"Telat pulang lagi," kataku tanpa menatap wajah Raina, istriku, ketika ia baru memasuki rumah di jam setengah dua belas malam.
"Kerjaan lagi banyak, Mas. Aku ke kamar dulu mau istirahat."
Malam itu jadi momen ke sekian kalinya bagi pernikahan kami yang belum genap menginjak setahun. Padahal, orang-orang bilang usia pernikahan yang masih muda menjadi puncak kemesraan sepasang suami istri. Sayang saja ternyata itu sama sekali tidak terjadi untuk diri ini.
Dua bulan pertama pernikahanku dengan Raina sebenarnya berjalan cukup baik. Tapi, perlahan-lahan ia semakin melangkah jauh dan menjelma jadi orang asing yang tak kukenal. Tak ada lagi kemesraan, waktu berdua, juga komunikasi intens. Semua benar-benar hambar.
Tentu saja aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi. Aku harus mencari tahu kejanggalan yang sedang terjadi, terlebih jika diajak deep talk pun Raina selalu bilang tak ada masalah serius bagi kehidupan rumah tangga kami.
Sebenarnya ada satu hal yang aku curigai sejak lama. Maka untuk memastikannya, aku menuju gudang di rumah kami ketika Raina benar-benar sudah tidur. Di tumpukan dus berisi barang-barang usang miliknya, aku menemukan sebuah album foto kecil berukuran 4R. Di dalamnya ada foto Raina bersama Gama, mantan pacarnya, mulai dari zaman sekolah, kuliah, hingga wisuda.
Firasat ini begitu kuat karena Raina dan Gama menjalin hubungan hingga 7 tahun lamanya. Aku yakin pasti hanya Gama yang jadi alasan kenapa Raina semakin berubah.
Aku tahu sejak awal hanya sebagai orang baru yang tanpa sengaja bertemu istriku di komunitas pecinta film, lalu menjalin hubungan serius selama tujuh bulan hingga benar-benar yakin membawa hubungan ini ke jenjang pernikahan.
Tapi masalahnya, dua tahun lalu Gama meninggal dunia karena kecelakaan.
***