Sejujurnya saya merasa tersanjung bisa mendapat tawaran seperti itu dari orang yang pernah viral. Saya rasa alasan lain kenapa ia ingin masyarakat atau warganet tahu tentang pledoinya ini adalah masyarakat terlanjur mengenal dia dengan hal yang negatif.Â
Tentu itu benar terjadi, Gilang mengakuinya, dan dia tahu akan konsekuensi yang diterima. Hanya saja ia membutuhkan satu ruang khusus untuk tetap bisa membagikan apa yang dia rasakan. Dan Instagram menjadi pilihannya.
Pledoi Panjang yang Menceritakan Semuanya
Berselang beberapa hari setelah Gilang menghapus postingan terakhirnya itu, ia kembali ke Instagram untuk membagikan pledoi yang juga menceritakan kisahnya dari awal viral hingga saat ini, yang kurang lebih berjarak 7 bulan. Namun, kali ini bukan Gilang langsung yang memegang akun tersebut, melainkan teman masa kecilnya yang ia percaya untuk bisa menyampaikan pesan ini.
Pledoi yang Gilang sampaikan di persidangan ia unggah di Instagram. Karena sangat panjang, maka pledoi ini dibagi menjadi 9 bagian. Masing-masing postingan diberikan caption dari sudut pandang teman masa kecilnya itu. Salah satunya bisa langsung dibaca di sini.
Nah, itulah postingan pertama dari 9 bagian pledoinya. Kompasianer bisa langsung mampir ke Instagram yang bersangkutan jika ingin melihat langsung detailnya. Dan di kesempatan ini saya mencoba merangkum apa yang disampaikan Gilang dalam pledoinya tersebut.
Pledoi ditulis di tanggal 15 Februari 2021. Gilang menceritakan asal usul dirinya yang merupakan pemuda usia 23 tahun dan dibesarkan di salah satu daerah kecil di Kalimantan dengan kasih sayang kedua orang tuanya.Â
Ia mendapatkan peringkat satu di sekolah mulai dari sekolah dasar hingga menengah, bahkan diterima juga di PTN yang bergengsi meskipun harus merantau ke Surabaya yang jaraknya tentu jauh dari Kalimantan.
Di tanggal 29 Juli 2020, ia mengetahui bahwa dirinya tengah menjadi perbincangan publik. Dunia seakan runtuh dan dianggap hanya sebagai mimpi belaka. Namun dia sadar bahwa ini adalah kenyataan yang harus ia terima. Tentang fetish-nya yang tak biasa, dan betapa sebenarnya ia sangat membutuhkan teman untuk berbagi. Namun, selama ini Gilang hanya menyimpan rahasia gelapnya itu sendirian. Sampai akhirnya, Ibunya tahu tentang dirinya yang kini telah dikenal oleh publik.
Informasi ini begitu cepat terdengar ke penjuru pelosok desa. Namanya yang semula dikenal sebagai anak baik-baik berbalik menjadi bumerang, termasuk ke keluarganya.Â
Ibunya sampai mengalami depresi karena beberapa kerabatnya mencela kasus ini. Namun, hal ini tak mengurangi kehangatan di dalam keluarganya. Ibunya tetap menyayangi Gilang, begitu pula bapaknya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!