Kamu memandangku, Â
wajahmu memantulkan cahaya dari papan reklame yang berkedip. Â
"Mungkin ini bukan soal gangguan," katamu
"mungkin ini cuma caranya kota ini bernapas."
Aku terdiam, Â
seperti lampu merah yang lupa berganti hijau. Â
Dan dalam udara malam yang lengket, Â
di antara debu dan cahaya yang patah, Â
aku merasa segalanya, Â
untuk sesaat, Â
berhenti.
Jakarta, 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!