Kini Reno melangkah pelan menuju lantai dasar dengan terus menyudutkan Amanda. Perempuan itu sekarang semakin tak berkutik layaknya seorang anak yang kehilangan induk.
"Dan aku nggak sebodoh itu Amanda untuk membongkar kebusukan kamu yang membayar perempuan di bar itu menggoda aku. Oh, bukan kebusukanmu, maaf, tapi kebusukan kalian. Aku tahu dua minggu ini kamu bersama selingkuhanmu diam-diam mengawasiku di sana."
Reno mengambil amplop coklat tadi di meja dan melihat kembali surat permohonan perceraian itu dengan tangan kirinya.
"Dulu aku berpikir, salah aku apa ya sampai kamu mendua? Sekarang aku sadar bahwa sejak awal yang salah adalah kamu. Dan soal permohonan perceraian ini, aku terima. Secepatnya akan aku urus ke pengadilan."
Amanda tak bisa melakukan gerak apapun selain meneteskan air dari kedua matanya. Ternyata rencana yang ia bangun untuk lepas dari Reno dan hidup bersama kekasihnya justru menjadi serangan balik yang memanah dada hingga perasaannya.
"Satu lagi, Amanda. Harta gono-gini kita hanya ada untuk Hanafi, sekalipun dia bukan anak kandungku. Bukan untukmu, terlebih untuk laki-laki brengsek itu."
***
Bukan Sekadar Mendua - Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H