Namun seiring berjalannya waktu penjualan rengginang kian menurun, menurut Giarti, semakin banyak orang yang mulai bosan dengan kudapan tradisional tersebut. Oleh sebab itu, ia menyadari perlu inovasi untuk bisa terus memikat konsumen.Â
Wanita ber anak tiga itu pun mulai melakukan riset untuk berinovasi, hingga akhirnya menghasilkan produk rengginang dengan ukuran diameter yang lebih kecil, serta memberikan beragam varian rasa.Â
Patokan keberhasilan inovasinya adalah pendapat orang lain. Sebelum akhirnya memasarkan produk rengginang terbarunya, Giarti memang lebih dulu membagikan pada teman-temannya sebagai 'tester' untuk tahu apakah varian produk ini bisa diterima pasar atau tidak.Â
Seiring dengan perubahan bentuk rengginang, Pergantian produk, hingga kemasan tersebut terealisasi pada April 2021. Giarti bilang, setidaknya membutuhkan modal Rp 4 juta untuk keluarganya kembali menjual rengginang dengan jenis baru. "Modal itu mencakup bahan dasar ketan, bumbu, juga packaging," katanya.
Tentunya dibarengi omzet yang turut melejit. Bila dulunya dengan jenis rengginang yang lama hanya meraup Rp 2 juta- Rp 2,5 juta per bulan, kini dengan inovasi rengginangnya berhasil meraup omzet rata-rata Rp 8 juta, bahkan sempat mencapai Rp 10 juta. "Mungkin ini karena kekuatan media sosial juga, yang sekarang lagi kenceng banget.Â
Sempat kemarin ada promo rasa baru, kasih tester ke temen-temen, jadi berdampak pada ketertarikan orang untuk cobain lagi," jelas Giarti.
Seiring dengan perkembangan zaman, ia mengakui, pemasarannya memang mulai beralih ke digital lewat media sosial Instagram dan WhatsApp, serta marketplace Tokopedia, meski tetap dilakukan juga secara offline dengan mengandalkan relasi.Â
Para pelaku usaha di bidang food and beverage melihat hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet. Mereka menjual produk mereka secara online serta membuat promo-promo menarik yang diumbar lewat sosial media.
Orang-orang juga lebih memilih untuk menggunakan pembayaran digital untuk urusan pembayaran. Selain lebih praktis, pembayaran digital juga menghindarkan mereka dari resiko penularan virus lewat uang tunai.