Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Street Feeding Kucing, Antara Kepedulian atau Memelihara Hama?

21 Januari 2025   16:20 Diperbarui: 26 Januari 2025   00:16 13356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kucing makan. (Pixabay/Florian Bollman via Kompas.com)

Kucing menjadi salah satu hewan yang paling banyak dipelihara oleh kita sebagai manusia. Jenisnya pun beragam. Mulai dari kucing liar yang direscue di jalanan, kucing mix (campuran kucing liar dan ras), hingga kucing dengan ras tertentu yang harganya mahal.

Saya sendiri punya seekor kucing betina yang saya temukan tak berdaya di minimarket tahun 2022 lalu. Hingga saat ini ia sangat aktif, bertambah sehat, dan sudah disteril. Makanannya pun saya berikan dengan menghabiskan budget yang tidak sedikit setiap bulannya.

Di samping itu sesekali saya membawa makanan tersebut yang disimpan dalam botol jika ketika di luar nanti bertemu dengan kucing jalanan lain. Hal ini disebut dengan street feeding, yaitu dengan memberi makanan ke hewan liar di jalanan, terutama kucing.

Sebenarnya street feeding merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Beberapa dari pembaca pun sepertinya tahu dan pernah melakukan kegiatan ini. Apalagi dengan naluri pecinta kucing dan tidak tegaan, seseorang (seperti saya, contohnya) akan sengaja menambah budget khusus untuk street feeding ini.

Memang, street feeding niatnya sangat baik karena tidak ingin melihat hewan terlantar tanpa daya. Tapi setelah dipikir-pikir, ada sisi lain yang tak terlihat di sini, yaitu soal meledaknya angka kelahiran kucing liar yang justru jadi bumerang sendiri bagi kita dan banyak orang. Kucing-kucing itu tanpa disadari akan jadi hama yang perlahan memberikan efek negatif bagi kehidupan kita.

Di tulisan ini saya mencoba membahas lebih lanjut dari berbagai sisi dan pengalaman saya juga sebagai pecinta kucing dan punya peliharaan selama beberapa tahun ke belakang. Yuk, disimak!

KELAHIRAN KUCING DAN DAMPAKNYA

Jika kita memberi makan kucing liar, kita pun ikut berpartisipasi dalam keberlangsungan hidup mereka meskipun dilakukannya tidak sering. Sebenarnya yang salah bukan pada poin street feeding-nya, melainkan pada kelahiran kucing yang terus meningkat jika tidak dikontrol. Itu berarti secara tak langsung kita memperpanjang juga hidup mereka di jalan agar bisa bertahan, tidak sakit atau mati karena kelaparan.

image by Palpres.com
image by Palpres.com

Katakan saja bahwa satu kucing bisa melahirkan 3-5 ekor. Belum lagi nanti anak-anaknya tumbuh, lalu dalam 3 bulan saja induknya sudah siap lagi untuk bereproduksi, kemudian anak-anaknya juga bisa ikut memiliki anak lagi jika sudah dewasa (7-8 bulan). Dan hal ini terus terulang tidak hanya di satu kucing saja, melainkan sangat banyak yang jika dihitung pun pasti akan memperoleh angka yang fantastis.

Jumlah kucing yang tidak terkontrol ini lama-lama akan merugikan kita sebagai manusia. Mulai dari memburu hewan lain seperti burung dan serangga, mencuri makanan (baik di pasar ataupun sekitar perumahan), hingga menularkan penyakit baik dari kutu maupun kotoran. Belum lagi ada juga yang buang air kecil/besar sembarangan sehingga membuat kita dirugikan karena baunya dan harus membersihkannya pula.

PERTIMBANGAN STERIL DAN PRO KONTRANYA

Satu-satunya cara untuk menekan tingkat kelahiran kucing ini adalah STERILISASI yang mana kucing liar dewasa (baik jantan maupun betina) dibawa ke dokter hewan dan dilakukan steril agar mereka tidak bisa beranak lagi.

Meski steril ini jadi cara paling ampuh, tapi ada saja pro dan kontranya. Banyak yang masih beranggapan kasihan jika melihat peliharaannya tidak bisa beranak lagi. Sebagian juga masih menganggap bahwa anak kucing lucu sehingga layak dipelihara.

