Hari jum'at kemarin sebagaimana rutinitas harian , saya pergi ke jakarta dengan dengan mengendarai motor. Bukan naik motor sampai jakarta, cukup naik motor sampai stasiun kereta api, untuk dilanjutkan dengan KRL . Setelah sampai jakarta baru sadar saya bahwa kunci motor masih tertinggal di motornya.Untungnya,(untungnya ini kata yang dipakai untuk menghibur diri daripada meratap )  parkirnya ada di parkiran resmi lahan KAI . Meski demikian sedikit ada rasa nggak tenang,karena bagaimanapun juga parkir yang aman,terkadang masih juga bobol. Akhirnya saya pasrahkan saja kondisi itu, karena saya juga repot kalau mau balik soalnya pekerjaan juga menunggu dikerjakan , mau ngebel petugas juga tidak tahu siapa yang bisa dibel. Namun keputusan saya masih berkata saya percaya sistem parkir KAI aman. Demikianlah, saya pernah mengalami hal seperti kunci ketinggalan ini , namun ternyata masih saja terjadi hal itu , meski tentunya  saya tidak menginginkan hal ini terjadi. Ini adalah sebuah contoh kesalahan yang berulang.
Contoh kedua, saya baca artikel kiriman teman saya di grup  , teman saya ini  membagi sebuah artikel , dimana diceritakan  seorang lulusan perguruan tinggi top 5 di Indonesia bisa 2 tahun menganggur belum dapat kerjaan. Ini juga pasti adalah kesalahan yang dibuat berulang, kesalahan apakah itu? kesalahan menggunakan metode yang sama dalam melamar kerja, kesalahan yang sama dalam memaknai mindset soal bekerja, sebagai contoh bekerja harus dengan bidang yang sama dengan yang dia pelajari atau bekerja itu adalah harus menjadi pegawai . Padahal di masa sekarang tidak demikian, dulu pun sebenarnya juga tidak demikian mutlak. Contohnya  Cak Lonthong yang sarjana elektro bisa jadi komedian, atau Pak Hermawan Kertajaya yang juga sarjana elektro bisa menjadi mahaguru pemasaran.
Contoh ketiga , masih ingat lagunya Soimah yang judulnya "koplo", sebuah lagu yang mengajak orang untuk berhenti minum minuman keras. Banyak orang yang mendendangkan lagu ini namun tidak mengambil pelajaran dari isinya lagu ini. Masih saja ada orang yang nekat minum oplosan,akibatnya sudah bisa ditebak, banyak nyawa meninggal sia-sia.
Contoh ke empat, balapan motor tidak resmi atau trek-trekan .Ini juga beresiko tapi masih banyak orang mengulang dirinya mengerjakan itu semua.
Contoh ke lima, banyak orang punya duit tergiur ingin dapat keuntungan dengan cara instant, ada yang menitipkan dananya, ternyata tertipu dengan investasi bodong, ada yang tertipu dengan ilmu perdukunan yang konon bisa menggadakan uang.
Masih banyak contoh lainnya lagi untuk menggambarkan bagaimana kesalahan berulang itu terjadi. Nah, pertanyaan yang pertama adalah mengapa hal demikian kok masih bisa terjadi?
Ternyata, meskipun secara sadar kita merasa menyesal atas kesalahan yang kita ulang, namun ternyata hal demikian berbeda dengan apa yang terjadi di alam bawah sadar kita. Alam bawah sadar kita  masih punya kecenderungan untuk memilih melakukan yang hal yang paling nyaman dan paling gampang untuk dikerjakan. Kalau disimpulkan  dari berbagai kejadian di  contoh tadi, ternyata kesenangan,kenyamanan terkadang  bisa membutakan akal dan logika seseorang. Ini yang membuat seseorang menjadi lama dalam waktunya menyadari  untuk belajar dari suatu kesalahan.
Pertanyaan berikutnya yang menurut saya paling menarik dan penting untuk kita kaji bersama adalah : Bagaimana caranya agar kita bisa meminimalisir melakukan pengulangan kesalahan?
Berkut ini ada 3 tips yang perlu kita lakukan untuk meminimalkan kita mengulang kesalahan.
1. Kenanglah rasa sakit akibat melakukan kesalahan tadi sampai tertanam dalam diri kita untuk  terus kapok mengulang kesalahan itu. Seseorang mengulang kesalahan karena dia lupa akan kesulitan yang akan ditanggung akibat kesalahan tadi.
2. Ingatlah bahwa mengulang kesalahan di masa sekarang bisa jadi akan berdampak lebih buruk dibanding kesalahan yang sama sebelumnya. Sebagai contoh yang kasus trek-trekan atau oplosan tadi , bisa jadi kesalahan itu hanya berujung di rumah sakit, namun bisa jadi kesalahan itu akan membawa ujung usianya. Â Pernah kan, mendengar kisah seseorang penggembala domba yang teriak dombanya diambil serigala, ternyata ketika tetangga datang ternyata dia senyum-senyum dan bilang dia sedang bergurau .Demikian berulang -ulang sampai suatu ketika kambingnya benar-benar diambil serigala, meski dia berteriak menghiba tidak ada lagi tetangga yang mau menolongnya.
3. Belajarlah dari kesalahan yang sama ini, lalu cermati apa saja yang menyebabkan kesalahan itu dan  pelajaran yang bisa diambil dari kesalahan itu agar tidak terulang kesalahan yang sama di kemudian hari . Sebagaimana contoh ke lima, pelajarannya adalah jangan tergiur keuntungan yang cepat dan jumlahnya lumayan, hal itu sesuatu yang melawan proses alamiah. Mungkin ada yang berfikir begini"ah nanti aku ikut investasi ini ,kalau sudah untuk lumayan, aku akan berhenti dari sistem investasi ini",demikian maunya, pada kenyataan setelah mendapatkan kembalian balik modal, rasa terus ingin bermain investasi itu tidak kunjung usai sampai akhirnya uang kita raib bersama dengan raibnya  perusahaan itu .
Poin no 3 ini adalah poin penting,itulah sebabnya kita selalu dianjurkan untuk selalu mengevaluasi diri terus menerus, memastikan selalu hari demi hari kita selalu meningkat kualitas diri kita.Manusia adalah tempatnya kesalahan , atau dalam bahasa lainnya, kesalahan itu adalah hal yang manusiawi .Namun sebaik-baiknya orang yang salah adalah orang yang terus mengevaluasi dirinya, menyesal dengan kesungguhan, dan bertekad untuk tidak mengulang kesalahan itu
Sebelum saya akhiri tulisan ini, kembali saya bercerita tentang lupanya mengambil kunci motor tadi. Saya berfikir, kalau hilangnya kunci motor karena ditinggalin sedemikian membuat saya risau, harusnya saya lebih risau lagi bila yang hilang itu adalah kunci keimanan dalam diri saya. Saya merasa bahwa hikmah dari lupa ambil kunci itu salah satunya  adalah ajakan untuk selalu membawa kunci yang penting dalam hidup kita yakni kunci keimanan. Dimanapun, kapanpun, mengerjakan apapun selalu pegang kunci iman ini, jangan sampai kunci iman ini ditinggal,agar dengan itu kita bisa mengendarai kehidupan kita dengan selamat sampai kita berjumpa dengan Sang Pencipta kita. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H