Siapa di sini  yang tiba-tiba suka overthinking ketika malam sebelum tidur? Atau mungkin bahkan overthinking datang tanpa diundang di saat yang tidak tepat.Â
Overthinking memang menjadi salah satu hal menakutkan yang bisa menganggu pikiran semua orang dari semua kalangan. Mulai dari remaja, dewasa muda, hingga orang dewasa. Hal ini terjadi dari pikiran negatif kita akan sesuatu yang akan terjadi ke depan.
Sebenarnya ini hal normal kok. Tapi jika terus berlarut, overthinking akan semakin menjalar liar menganggu pikiran kita. Oleh karenanya diperlukan sebuah kontrol khusus agar kita bisa berdamai dengan keadaan overthinking ini.
Dalam buku berjudul Overthinking is My Hobby, and I Hate It karya Alvi Syahrin, kita sebagai pembaca akan diajak menelusuri lebih jauh tentang overthinking ini. Perlu diketahui juga bahwa buku ini merupakan buku ke-3 dari seri Self Healing yang ditulis penulis. Di mana buku pertama berjudul Insecurity is My Middle Name dan buku kedua berjudul Loneliness is My Best Friend.
Ketiga seri buku ini memang mengulas tentang sisi psikologis manusia yang biasa terjadi di sekitar kita. Bisa dilihat dari judulnya dimulai dari ketidakpercayaan diri (Insecurity), kesepian (loneliness), dan pemikiran (negatif) berlebih (Overthinking).
Kita akan mulai membahas tentang ada apa saja yang bisa pembaca dapatkan di buku ini. Pertama, permasalahan overthinking ini akan terbagi dalam 7 bagian yang di dalamnya terdapat 45 bab. Mungkin kelihatannya banyak sekali, tapi sebenarnya tiap babnya ini cukup singkat yang menghabiskan 2 hingga 6 halaman saja.
Tujuh bagian ini di antaranya adalah:
1. OVERTHINKING MASA DEPAN
Untuk remaja hingga dewasa muda, mengkhawatirkan soal masa depan tentu jadi hal yang pasti terlintas dalam pikiran. Wajar juga sebenarnya, apalagi jika kita melihat pencapaian orang-orang sekitar yang terlihat lebih sukses. Nah, di beberapa bab awal inilah pembaca mulai diajak menyelami isi buku. Pengenalan soal overthinking, serta bagaimana cara untuk meyakinkan diri bahwa ada cara lain untuk memutarbalikan soal hal-hal negatif dalam pikiran kita.
2. OVERTHINKING MERASA TAK BERGUNA
Bagaimana jika seseorang tak diterima di PTN favorit? Bagaimana jika sudah lama lulus tapi tak kunjung juga dapat pekerjaan? Bukankah hal-hal sederhana ini akan membuat tak percaya diri hingga menganggap diri sendiri jadi tak berguna?
Sebenarnya tak hanya soal PTN dan pekerjaan saja, ada juga poin-poin lain yang dibahas. Dan untuk menghadapi overthinking ini, penulis mengajak pembaca untuk melihat sisi lain dari pandangan "sukses" yang orang-orang ciptakan. Serta sesuatu pun tak ada yang instan. Dibutuhkan beberapa perjuangan lagi untuk mencapai apa yang kita inginkan.
3. OVERTHINKING SAMPAI NGGAK BISA TIDUR
Overthinking bisa datang kapan dan di mana saja, salah satunya ketika malam sebelum tidur yang membuat kita terus bertarung dalam pikiran-pikiran negatif dari sesuatu yang bahkan belum terjadi. Contohnya dalam salah satu bab yang berjudul Dear Mind, Can You Please Just Shut Up.
Jangan biarkan overthinking jadi satu-satunya penghuni di kepalamu. Tambahkan mimpi-mimpi, daily goals, dan rasa syukur.
4. OVERTHINKING TENTANG TEMAN, SAHABAT, CINTA
Kok dia balasnya lama, ya? Gimana kalau aku tergantikan? Gimana kalau dia ninggalin aku?
Berkaitan dengan individu lain seperti teman, sahabat, atau cinta sekalipun pasti pertanyaan-pertanyaan di atas akan jadi overthinking kita karena takut ditinggalkan dan tergantikan.Â
Maka di bagian inilah pembaca akan diajak untuk meningkatkan value diri agar ketika ditinggalkan sekalipun oleh orang lain, kita tetap bisa berdiri dengan kaki sendiri tanpa ketergantungan dengan siapapun.
5. OVERTHINKING KALAU TERNYATA NGGAK DICINTAI
Hampir sama seperti bagian sebelumnya, hanya saja pada bagian ini difokuskan pada kehidupan cinta dan masa depan. Seperti kita yang berharap ingin dengan satu orang saja, atau juga soal rasa khawatir jika nanti di masa depan justru tak kunjung menemukan jodoh dan terus sendirian.
Buat kalian yang punya jenis overthinking seperti ini, maka bisa menemukan jawabannya di bab 30 hingga 35 di buku ini.
6. OVERTHINKING TENTANG NILAI DIRI DAN KEBAHAGIAAN
Kalau di bagian ini pembaca akan diajak bicara soal kebahagiaan serta tujuan hidup. Kadang kita berpikir akan jadi apa nanti, apakah masih ada kebahagiaan yang tersisa, atau juga tentang kesedihan yang bisa saja akan datang kembali meski sebelumnya sempat datang menemani.
Sebagai bocoran atas jawaban dari overthinking ini, ada satu kalimat yang jadi favorit saya.
Jadi, kalau memang aku sedih lagi nanti, semoga itu jadi pelajaran paling berharga di hidupku. Semoga itu menjelma sebuah mahakarya. Semoga itu juga menggugur dosa-dosaku. Dan, semoga Allah menggantikan episode-episode sedih itu dengan kejutan yang luar biasa di masa depan
7. OVERTHINKING KALAU OVERTHINKING KEJADIAN
Pikiran berlebih atas hal yang belum terjadi bisa saja ternyata benar terjadi. Bisa saja ketakutan itu memang jawaban atas usaha yang sedang kita kerjakan.Â
Well, yang perlu dicatat adalah overthinking bukan penentu atas kisah kita selanjutnya kok. Masih banyak sekali alur kehidupan yang akan terus berjalan. So, jangan jadikan overthinking sebagai pondasi utama. Tetaplah berikan yang terbaik sebagaimana yang bisa kita lakukan.
Oh ya, yang menarik dari bagian akhir ini adalah akan ada sisi lain yang dibahas dari sudut pandang si overthinking. Pembaca seakan sedang berbincang dengan overthinking yang sempat membuat saya berpikir wow keren juga ini, overthinking jadi digambarkan sebagai manusia yang bisa bicara dan punya pikiran.
...
Nah, itu tadi sedikit gambaran atas apa saja yang dibahas di buku ini. Dengan kurang lebih 200 halaman, buku Overthinking is My Hobby and I Hate It ini sangat saya rekomendasikan kepada para pembaca, terutama yang seringkali mengkhawatirkan soal masa depan.
Kalimat demi kalimat yang ditulis sangat mudah dicerna karena gaya bahasanya ringan seakan kita sedang mengobrol dengan seseorang. Bahkan apa yang tertuang sama sekali tidak menggurui, lebih mengarah ke pemberian saran yang disampaikan sangat halus dan bijak.
Melihat sepak terjang Alvi Syahrin, sang penulis, yang sudah menebritkan banyak buku (terutama tentang self healing), saya rasa ia berhasil kembali membuat buku yang bisa membuat tenang pembacanya yang mayoritasnya adalah anak muda. Ciri khasnya tidak pernah hilang, memberi dukungan dan nasihat tanpa paksaan.
Karena penulis buku ini seorang muslim, maka tak akan heran jika menemukan beberapa potongan ayat Al-Quran dan Hadist yang dijadikan sebagai pedoman. Hal ini memberikan bukti bahwa penulisnya tak sembarang menulis karena berpatokan juga dengan kitab dan ayat suci  yang jadi pedomannya.
Oh ya Kompasianer, untuk mendapatkan buku ini paling tidak kalian harus menyiapkan uang sebesar Rp 99.000,- yang bisa didapatkan di toko buku terdekat seperti Gramedia. Jika membeli secara online biasanya akan mendapatkan potongan khusus lho.
Gimana nih Kompasianer, menarik bukan? Jika kalian penasaran silakan langsung beli/pinjam buku ini untuk tahu keseluruhan isinya. Dijamin tak akan menyesal dan akan membuat si overthinking ini lebih bisa dikontrol.Â
Akhir kata, terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
-M. Gilang Riyadi, 2024-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H