Tidak salah memang, tapi saya punya prinsip untuk tidak menambah keturunan bagi kucing, terutama peliharaan sendiri. Itulah mengapa ketika kucing saya mulai birahi, saya langsung membawanya ke vet dan disteril. Padahal faktanya bahwa steril ini punya efek yang baik bagi kesehatan kucing, terutama dalam menjaga daya tahan tubuh.

Image by tempo.co
Image by tempo.co

Dengan melakukan steril seperti ini (baik kucing jalanan maupun kucing peliharaan) tentu bisa menekan angka kelahiran kucing. Jumlah kucing liar di jalanan pun perlahan bisa berkurang meski butuh waktu yang panjang untuk benar-benar menuntaskan semuanya.

PERAN MASYARAKAT HINGGA PEMERINTAH

Kembali pada pembahasan street feeding. Hal ini memang jadi dilema tersendiri karena punya dua sisi berbeda. Yaitu antara meningkatkan kepedulian terhadap kucing liar yang terlantar, namun juga berbalik seakan kita memelihara hama karena jumlahnya yang tak terkontrol.

Sebagai masyarakat biasa, saya tidak bisa sepenuhnya melarang kegiatan street feeding, apalagi saya sendiri masih melakukannya meski tidak sering. Tapi, jika punya budget lebih, mensteril satu kucing jalanan akan lebih baik dibandingkan memberi makan banyak kucing. Ingat ya, ini jika punya budget lebih.

Untuk melakukan sterilisasi kucing setidaknya dibutuhkan biaya sekitar 300-500rb rupiah, bahkan bisa lebih murah lagi jika dilakukan di puskesman hewan ataupun mencari subsidi steril (malah biasanya ada yang gratis). Kita juga bisa bekerja sama dengan komunitas pecinta kucing di daerah masing-masing jika memang berniat untuk melakukan sterilisasi.

Program sterilisasi kucing yang dilakukan oleh DKPP Kota Bandung (image by RRI)
Program sterilisasi kucing yang dilakukan oleh DKPP Kota Bandung (image by RRI)

Tak hanya masyarakat saja, pemerintah harus punya langkah serius dalam memerangi populasi kucing liar. Seperti yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung misalnya yang melaksanakan steril kucing liar di jalanan Bandung.

Mereka mensteril sebanyak 10 ekor kucing dengan bekerja sama dengan dokter hewan setempat sebagai langkah awal, yang mana ke depannya bisa dilakukan terus hingga mencakup Bandung Raya. Kucing-kucing ini dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian disteril, baru dilepaskan ke tempat asal mereka. (sumber: RRI 10 Januari 2025)

Memang langkah ini terlihat sederhana, tapi percayalah manfaatnya akan begitu terasa dalam jangka panjang karena mereka tidak akan bisa beranak lagi.

KESERIUSAN MERAWAT KUCING

Hal selanjutnya yang tak kalah penting adalah keseriusan seseorang jika memang berniat merawat kucing. Baik itu ia memungut dari jalanan (seperti saya) atau membeli kucing dengan harga fantastis, harus dirawat dengan baik. Jangan ingin memelihara hanya karena lucunya saja.

Image by Sayang Hewan
Image by Sayang Hewan

Sering terjadi kasus di mana pada akhirnya karena kucingnya sakit atau sudah tidak lucu lagi, justru sengaja dibuang ke jalanan. ya mending kalau sudah disteril. Kalau belum, kucingnya pasti akan bertemu lawan jenisnya di jalan, berreproduksi, hingga melahirkan anak-anak baru yang jumlahnya semakin banyak jadi hama jalanan.

So, jika memang serius merawat kucing pastikan dulu punya budget lebih ya. Percaya deh memelihara kucing tidak hanya sebatas memberi makan saja. Tapi ada juga pasir, vaksin, vitamin, hingga obat kutu dan cacing. Belum lagi kalau nanti kucingnya tiba-tiba sakit. Masalahnya kan BPJS tidak mengcover hewan peliharaan, hehe.

...

Itulah tadi sedikit ulasan saya mengenai kegiatan street feeding yang memiliki dua sisi berbeda baik jangka pendek maupun panjang. Kompasianer di sini pun pasti punya pandangannya sendiri mengenai hal ini. Boleh saling bertukar pikiran lewat kolom komentar ya.

Akhir kata, terima kasih sudah menyemparkan mampir di tulisan ini. Semoga bermanfaat, dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

-M. Gilang Riyadi, 2025-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun