Di sudut malam, mereka berbisik,
"Besok akan tiba, tenanglah."
Aku berdiri di bawah lampu jalan,
menerka bentuk pagi
yang belum berani menyentuh kulit gelap kota.
"Besok itu apa?" tanyaku.
Sebuah gema menjawab, "Janji yang lembut,
seperti kabut di kaca jendela.
Hilang saat kau menyentuhnya."
Aku berjalan ke arah waktu, melewati jam-jam
yang berdetak malas.
Langit membuka matanya,
namun hanya menyuguhkan pagi,
bukan besok yang kutunggu.
"Lihat," kata seseorang,
menunjuk bayangan. "Besok itu seperti itu,
selalu ada, tapi tak pernah bisa kau tangkap."
Aku tertawa kecil, pahit rasanya.
Kini aku tahu: besok hanya nama lain
untuk harapan, ilusi yang kita pelihara
agar tak jatuh dalam jurang putus asa.
Hari ini adalah segalanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI