"Karena kalian sibuk. Maybe I just need a quality time."
Sempat berpandangan beberapa saat, Banyu langsung mengacak-acak rambut anaknya.
"Untuk kali ini Papa ikuti kemauan kamu."
Sebenarnya jika tidak ada yang tahu hubungan Banyu dan Rayan yang sebenarnya ayah dan anak, orang pasti mereka adalah adik kakak yang umurnya berbeda jauh. Bahkan ketika pertama kali datang ke sekolah karena Rayan berbuat ulah, wali kelasnya sempat ragu bahwa ia adalah ayah kandung Rayan.
Berbicara tentang wali kelasnya, Banyu teringat ada hal yang harus dibicarakan dengan guru itu.
"Cuma mau memastikan kamu nggak bolos lagi," kata Banyu memandang anaknya dengan senyum lain.
Maka, di kantin yang letaknya ada di belakang sekolah, Banyu bertemu dengan Reina, wali kelas Rayan yang usianya sudah menginjak angka 30.
"Ada yang bisa dibantu, Pak Banyu?" tanya Reina sopan.
***
"Aku lebih nyaman menjadi kita yang asing satu sama lain, tanpa perlu mengungkit cerita lama."
Kata-kata Reina barusan belum dijawab oleh Banyu. Mereka sama-sama tertunduk meski kini sedang duduk berhadapan di kantin sekolah yang tidak terlalu ramai.
Pada pertemuan pertama ketika Banyu datang ke sekolah menemuinya, Reina tahu bahwa orang itu adalah seseorang yang dulu sekali pernah mengisi hatinya. Tidak ada hubungan spesial sebenarnya. Hanya saja, saat mereka kuliah di kampus yang sama, Reina begitu mengagumi Banyu yang waktu itu menjadi ketua BEM.