"Kamu yang kirim sinyal ke kami, kan?" kata Arez semangat karena berhasil menemukan orang yang dicari.
Keduanya bersembunyi di balik jalur rel itu untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba diserang Inhuman, lalu berkenalan. Dari sanalah Arez tahu bahwa orang ini bernama Frans.
"Arez! Kamu di sini?"
Itu suara Cody yang menuruni tangga eskalator. Jika didengar dari suara lainnya terdengar ada suara Ardi dan Teresa juga.
Baru saja Arez ingin keluar dari tempat persembunyian ini dan mengajak Frans untuk bergabung dengan rekan-rekannya itu. Tapi, orang yang baru dikenalnya itu justru menghalangi dengan memberi tanda untuk tetap diam di tempat. Arez jelas tidak mengerti, tapi ia tetap dalam posisinya untuk diam di titik yang sama.
"Mereka bertiga Inhuman, Rez. Selama ini kamu sama mereka?"
"I-Iya."
"Salah satu dari mereka adalah Inhuman berbahaya yang bisa mengendalikan pikiran manusia. Mereka adalah sosok zombie Inhuman dari mata aku, bukan manusia seperti kita. Kamu udah dikendalikan selama ini, Rez."
Arez berkonsenterasi penuh untuk melihat kembali sosok tiga temannya yang masih kebingungan mencari sosok dirinya. Sementara itu Frans menyarankan agar keduanya pergi dari sana menelusuri rel MRT ke stasiun selanjutnya.
"Arez, pergi dari sana!" itu Cody yang ternyata menyadari kehadirannya, lalu mengarahkan pistol ke Frans. "Dia Inhuman, bukan manusia."
Saat itulah Arez merasakan bulu kuduknya berdiri. Frans memegang tangannya erat seakan tidak ingin terpisah.