Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Omzet Terpukul Inovasi pun Menuntut

24 Juni 2021   12:31 Diperbarui: 27 Juni 2021   06:34 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pengeringan rengginang|Dokpri
Proses pengeringan rengginang|Dokpri
Pemasarannya sangat mengandalkan relasi yakni strategi kabar dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth). "Sembari juga dijual ke warung-warung sayur dan di storkan ke toko oleh oleh," imbuhnya. 

Namun seiring berjalannya waktu penjualan rengginang kian menurun, menurut Giarti, semakin banyak orang yang mulai bosan dengan kudapan tradisional tersebut. Oleh sebab itu, ia menyadari perlu inovasi untuk bisa terus memikat konsumen. 

Wanita ber anak tiga itu pun mulai melakukan riset untuk berinovasi, hingga akhirnya menghasilkan produk rengginang dengan ukuran diameter yang lebih kecil, serta memberikan beragam varian rasa. 

Patokan keberhasilan inovasinya adalah pendapat orang lain. Sebelum akhirnya memasarkan produk rengginang terbarunya, Giarti memang lebih dulu membagikan pada teman-temannya sebagai 'tester' untuk tahu apakah varian produk ini bisa diterima pasar atau tidak. 

Seiring dengan perubahan bentuk rengginang, Pergantian produk, hingga kemasan tersebut terealisasi pada April 2021. Giarti bilang, setidaknya membutuhkan modal Rp 4 juta untuk keluarganya kembali menjual rengginang dengan jenis baru. "Modal itu mencakup bahan dasar ketan, bumbu, juga packaging," katanya.

Dokpri
Dokpri
Melihat Respons pasar yang baik dan seiring perkembangan teknologi yang pesat di tengah pandemi seperti ini, ternyata mendorong penjualan rengginang WG kian meningkat. Kini penjualannya pun bisa mencapai 150-200 kilogram per bulan. 

Tentunya dibarengi omzet yang turut melejit. Bila dulunya dengan jenis rengginang yang lama hanya meraup Rp 2 juta- Rp 2,5 juta per bulan, kini dengan inovasi rengginangnya berhasil meraup omzet rata-rata Rp 8 juta, bahkan sempat mencapai Rp 10 juta. "Mungkin ini karena kekuatan media sosial juga, yang sekarang lagi kenceng banget. 

Sempat kemarin ada promo rasa baru, kasih tester ke temen-temen, jadi berdampak pada ketertarikan orang untuk cobain lagi," jelas Giarti.

Seiring dengan perkembangan zaman, ia mengakui, pemasarannya memang mulai beralih ke digital lewat media sosial Instagram dan WhatsApp, serta marketplace Tokopedia, meski tetap dilakukan juga secara offline dengan mengandalkan relasi. 

Para pelaku usaha di bidang food and beverage melihat hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet. Mereka menjual produk mereka secara online serta membuat promo-promo menarik yang diumbar lewat sosial media.

Orang-orang juga lebih memilih untuk menggunakan pembayaran digital untuk urusan pembayaran. Selain lebih praktis, pembayaran digital juga menghindarkan mereka dari resiko penularan virus lewat uang tunai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun