Sekitar seminggu yang lalu, ponsel saya tiba-tiba mati total padahal sebelumnya tidak ada masalah. Ponsel yang berusia 2 tahun lebih itu benar-benar tidak bisa digunakan, bahkan ketika diisi daya pun sama sekali tidak ada respons.Â
Tentu saja saya panik mengingat ponsel adalah nyawa kedua bagi siapapun di zaman yang serba modern ini. Maka dari itu membawanya ke tempat servis adalah jalan pertama untuk membenarkannya.
Dalam masalah ini, kita akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu membawanya ke servis resmi sesuai dengan merek ponsel, atau ke tempat servis biasa yang banyak ditemukan di pinggir jalan atau mal. Karena saya ingin yang original dan tidak abal-abal, tentu saja pertama membawanya ke servis resmi.
Di sana saya mendapat nomor antrean sebelum akhirnya bertemu dengan costumer service. Begitu menceritakan keluhan, mereka memeriksanya yang dibantu oleh teknisi khusus. Setelah beberapa menit, saya mendapatkan penjelasan bahwa masalah ponsel saya ini ada di bagian mesin, di mana harus diganti seluruhnya dengan biaya paling tidak 2,5 Juta rupiah.
Duh, mahal sekali, bukan? Itu sih setengah dari harga ponsel yang saya beli itu. Malah kalau pintar mencari, uang 2,5 juta bisa dibelikan ponsel baru dengan spesifikasi yang tak jauh beda. Maka saya memutuskan untuk tidak melanjutkan servis karena merasa harganya terlalu mahal dan di luar budget.
Kebetulan saya punya satu ponsel lagi keluaran tahun 2019 yang memang rusak dan sudah lama tidak dipakai. Jika ponsel yang awal adalah merek X, maka katakanlah ponsel saya yang satu lagi ini merek Y. Saya membawanya ponsel Y ini ke servis resmi. Lagi-lagi mereka mengatakan bahwa masalah di mesin dan harus diganti. Hanya saja karena keluaran lama, mereka tidak punya mesin dari jenis ponsel saya ini. Jadi mereka tidak bisa membenarkannya dan ponsel Y saya tetap rusak.
Saya sempat menanyakan harganya jika memang mesinnya ada, kata mereka harganya sekitar 1,2 juta. Wow lumayan juga, karena di tahun 2019 itu saya membeli ponsel Y dengan harga 2,8 juta. Hampir setengahnya juga seperti ponsel X.
Di sinilah posisi saya punya 2 ponsel yang benar-benar mati suri. Karena penasaran, akhirnya saya nekad membawanya ke tukang servis biasa di salah satu mal kota Bandung dan menjelaskan ke teknisinya ditambah dengan keterangan di 2 servis resmi sebelumnya.
Sekitar 15 menit dua ponsel saya diperiksa. Dan tahu apa penjelasan dari teknisinya? Jujur, saya cukup kaget ketika tahu.
"Hape X ini memang mesinnya yang kena, tapi nggak mesti diganti semua, kok. Cuma sebagian aja. Biayanya paling 800 ribu. Kalau yang Hape Y, ini bukan mesin, tapi LCD sama batere. Biaya 400 ribu, ditunggu juga bisa."
Aneh sekali karena servis resmi X bilang kalau semua mesin yang kena, sementara servis resmi Y bilang mesin yang kena dan mereka tidak bisa membenarkannya. Di situlah teknisnya memberi penjelasan kembali.
"Servis center itu kadang nggak mau ribet. Mereka cuma periksa secara umum, nggak sampai detail. Jadi ya dikit-dikit semua harus diganti."
Dari situlah saya menyadari satu hal bahwa ucapan tersebut memang ada benarnya. Karena jika sejak awal hanya sedikit bagian yang rusak, kenapa pula menyimpulkan keseluruhan mesin yang bermasalah? Biayanya pun jadi jauh lebih terjangkau di mana pada akhirnya saya bisa menservis 2 ponsel sekaligus.
Di satu sisi sebenarnya melakukan servis di tempat resmi pasti lebih terjamin karena semua part pasti original dari merek tersebut. Namun pastinya akan menguras isi dompet lebih banyak, berbeda dengan servis biasa yang lebih murah tapi belum tentu hasilnya semaksimal dari servis resmi.
Jika dilihat dari cerita saya sebelumnya, servis resmi belum tentu memberikan jaminan 100% dugaannya benar. Apa yang dikatakan teknisinya bisa jadi benar bahwa servis resmi bisa saja tidak mau ambil ribet atas masalah yang dialami konsumen, sehingga mengambil kesimpulan secara umum saja.
Kita juga bisa melihat bahwa orang yang ingin membetulkan ponsel rusak di servis resmi pasti banyak, apalagi jika masih ada garansi. Dengan outlet servis resmi yang tak sebanyak tukang servis biasa, pasti membuat antrean panjang dengan tenaga teknisi yang terbatas. Ini menyebabkan servis resmi dituntut lebih cepat untuk melakukan pelayan.
Berbeda dengan servis biasa yang justru lebih sepi karena jumlahnya banyak. Hal ini membuat mereka lebih cepat mengerjakan keluhan konsumen, bahkan bisa ditunggu. Meski kita tidak tahu part-part apa saja yang digunakan/diganti, setidaknya mereka bisa memberikan informasi lebih rinci karena sudah berpengalaman, ditambah juga harganya jauh lebih terjangkau.
Saya pribadi tentu ingin biaya yang lebih murah. Ini terbukti dengan biaya sejuta lebih sudah bisa membuat 2 ponsel kembali bekerja seperti semula. Tidak seperti estimasi awal yang nyaris 4 juta yang mana bisa dibelikan untuk ponsel baru.
Nah, itulah pengalaman saya yang mendapatkan pengalaman baru soal servis ponsel. Kalau pembaca gimana? Lebih memilih servis resmi dengan harga tinggi atau servis biasa yang lebih terjangkau? Yuk kita sharing juga di kolom komentar.
Akhir kata, sekian untuk tulisan kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2024-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H