Mark Manson (2016)
Halaman: 246
Sinopsis
Selama beberapa tahun belakangan, Mark Manson---melalui blognya yang sangat populer---telah membantu mengoreksi harapan-harapan delusional kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun dunia. Ia kini menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku hebat ini.
Manson melontarkan arugmen bahwa manusia tak sempurna dan terbatas. Begini tulisnya, "tidak semua orang bisa menjadi luar biasa-ada para pemenang dan pecundang di masyarakat, dan beberapa di antaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan anda."Â
Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya-baginya, inilah sumber kekuatan yang paling nyata. Tepat saat kita mampu mengakrabi ketakutan, kegagalan, dan ketidakpastian-tepat saat kita berhenti melarikan diri dan mengelak, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan-saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kitacari dengan sekuat tenaga.
"Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda." Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan "kekinian", serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.Â
Ngeracun
[ hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]Â
Buku mainstream ini sebenarnya reviewnya sudah lalu lalang di mesin pencarian google, terlalu banyak yang mencintai buku ini hingga sampai sekarang pun ia masih duduk rapi di rak buku best seller setiap toko offline dan online. Tapi aku tetap akan memberikan kesan pribadiku, walaupun sebegitu mainstream-nya. Jadi kalau buku ini mengklaim bahwa buku ini merupakan tamparan di wajah, ya, harus kuakui ia berhasil menamparku bolak-balik. Aw, sakit.
Kenapa bisa begitu?
Karena dari sekian ratusan buku pengembangan diri yang aku baca, pendekatan Manson adalah yang paling berbeda di antara semua buku pengembangan  diri lainnya. Enggak heran ia begitu dielu-elukan dan mendapatkan tempat tersendiri bagi pembacanya. Ini adalah inovasi, kurasa.Â
Aku enggak bilang nilai-nilai Manson yang dituangkan di buku oranye mentereng ini akan sesuai dengan nilaiku dan akan mengimplementasikan keseluruhannya, ya tentu saja tidak semua hal yang ada di semua buku yang dibaca harus diikuti.Â
Prinsip yang kita punya sudah seharusnya tetap diteguhkan, tapi mendapatkan pandangan baru bisa menumbuhkan toleransi dan kedewasaan untuk kita bahwa... "Oh, ternyata ada ya orang seperti ini." Buku ini lebih banyaknya bercerita pada pengalaman-pengalaman hidup Manson, namun juga dilengkapi kisah-kisah insipratif dari beberapa tokoh dunia juga.
Di banyak review orang lain mungkin banyak yang sudah memberikan garis besar buku ini, tapi agar berbeda, kali ini aku akan memberikan racun berdasarkan tulisan Manson yang membuatku terkesan saja.
"Masa bodoh ke mana pun anda pergi, akan ada 300 kilogram kesulitan yang menanti anda. Intinya bukan menghindari kesulitan. Intinya adalah menemukan hal sulit yang bisa anda hadapi dan nikmati."
Yang paling mengesankanku bahwa buku ini mengajarkan kita untuk menyadari segala negativitas dan mengakui kalau kita punya kekurangan. Tidak perlu selalu bersikap positif dan menghindari segala kesedihan. Manson bahkan mengharuskan untuk merasakan setiap rasa sakit yang kita miliki. Ini tentu merupakan hal baru, di mana buku-buku pengembangan diri lain mungkin akan bilang bahwa kita harus selalu positif agar bahagia, sementara Manson malah berkata sebaliknya.Â
Sebenarnya masuk akal juga penjelasan si Manson ini, sederhana bahwa kita adalah manusia yang punya emosi dan secara biologis tentu akan memerdulikan segala hal. Mengejar kesenangan di atas rasa sakit dan terlena dalam pemikiran positif yang delusional, maka tidak akan ada motivasi untuk benar-benar berubah.Â
Manson juga dengan gamblang mengkritik para motivator yang seringkali memberikan positivity yang hanya melahirkan sensasi kelegaan sesaat, bukan kebahagiaan sejati. Mungkin penulis merupakan tipikal SJW campur sarkasme :)
Menariknya lagi, ia mampu menyadarkan bahwa KITA ITU TIDAK SPESIAL. Tidak ada satupun di diri kita yang mampu membuat kita harus lebih diistimewakan dari orang lain. Ini merupakan sebuah bentuk narsisisme, merasa layak untuk diperlakukan berbeda, bahwa masalah kita memiliki rumus matematika yang unik.Â
Merasa layak diperlakukan berbeda membuat kita memanjakan diri dalam berbagai hal dan merasa orang lain harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut alih-alih berpikir bahwa tidak seorang pun yang harus bertanggung jawab atas ketidakbahagiaan kita selain kita, ini adalah tren menjadi korban. Dan pada akhirnya akan memberikan dorongan untuk malas tidak melakukan apa-apa karena takut mencoba sesuatu yang bermanfaat dan takut gagal.
"Jika suatu hal baik terjadi pada mereka, itu karena perbuatan mereka. Jika suatu hal buruk terjadi kepada mereka, itu karena seseorang cemburu dan mencoba untuk membuat mereka terlihat buruk... Mereka mempertahankan pandangan mental mereka di atas segalanya, bahkan jika kadang itu menuntut mereka bersikap kasar secara fisik atau emosional. Meyakinkan diri sebagai mahluk yang spesial hanya membuat anda nge-fly. Tapi, itu bukan kebahagiaan."
Dan terakhir, hal yang mungkin jarang dibahas oleh manusia-manusia materialisme: kematian. Manson mampu dan mau dengan pikiran rasionalnya untuk membahas soal kematian. Karena menurutku bicara kematian mungkin agak terlalu agamis, dan sejujurnya menakutkan sehingga orang seringkali menghindar untuk memikirkan, membicarakan atau mengakuinya.Â
Tapi tentu saja menjadi penting, mengingat bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati dan hidup singkat ini seharusnya kita fokuskan pada hal-hal yang penting saja daripada memerdulikan segala hal yang sepele dan kadang penuh kebencian.
Uniknya, judul setiap babnya lucu dan mengandung-kalau bahasa sekarang- clickbait. Contohnya 'Anda keliru tentang semua hal', 'Kebahagiaan itu masalah', atau 'Jangan berusaha'.
Buku ini sebenarnya agak menyeramkan, menelanjangi kita dan menyuruh untuk bercermin, melihat sendiri kekurangan kita dan menghayatinya. Ia juga memberitahu seberapa busuknya dunia ini, dan tidak ada yang bisa dilakukan akan hal itu.Â
Aku pribadi mungkin tidak akan mengikuti keseluruhan saran dari penulis, mengingat sudut pandang dalam menjadi penyintas hidup adalah sebuah negativitas di buku ini (kalau kalian mengerti maksudku), tapi penting juga untuk mengerti bahwa hidup itu keras dan tidak enak maka perlu menerima apa adanya tentang dunia yang terjadi di sekitar kita untuk kebahagiaan bathin kita yang hakiki.
Dari 1-5 aku akan memberi 4.3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H