Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Arawinda, Film "Like & Share", dan Penerapan Cancel Culture pada Artis Bermasalah

9 Desember 2022   20:12 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:34 4430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Kompasianer memperhatikan, Hari Kamis biasanya menjadi hari di mana film-film lokal akan rilis di bioskop. Di bulan Desember ini misalnya, pada tanggal 1 Desember lalu film Qorin lah yang jadi pembuka, kemudian berlanjut seminggu kemudian di tanggal 8 ialah film Like & Share yang tayang perdana.

Filmnya sendiri telah diumumkan sejak beberapa bulan lalu yang merupakan garapan sutradara Gina S. Noer yang sukses lewat film Dua Garis Biru. Like & Share sendiri dibintangi oleh jajaran artis Arawinda Kirana, Aurora Riberio, Jerome Kurnia, hingga Aulia Sarah.

Kalau melihat dari trailer-nya, film ini menceritakan tentang persahabatan dua gadis SMA yang semula menjadi kreator di YouTube lewat konten ASMR makanan. Persahabatan mereka diuji ketika keduanya mengenal salah satu laki-laki yang diperankan oleh Jerome Kurnia. Bahkan bisa dilihat juga bahwa di dalam film ini terdapat unsur 18+ alias yang tak bisa sembarangan ditonton karena berhubungan dengan adegan seksual.

Sebenarnya film ini punya pondasi yang kuat mengingat juga dipegang oleh sutradara yang bukan sembarang. Hanya saja cukup disayangkan bahwa salah satu pemeran utamanya, Arawinda Kirana, sedang terlibat dalam salah satu skandal. Hal ini berpengaruh pada rilisnya film Like & Share.

image by Kompas
image by Kompas

Arawinda sendiri sejak beberapa bulan lalu dituding sebagai perusak rumah tangga pasangan Amanda Zahra dan Guiddo Ilyasa. Netizen yang murka membuat mereka ingin memboikot aktris tersebut, salah satunya di film terbarunya ini.

Karena saya pengguna aktif sosial media twitter, di sana lah war pro-kontra terjadi. Ada yang mendukung tindakan netizen yang ingin memboikot, ada juga sebagian netizen yang merasa bahwa urusan pribadi tidak seharusnya dibawa ke urusan karya.

Kemarin ketika filmnya rilis, perdebatan ini semakin panas di twitter bahkan sempat menjadi trending di sana. Beberapa akun review film seperti Cenayang Film, Habis Nonton Film, WatchmenID, dan masih banyak lainnya memberi ulasan film yang cukup bagus serta mengajak penonton untuk menjaadi bagian di dalamnya.

Meski telah memegang ulasan baik dari akun-akun besar perfilman, ternyata tidak mengubah keputusan netizen untuk memilih tidak menonton. Banyak dari mereka ingin tetap menerapkan cancel culture pada aktris bermasalah layaknya yang dilakukan negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan.

Bahkan juga ketika memberi ulasan, beberapa akun review itu justru tidak menyebut nama Arawinda sama sekali dan memfokuskan ulasan pada karakter yang dibintangi Aurora Riberio dan lawan mainnya, Jerome Kurnia. Bisa jadi secara tak langsung para pembuat ulasan ini juga melakukan cancel culture, atau bisa jadi hanya sekadar main aman agar tak terlalu kena hujat netizen.

Respons lain dari para netizen ini malah beranggapan bahwa akun-akun review film ini tak lebih dari sekadar buzzer yang dibayar hanya demi menaikkan rating film. Ya namanya netizen kadang bisa beranggapan melebihi apa yang kita pikirkan.

Sekarang kita lihat secara langsung bagaimana efek dari konroversi Arawinda Kirana di film Like & Share. Melihat jumlah penonton di hari pertama tayangnya, film ini berhasil mendapat lebih dari 15.000 penonton. Jika dipikir-pikir, ini masih terbilang rendah jika melihat film lokal lain yang setidaknya bisa mencapai puluhan ribu di hari pertama tayang.

Di IMDb pun, tempat di mana siapapun bisa memberi ulasan, rating film Like & Share masih di bawah 6, lebih tepatnya 5.8/10. Padahal jika melihat film lokal lain, setidaknya nilai 7.0 masih bisa mudah diraih.

Melihat ini, kontroversi sang aktris memang punya pengaruh bagi para penikmat film yang memutuskan untuk tidak menontonnya. Padahal jika melihat sinopsis  dan ulasan yang mengedepankan isu kekerasan seksual, Like & Share punya potensi kuat untuk bersaing dengan film lain dan mendapatkan jumlah penonton lebih dari itu.

image by twitter WatchmenID
image by twitter WatchmenID

Tapi lagi-lagi, ini kembali ke keputusan penonton karena mereka lah yang paling berhak menentukan ingin atau tidaknya nonton terlepas dari alasannya. Jika pun jumlah penonton masih terbilang sedikit, pihak produksi setidaknya harus memikirkan cara lain untuk melakukan promosi lebih besar yang akan mendongkrak popularitas film ini sendiri. Promo buy 1 get 1, maybe.

Hal yang harus dibahas selanjutnya adalah penerapan cancel culture yang sebenarnya tak salah, tapi harus dilakukan merata pada aktris atau aktor yang pernah punya masalah.

Rasanya pun Arawinda bukan yang pertama terlibat dalam rumah tangga orang. Masih banyak juga bintang papan atas baik laki-laki ataupun perempuan yang juga pernah masuk ke masalah yang sama. Namun nyatanya? Tetap saja masih bisa tampil di televisi atau bahkan dunia perfilman sekalipun.

Tidak perlu menyebutkan nama juga, tapi publik figur yang bermasalah pun mulai dari narkoba, hate speech, bahkan hingga pelaku kekerasan/pelecehan seksual rasanya masih bisa menikmati hidupnya dengan tenang dan masalahnya mereka dulu seakan hilang ditelan bumi.

No offense juga, tapi ada juga publik figur yang terlihat problematik tapi tertolong dengan rupanya yang cantik/tampan, sehingga justru para penggemarnya dengan kerasa bisa membela sang bintang.

Jika begini, bukankah penerapan cancel culture belum cukup adil? Atau mungkin hanya perasaan saya saja?

Oh ya, sampai tulisan ini dibuat saya juga belum sempat menonton filmnya. Well, terlepas dari apa yang terjadi di balik layarnya, memang saya belum punya waktu untuk main lagi ke bioskop. Jika memang nanti saya telah menontonnya, akan saya ulas juga di sini.

Nah, barangkali pembaca punya pendapat lain soal film ini atau tentang penerapan cancel culture yang terjadi di dalamnya? Jika ada, yuk kita sama-sama diskusi di kolom komentar.

Akhir kata, sampai sini dulu tulisan yang bisa saya buat. Terima kasih telah menyempatkan membaca!

- M. Gilang Riyadi, 2022-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun