***
Kedai seblak hari ini benar-benar berbeda dari biasanya. Pengunjung lebih ramai, bahkan kami sempat menambah kompor di dapur untuk mempercepat pesanan pembeli.Â
Sebenarnya bukan sekadar situasinya yang ramai, tapi juga karena sebentar lagi kami akan kedatangan tamu spesial yang jelas akan mempengaruhi penjualan ini ke depannya.
Seminggu lalu ada seorang pembeli yang membuat video Tik-Tok di sini dengan memberi penjelasan soal sejarah seblak yang pertama kali dibuat orang tuaku 10 tahun lalu.
Pertama video itu viral sampai banyak orang datang untuk mencobanya. Kedua, hari ini akan ada salah satu seleb Tik-Tok yang datang untuk ikut mencicipi seblak viral ini. Ia dikenal sebagai penikmat kuliner yang sering melakukan live sambil memberi ulasan ke makanan yang sedang dicobanya.
"Kita pakai plan BÂ untuk kasih menu seblak ke Andika," kataku sedikit panik ketika seleb Tik-Tok itu sudah datang.
"No, Ganjar. Itu melanggar kaidah seblak," Arum tak kalah panik sambil mencuci kerupuk yang akan dimasak itu.
"Kita harus ambil risiko. Berbeda nggak selamanya salah, kan?"
Detik itu juga kami bertiga sibuk di dapur hanya untuk menyiapkan satu menu. Aku mulai memblender semua bumbu dengan penambahan kencur agar lebih wangi.Â
Arum sedang merebus kerupuk dengan bumbu garam, lada, dan jeruk nipis. Sementara itu Brian merebus ceker dan tulang ayam.
Kami tidak lagi bicara dan fokus pada tugas masing-masing. Sampai lima belas menit kemudian menu ini tersaji di meja yang diduduki Andika, si penikmat kuliner itu, dengan tiga mangkok berbeda dan satu piring kosong kecil.