Seminggu ke belakang ini serial thriller asal Korea Selatan benar-benar sedang menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia. Tidak perlu ditanya lagi, sebagian besar Kompasianer pun pasti sudah tahu karena banyak juga yang menuliskan ulasannya di sini.
Judulnya Squid Game, yang mengangkat tema utama bertahan hidup untuk mendapatkan uang senilai miliyaran won. Yang menarik adalah setiap yang tereliminasi dalam permainan akan langsung dibunuh saat itu juga, hingga akhirnya menyisakan satu pemenang yang telah menyelesaikan 6 jenis permainan yang berbeda.
Beberapa hari lalu saya baru menyelesaikan serial ini. Rasanya cukup puas dengan 9 episode yang membuat tegang juga sedih. Bahkan karena saking serunya, saya berharap akan ada season 2 untuk melanjutkan kembali permainan ini. Juga untuk mengupas beberapa misteri yang belum terungkap.
Tapi pernahkah pembaca berpikir, bagaimana jika Squid Game terjadi di Indonesia? Kira-kira di mana lokasi yang akan menjadi latar utama? Apa motif para pemainnya hingga bisa masuk ke dalam permainan ini? Dan, permainan anak-anak apa saja yang sekiranya muncul jika kita mengedepankan budaya Indonesia?
Maka, tulisan ini dibuat berdasarkan khayalan saya sendiri ketika membayangkan jika Squid Game terjadi di Indonesia. Seperti apa ya kira-kira?Â
Latar Cerita
Serial Squid Game mengambil latar utama yang menjadi medan permainan di tempat yang sulit dijangkau oleh orang, tidak ada sinyal, juga akses yang rumit seperti menyeberang pulau. Bahkan para pemainnya pun tidak mengetahui tempat tersebut karena dibawa dengan keadaan pingsan. Hal ini tentu bertujuan untuk menjaga kerahasiaan tempat agar tak diketahui oleh orang awam yang bisa mengacaukan konsep permainan.
Melihat geografis Indonesia yang dikelilingi lautan dan terdapat banyak pulau, rasanya tak sulit untuk menentukan lokasi sebagai tempat permainan. Jika ingin sama seperti Squid Game yang mengambil tempat di pulau terpencil, Indonesia bisa memilih satu dari sekian ribu pulau yang ada.
Kita bisa mengambil contoh Kepulauan Seribu yang aksesnya masih dekat dengan pusat Ibu Kota. Menjadikan salah satu pulau sebagai lokasi tentu cukup menarik. Mengingat juga tidak sembarang orang bisa langsung menuju ke sana.
Ada opsi lain yang tidak harus berbentuk pulau yang dikelilingi lautan. Indonesia bisa memilih tempat dengan latar hutan sebagai lokasi utama. Keberadaan hutan yang masih asri seperti di Kalimantan menjadi tantangan tersendiri karena akses yang sulit juga sinyal yang kurang mendukung.
Motif Pemain
Hadiah yang ditawarkan dalam film Squid Game tidaklah main-main. Uang tunai senilai kurang lebih 40 miliyar won akan dimenangkan oleh satu orang saja. Tentu uang tersebut bisa digunakan untuk apa saja. Jalan-jalan, membuka bisnis baru, memperbaiki ekonomi keluarga, dan yang paling utama adalah membayar hutang.
Ya, hutang. Sebagian besar pemain Squid Game terpaksa bermain di arena karena dituntut atas hutang yang tidak sedikit. Mau tak mau mereka harus mengikuti rangkaian permainan demi mendapatkan uang meskipun nyawa taruhannya.
Jika Squid Game terjadi di Indonesia, saya rasa motifnya tidak terlalu jauh dari masalah ekonomi. Sebagian besar pemain merupakan masyarakat menengah ke bawah yang ekonominya sulit hingga terlilit banyak hutang. Mulai dari hutang ke bank, rentenir, hingga pinjaman online.
Tapi tidak hanya masyarakat menengah ke bawah saja. Saya membayangkan ada sebagian kecil pemain yang berasal dari masyarakat yang cukup berada. Hanya saja ada kondisi yang tiba-tiba membuat kondisi ekonomi mereka berantakan. Seperti ditipu orang, investasi yang justru membuat rugi, hingga kebangkrutan yang terjadi oleh pengusaha.
Jenis Permainan
Permainan anak-anak yang sederhana ternyata menjadi gerbang untuk kematian para pemain. Unik memang memainkan sesuatu yang dulu kita lakukan semasa kecil, tapi kini harus bertaruh dengan nyawa.
Dari film ini saya tahu tentang permainan tradisional apa saja yang dimainkan oleh anak-anak di Korea Selatan. Seperti lampu merah lampu hijau, tarik tambang, kelereng (ini juga populer di Indonesia), gulali, hingga permainan cumi-cumi (squid game).
Jika di Indonesia, kira-kira apa saja ya permainan tradisionalnya? Maka inilah analisis khayalan saya.
1. Balap Kelereng
Jika Korea mengambil permainan'lampu merah lampu hijau' sebagai babak pertama, maka Indonesia bisa menggunakan Balap Kelereng yang biasa dimainkan ketika lomba 17-an. Di sini, ratusan pemain harus membawa sebuah kelereng menyeberangi lapangan luas (seperti latar di permainan lampu merah lampu hijau) dengan menggunakan sendok.
