Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Mangkujiwo", Sebuah Prekuel Kelam tentang Lahirnya Kuntilanak

31 Januari 2020   19:36 Diperbarui: 31 Januari 2020   23:58 13355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanti, perempuan yang diperankan oleh Asmara Abigail ini akhirnya diambil oleh Brotoseno (Sujiwo Tejo), seseorang yang begitu dihormati di daerahnya.

Brotoseno tahu bahwa Kanti memiliki dendam pada Cokrokusumo (Roy Marten), laki-laki yang telah menghamilinya. Ia menjanjikan pada Kanti bahwa akan membalaskan dendamnya tersebut. Kanti dibawa ke sebuah rumah yang jauh dari keramaian. Kakinya tetap dipasung dan menjalani sebuah ritual dari Brotoseno.

Ritualnya sangat aneh dan sangat menjijikan, seperti harus memakan nasi yang sudah dicampur darah dan daging tikus yang masih segar. Di bagian ini penonton akan dibuat jijik karena melihat sesuatu yang ngeri termasuk soal darah hewan.

Sementara itu Karmila yang merupakan ibu kandung Dinda (pemeran Kuntilanak 2018 dan 2019) kembali hadir di film ini sebagai kolektor barang-barang antik yang memiliki nilai jual tinggi. Ia pun merupakan rekan bisnis yang sangat erat dengan Cokrokusumo. Karmila diceritakan sebagai tokoh antagonis yang menghalalkan segala cara untuk mencari keuntungannya.

Ingat cermin yang selalu ada di film Kuntilanak? Di film ini diceritakan bahwa cermin tersebut ternyata ada dua di mana yang satu disimpan oleh Brotoseno dan yang satu lagi dimiliki oleh Cokrokusumo. Nyai (Djenar Maesa Ayu) memiliki rencana untuk menggabungkan dua cermin itu. Namun konflik Brotoseno dan Cokrokusumo tidak memungkinkan keduanya bertemu untuk saling menyerahkan cermin.

Asmara Abigail yang memerankan Kanti begitu totalitas. Mulai dari make up, akting, bahkan hingga memakan cicak pun ia lakukan. Hal ini membuat suasana di dalam film semakin mencekam. 

Apalagi memang di cover film pun dilihatkan bahwa Asmara Abigail akan jadi Kuntilanak yang keluar dari sebuah cermin.

Tapi jangan berharap akan ada jumpscare dan hantu yang tiba-tiba muncul seperti film horor kebanyakan. Mangkujiwo lebih memfokuskan pada cerita inti yang begitu kelam. 

Nuansa Jawa pun begitu diperjelas di sini dimulai dari busana yang digunakan hingga percakapan antar satu pemain dengan pemain lain.

Tentu Kompasianer juga tidak asing dengan lagu Lengser Wengi yang dipercaya sebagai pemanggil Kuntilanak. Pada setiap film Kuntilanak pun lagu ini selalu ada dan jadi ciri khas tersendiri. Maka, di film Mangkujiwo akan diceritakan sedikit kenapa lagu Lengser Wengi dipakai untuk memanggil Kuntilanak.

Sejujurnya film ini sedikit membosankan karena lebih banyak percakapannya dibanding dengan nuansa horor. Jika dipikir-pikir klimaksnya pun hanya ada di 10 menit terakhir. itu pun eksekusinya tidak begitu maksimal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun