Semula belum kurasakan. Tujuh orang perempuan muda, termasuk aku, datang tanpa rasa curiga ke rumah Bu Ambarawati, atau yang lebih akrab kami panggil Madam Ambar. Ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah kejiwaan yang dialami pasien-nya. Banyak testimoni di media sosial yang merekomendasikan tempatnya. Mereka yang pernah diobati di sana mengakui bahwa cara pembersihan jiwa yang dilakukan Madam Ambar benar-benar ampuh untuk orang yang sedang kehilangan arah.
Tempat praktiknya ada di kompleks perumahan mewah. Hanya saja di sini tampak sepi, tak seperti perumahan lain yang biasa dipadati oleh warga.
Bersama enam orang lain, kami duduk  melingkar di ruang tamu yang luas. Interior di dalam cukup modern serba putih dengan lukisan Madam Ambar ukuran besar tergantung di dinding.
"Nama aku Rafika, 27 tahun. Calon suamiku selingkuh ketika waktu lamaran sudah ditentukan. Aku dikeluarkan dari tempat kerja secara tak hormat, serta kehilangan anjing peliharanku yang mati ditabrak mobil."
Cerita kenapa aku bisa ada di sini kujelaskan pada Madam dan yang lain. Aku sedikit menahan tangis, sampai perempuan muda sebelahku menenangkan dengan mengelus bagian punggung.
Lalu kejanggalan dimulai. Ketika salah seorang pasien lain bercerita "Lebih baik aku mati", respons Madam benar-benar di luar dugaanku.
"Maka matilah, temui Tuhan di surga sana."
Malamnya saat waktu istirahat, di mana memang kesepakatan pengobatan ini mengharuskan kami menginap selama 3 hari, perempuan bernama Siska yang tadi ingin mati itu ditemukan tewas tergantung di kamar mandi. Dua orang lainnya yang melihat kejadian itu berteriak. Aku datang dari kamar sebelah dengan yang lain, sama-sama histeris melihat tubuh tak bernyawa itu.
"Peraturan nomor satu. Kalian boleh mati jika tidak ingin lagi hidup di dunia. Tempat ini bukan untuk orang lemah," kata Madam Ambar yang begitu santai namun tegas ketika melihat kami berenam yang panik.
Kejanggalan lain terjadi esok hari di waktu sarapan. Dua orang di antara kami, yang kutahu bernama Kalia dan Sena, mendadak tersedak sebelum makanan benar-benar habis. Keduanya sampai kejang-kejang di lantai hingga akhirnya tak bergerak lagi. Mereka tewas.