***
Kadang ada hal yang tak bisa diterima oleh logika manusia, termasuk soal semesta lain yang jadi teori banyak orang bahwa masih ada versi kita yang ada di belahan bumi berbeda. Entah mungkin diri kita yang lebih pintar, lebih populer, atau bahkan lebih menderita.
Di sinilah Gama versi lain itu berada. Entah di mana awal mula dan caranya, tapi ia berhasil masuk ke semesta ini melewati sebuah portal tak kasat mata, kemudian bertemu dengan Raina yang sebenarnya sudah meninggal di semesta tempat ia tinggal.
"Dan di semesta sana kalian juga sempat punya hubungan khusus?" tanyaku pelan ketika kami bertiga duduk di bangku taman, mengupas habis soal lintas semesta yang sebenarnya terdengar tak masuk akal untukku.
"Ya, dan aku kaget ternyata di sini justru aku yang sudah meninggal," jawab Gama menundukkan kepala.
"Sejak kapan kalian punya hubungan di belakang aku?" tanyaku sekali lagi.
"Enam bulan lalu, Mas. Kadang aku yang pergi ke semestanya, kadang juga dia yang ke sini seperti sekarang."
Terjawab sudah kecurigaanku selama ini benar bahwa memang Gama yang jadi orang ketiga dalam hubungan rumah tanggaku. Tak peduli versi Gama mana yang hadir dalam hidup Raina, nyatanya bayang laki-laki itu tak bisa sepenuhnya hilang bahkan ketika Raina sudah jadi istri orang.
"Harusnya dulu kamu nggak perlu nerima lamaran aku, Rai. Hati kamu cuma satu, yang nggak bisa diisi sama dua orang."
Aku tahu dia menyesal, tapi di sini juga aku tetap jadi orang pertama yang dikhianati oleh istri sendiri. Dan perselingkuhan tetaplah perselingkuhan apapun alasannya.
"Gama, kamu bilang setelah enam bulan portal itu akan tertutup dan nggak akan pernah bisa kebuka lagi, kan?"