Peserta diberi waktu 2-3 menit untuk sampai di tujuan. Jika di tengah perjalanan kelereng jatuh mengenai tanah, maka ia gugur dan akan langsung di tembak oleh petugas yang berjaga di bagian atas. Dan jika dalam waktu yang ditentukan peserta belum sampai garis finish, maka ia juga gugur dan otomatis mati.
2. Layangan
Akan ada banyak orang yang tereliminasi pada babak pertama. Maka di babak kedua peserta akan diberi masing-masing satu layang-layang untuk dimainkan selama 5-10 menit.
Aturannya seperti permainan layang-layang biasa. Di mana dalam jangka waktu tersebut peserta diharuskan mempertahankan layang-layangnya dan tidak boleh terjatuh. Di sana pun akan dibuat angin buatan untuk meningkatkan ketangkasan peserta dalam mempertahankannya.
Jika memungkinkan, pemain lain boleh menjatuhkan layangan milik lawan, namun dengan cara menggunakan layangannya sendiri seperti yang biasa anak-anak lakukan waktu dulu. Dan jika layangan salah satu pemain jatuh, seperti biasa, ia akan otomatis gugur dengan cara ditembak.
3. Panjat Pinang
Jika dalam babak ketiga di Squid Game adalah permainan tarik tambang yang mengharuskan membuat kelompok lalu melawan kelompok lain, maka dalam babak ketiga ini peserta pun harus membuat kelompok yang nantinya akan diadu dalam permainan Panjat Pinang.
Tak peduli pria atau wanita, setiap kelompok katakanlah memiliki 10 anggota. Mereka diharuskan memanjat pinang yang licin untuk meraih tiket babak selanjutnya yang disimpan di puncak.
Dua kelompok yang berlawanan ini diberi waktu selama 10-15 menit. Jika salah satunya berhasil meraih tiket tersebut, maka kelompok lawan otomatis gugur dengan taruhan nyawa. Namun jika sampai batas waktu yang ditentukan satu dari dua kelompok itu tidak berhasil, maka dua-duanya lah yang akan gugur.
4. Congklak
Peserta semakin sedikit. Kali ini mereka dituntut untuk bermain berpasangan seperti permainan kelereng di Squid Game. Latar tempat hampir sama dibuat menyerupai suasana senja di sebuah pemukiman. Namun di khayalan saya lebih ditekankan pada teras rumah yang biasa digunakan anak-anak jika main di rumah.
Peraturannya sederhana. Permainan congklak dimulai dari salah satu pemain yang kemudian diteruskan oleh pemain lain. Siapa pun salah satu dari mereka yang berhasil merebut seluruh kerikil/biji lawan dalam permainan ini, maka ia adalah pemenangnya. Dan yang kalah? DOR! tentu saja langsung ditembak.
5. Egrang
Sebelum benar-benar masuk ke permainan terakhir, pemain akan masuk ke permainan Egrang untuk dituntut bertahan. Kali ini semuanya bukan berada pada pijakan tanah, melainkan tempat tinggi (seperti di permainan lompat kaca Squid Game). Dalam jangka waktu 5-10 menit, pemain harus bertahan dan tidak boleh terjatuh dari egrangnya.
Aturan tambahan di sini, setiap pemain boleh menjatuhkan lawan dengan cara apapun. Maka di sini akan semakin terlihat mana yang kuat untuk benar-benar memenangkan hadiah utama.
6. Petak Umpet
Dan inilah finalnya. Anda tak salah baca, Petak Umpet adalah babak terakhir untuk Squid Game versi Indonesia. Permainan ini setidaknya bisa dilakukan sebanyak 2-5 pemain (bisa menyesuaikan dengan jumlah peserta yang tersisa).
Latar tempat bukanlah sekadar lapangan biasa, namun diset seakan-akan mereka ada di labirin raksasa seperti film Maze Runner. Katakanlah pemain yang tersisa ada 3. Pada kesempatan pertama si A adalah kucingnya yang harus menemukan si B dan C. Jika A menemukan B atau C di labirin raksasa itu, maka ia diperbolehkan untuk membunuh lawannya.
Sementara itu si B dan si C hanya diperbolehkan menghindar, bukan balik membunuh, kecuali jika tiba giliran merekalah yang menjadi kucingnya.
Waktu tiap peserta adalah 10 menit untuk menemukan dan membunuh lawan. Jika waktu habis, maka kesempatan akan diganti ke peserta lain. Semua terus terulang paling tidak sampai benar-benar ada yang bertahan.
Tamu VIP
Tidak perlu jauh-jauh untuk mengundang orang luar untuk menikmati permainan ini. Tamu VIP adalah 100% orang Indonesia yang terdiri dari pejabat tinggi, pengusaha kaya raya, hingga artis papan atas yang nantinya bertaruh untuk menebak siapa yang akan menang.
***
Nah, itulah analisis saya untuk membayangkan Squid Game jika memang terjadi di Indonesia. Seru bukan jika tema utamanya diambil dari negara sendiri? Bagaimana, apakah Kompasianer memiliki ide dan pemikiran lain?
Akhir kata, sekian tulisan saya kali ini. Semoga terhibur, dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
M. Gilang Riyadi -2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H