Dan Bram menjadi peserta pertama yang lolos dari permainan itu.
"Halo, guys," ucap Farid santai melihat Bram dan Jane di titik yang sama. Ini kesempatan bagus.
Tanpa basa-basi Farid melepaskan satu anak panah yang langsung menancap di kaki Bram. Dengan refleks, Jane segera pergi menembus banyaknya belokan tanpa tahu tujuan. Farid sangat berbahaya karena bisa menyerang musuh dari kejauhan, tidak sepertinya yang hanya memiliki pisau dan baru bisa membunuh jika benar-benar di dekat lawan.
Tentu Farid belum puas. Masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia melepaskan beberapa anak panah lagi. Satu di perut Bram, satu di dada tepat di jantung, dan satu lagi sebagai tembakan terakhir, ia menyerang kepalanya langsung.
Tubuh Bram sudah dilumuri darah di mana-mana yang membasahi jaket biru mudanya. Ia sudah tak sadarkan diri, kemungkina mati.
"Ayo, Jane, nggak perlu lari dari saya!" katanya setengah berteriak sambil menyiapkan tembakan panahnya.
Farid terus berlari dari sudut ke sudut labirin tapi tak menemukan tanda pergerakan Jane. Gadis itu memang tak bisa diremehkan.
"Farid, aku di sini!" kata sebuah suara yang terdengar tak jauh.
Laki-laki itu kembali berlari mencari arah sumber suara, sampai ia menemukan Jane sedang berdiri seakan siap untuk diterkam. Saat ia menyiapkan panah untuk menembak Jane, suara sirine ambulans lagi-lagi bergema. Ini tandanya, giliran Jane untuk membunuh.
Jane langsung lari dan menancapkan pisau ukuran kecil ke perut Farid. Laki-laki itu sempat kaget, kemudian menendang tubuh Jane yang kecil hingga terjatuh.
Aturan pertama jika tubuh tertusuk , jangan sekali-kali mencabutnya jika tak ingin terjadi pendaharan hebat. Maka Farid menahan rasa sakit itu meski pisaunya masih tertancap sambil menghindar agar tak diserang kembali. Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Sial, jika begini terus ia tak akan bisa selamat.