Perkembangan pemasaran secara online itu, membuat penjualan rengginang WG meluas ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Tapi sebagian besar permintaan datang dari sekitar Magelang.
Meski usahanya terus menunjukkan pertumbuhan, namun bukan berarti tanpa hambatan.Â
Giarti mengaku seringkali kesulitan memproduksi karena hanya berbasis rumahan sehingga perlengkapan pun terbatas. Dalam mengelola usaha, sekarang ia sudah mempekerjakan sekitar 5 orang. Bagian pemasaran dilakukan Giarti dengan dibantu suaminya.Â
Dalam hal pengeringan rengginang sebelum akhirnya siap di goreng, sekarang sudahtidak bergantung pada kualitas cahaya matahari yang ada seperti dulu . "allhamdulilah walaupun baru sebentar tapi sekarang sudah punya mesin oven sendiri ," ujar dia.Â
Meski banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk Giyarti menyerah mengembangkan bisnisnya.Â
Dia mengungkapkan, ingin usaha keluarganya bisa berkembang lebih jauh. Ke depannya ia menargetkan bisa menambah peralatan produksi dengan mesin yang memadai, sehingga bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Varian rasa pun turut dikembangkan, ke depan WG akan punya camilan rengginang dengan rasa pisang manis dan stroberi.Â
Selain itu, Giyarti ingin meningkatkan kelas usahanya melalui legalisasi perizinan, seperti mendapat Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Izin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT).Â
Dengan demikian, pemasaran pun bisa semakin luas. "Karena rencana kami mau masuk ke semua marketplace, atau masuk ke minimarket yang khusus menjual oleh-oleh," ungkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H