Baca Juga: Buncis di Panci Warisan
6.
Aku mencoba memulai ulang. Mencari angka pertama di kalender yang baru. Tetapi lembar-lembar itu terasa licin, seperti tangan yang meloloskan pasir. Hari hanya sebuah teka-teki tanpa petunjuk.
7.
"Kenapa kita membiarkan begitu banyak hal terbakar?" Aku bertanya, tapi hanya pada bayanganku. Jawabannya menggantung, seperti asap rokok yang terjebak di tirai tua. Udara beraroma kehilangan.
8.
Aku berjalan di trotoar basah, daun-daun gugur berkeresak di bawah langkahku. Hanya malam yang berbicara, mengisahkan sesuatu tentang masa lalu yang tak bisa diraih kembali.
9.
Di akhir jalan, aku berhenti, memandang pohon tanpa daun: rangka tipisnya menari melawan angin. Apakah ini kita? Hanya sisa-sisa yang masih berdiri.
10.
Ketika nyala api akhirnya padam, hanya kerikil kecil yang tersisa. Dan gema hal-hal yang tak pernah dilakukan, berderak pelan di sudut ingatan. Aku menarik napas panjang, membiarkan keheningan mengisi celah yang tertinggal.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!