Segala teori, fakta-fakta di lapangan, dan pembuktian matematis tentang perilaku pengguna transportasi tidaklah memiliki makna ketika tidak dihidupi. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga dan sosial yang memandang kepemilikan kendaraan pribadi sebagai pertanda status sosial. Menjadikan saya lebih cenderung pada kendaraan pribadi. Sedangkan kawan saya yang besar dalam lingkungan keluarga dan sosial yang berbeda 180 derajat dari saya justru keheranan melihat orang-orang (termasuk saya) yang sudah gelisah saja padahal baru tahap memikirkan harus menggunakan transportasi publik. Mungkin heran juga melihat tidak sedikit dari jajaran menteri (dan para pemangku kebijakan lainnya) yang tidak pernah menggunakan KRL untuk perjalanan komuternya.
Belajar memang tidak bisa hanya dari teori tetapi harus dialami bahkan dihidupi. Bagi kami keluarga homeschooler, perjalanan menggunakan KRL menjadi salah satu metode pembelajaran yang bisa kami alami langsung dan hidupi dengan menyenangkan. Gelar magister saya tidak ada gunanya ketika menggunakan KRL tidak menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Perjalanan KRL yang cepat, murah, aman, nyaman tidak bisa hanya di atas kertas, harus dialami dan dihidupi dengan hati senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H