Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Detektif | Gerbong Sianida

24 Juli 2022   19:12 Diperbarui: 24 Juli 2022   19:25 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by unsplash.com

"Kita melupakan satu hal dari kematian korban." Aku melanjutkan ketika semua mata tertuju ke sini. "Dia memesan paket nasi ayam krispi dan sebotol minuman. Tidakkah kalian sadar bahwa sendok dan garpu plastik milik korban nyaris tak terpakai?"

Semua pasang mata kini beralih ke meja korban. Mendapati bahwa memang benar garpu dan sendok di sana masih bersih. Ini menunjukkan bahwa korban langsung menggunakan tangannya untuk makan. Ketika mengambil nasi dari tangan, pasti ada beberapa bulirnya yang menempel di jari. Beberapa orang akan langsung memakan sisa nasi itu dengan mengarahkan setiap jarinya ke mulut, termasuk yang dilakukan korban sebelum tewas.

"Tunggu, Pak Detektif," Petugas berseragam di samping Adri memotong. "Apa maksudmu jari korban sejak awal telah dilumuri racun?"

Betul sekali, bahwa sebenarnya kita semua telah dikecohkan dan menganggap korban mengambil racun dari makanan, padahal sebenarnya korban lah yang membawa racun ke makanan.

Trik ini bisa digunakan oleh siapa pun yang sempat melakukan interaksi dengan korban. Fajar yang melayani langsung saat korban memesan, Gian yang juga secara singkat duduk sebelahan, atau pun Marlina yang sempat membelakang korban. Lain lagi dengan Ane yang duduk paling jauh dan nyaris tak melakukan interaksi dengan korban.

Adri menyiapkan 4 bungkus keripik singkong kemasan yang kali ini ditaruh di masing-masing meja tersangka. Sesuai intruksi dariku, keempatnya membuka bungkusan itu, lalu memakannya tanpa tahu maksudnya apa. Tapi, ada satu orang yang justru hanya terdiam dan tak mengikuti tiga orang lainnya.

"Saudari Ane, kenapa Anda tidak ikut makan? Jangan khawatir, itu kan kemasan baru. Tak mungkin ada racun," kata Adri melangkah pelan ke tempatnya duduk.

"Ane tidak akan bisa mengonsumsi apapun sebelum ia mencuci tangan, karena racun sianida itu masih tersisa di telapak tangannya. Atau mungkin aku harus menyebut dia sebagai... nona pelaku."

Semua memasang reaksi kaget tanpa mengira bahwa yang paling jauh dari korban ternyata pelakunya. Sebelum kereta ini benar-benar berhenti di tujuan, aku menjelaskan semua trik ini mulai dari kapan dan di mana ia bisa melumurkan racun pada korban.

Sebelum memasuki gerbong ini, sebenarnya aku sempat melihat Ane dan korban berada di gerbong eksekutif meski beda kursi. Saat itu Ane menjatuhkan ponselnya yang kemudian diambil oleh korban. Tanpa korban tahu sebenarnya racun sianida sudah ada di case ponsel Ane dan tangan korban seketika terlumuri oleh racun itu.

Begitu sampai di gerbong ini, korban memesan makanan dengan motode pembayaran cashless sehingga hanya perlu menggunakan ponsel untuk membayarnya. Racun tetap masih ada di tangannya. Hingga ketika menikmati hidangan itu, akhirnya korban jatuh dan tidak selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun